Krisis Air Bersih, Tabur Bunga di Cidurian

Krisis Air Bersih, Tabur Bunga di Cidurian

KRESEK – Krisis air bersih masih dirasakan warga Kampung Asemmuda RT 15/05, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Untuk mencukupi kebutuhan sehar-hari, warga membuat sumur resapan di pinggir Sungai Cidurian yang sudah terkontaminasi limbah. Sumur resapan yang dibuat seadanya memiliki diameter sekitar dua meter ini, menjadi satu-satunya sumber mata air yang dimiliki warga. Meski sumber air resapan tersebut sangat terbatas, namun warga rela mengantri untuk mendapatkannya hanya sekedar untuk mandi maupun mencuci. Maklum, air Sungai Cidurian yang selama ini digunakan warga, tak bisa lagi digunakan. Selain warnanya hitam pekat, aroma bau tak sedap membuat warga tidak berani menggunakannya. Jika terpaksa menggunakannya, maka kulit akan terasa gatal-gatal. Jaro Sadam, salah seorang tokoh masyarakat Kampung Asemmuda menuturkan, selama ini, warga di Kampung Asemmuda memanfaatkan air Sungai Cidurian untuk kebutuhan sehari-hari, mulai mandi hingga mencuci. Sebab, untuk membeli air bersih setiap hari dianggap memberatkan warga. Kondisi Sungai Cidurian terkontaminasi limbah, dikatakan Jaro Sadam, sekitar lima tahun yang lalu. Kondisi ini diperparah lagi dengan debit air sungai tersebut yang surut. Sehingga air yang mengalir di sungai itu hanya air limbah dari pabrik. Untuk mengantisipasi kekurangan air, Jaro Sadam dan warga membuat sumur resapan persis berada disamping Sungai Cidurian. Meski air sumur resapan tersebut tidak banyak, namun warga masih bisa memanfaatkannya. “Untuk mendapatkan air dari sumur resapan warga harus rela mengantre. Air yang dihasilkan dari sumur tersebut jumlahnya terbatas, tidak sedikit warga yang tidak kebagian,” terang Jaro Sadam, sambil menunjukan sumur tersebut, Selasa (24/7). Sementara itu, aktivis Kecamatan Kresek Mas Chaerul, sangat menyayangkan tidak adanya perhatian dari pemerintah. Untuk itu, ia mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan tabur bunga di Sungai Cidurian. Tabur bunga tersebut menunjukan bahwa Sungai Cidurian sudah mati tidak lagi bisa dipergunakan untuk kepentingan masyarakat. Untuk itu, Mas Chaerul yang lebih beken disapa Komeng ini, berharap Pemerintah Kabupaten Tangerang, Pemerintah Kabupaten Serang maupun Pemeritah Provinsi Banten agar duduk bersama untuk menyelesaikan pencemaran Sungai Cidurian. “Jangan saling menyalahkan apalagi melimpahkan kewenangan, karena yang jadi korban adalah masyarakat. Saatnya pemerintah duduk bersama untuk mengatasi permasalahan pencemaran Sungai Cisadane,” tegas Komeng, saat memberikan keterangan pers saat tabur bunga di Sungai Cidurian. Kata Komeng, jika pemerintah tidak mau bereaksi dengan keluhan masyarakat, bukan tidak mungkin masyarakat Kresek akan melakukan aksi ke Kantor Gubernur Banten Wahidin Halim. “Kami hanya minta Sungai Cidurian tidak lagi tercemar, karena kami tidak bisa lagi memanfaatkan sungai tersebut,” tegas Komeng. (mas)

Sumber: