Operasi Pasar, Tangerang Kebagian Telur Rp 19.500/Kg

Operasi Pasar, Tangerang Kebagian Telur Rp 19.500/Kg

JAKARTA – Kementerian Pertanian menggelar operasi pasar telur murah dengan harga Rp19.500 per kilogram (kg). Kementan menyiapkan 100 ton telur untuk dijual ke 50 titik di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Amran mengatakan penyebaran ke 50 titik tersebut dilakukan untuk menstabilkan harga telur. Adapun 50 titik terdiri dari 43 pasar, 6 perumahan dan 1 Toko Tani Indonesia Center (TTIC). “Ini ke 50 titik, 43 pasar, 6 perumahan dan 1 TTIC. Ini kita lanjutkan terus menerus hingga harga turun,” ujar Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, di TTIC, Jakarta Selatan, Kamis (19/7). Titik lokasi operasi pasar murah telur antara lain Pasar Baru Metro Atom, Pasar Cibubur, Pasar Tebet Barat, Pasar Rawamangun, Pasar Cempaka Putih, Pasar Cijantung, Pasar Mampang Prapatan, Pasar Ciplak, Pasar Jembatan Lima, Pasar Gondangdia, Pasar Rumpur, Pasar Grogol, Kalibaru, Klender, dan Tanah Abang, Pasar Koja Baru, Pasar Jatinegara, Pasar Palmerah, Pasar Senen dan Pasar Pondok Labu. Kemudian, Pasar Pos Pengumben, Mayestik, Johar Baru, Pasar Induk Kramat Jati, Cipete Selatan, Paseban, Rawa Badak, Palmeriam, Glodok, Pasar Minggu dan Kelapa Gading. Kebayoran Lama, Pluit, Petoko Ilir, Pulogadung, Pramuka, Lenteng Agung, Ujung Menteng, Cengkareng, Santa, Pademangan Timur, Pasanggrahan, Perumahan Astri Permai Citayam, PKK Kelurahan Rawa Badak, Kecamatan Mampang, Perumahan Jatisari Bekasi, Kecamatan Tebet, dan Pasar Tomang Barat. Di setiap titik dilayani dua mobil yang membawa 2 ton telur ayam. Pengadaan telur murah itu adalah hasil kerjasama Kementan dengan Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN), CPI, JAPFA, Pinsar dan Malindo yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten. Dibandingkan pekan lalu, harga telur sudah mulai berangsur-angsur turun. Sebelumnya, di beberapa pasar di Jabodetabek, ada yang sampai menembus Rp. 30 ribu per kilogram dari harga normal Rp. 23 hingga 25 ribu rupiah. Meskipun sudah turun, harga masih relatif tinggi yaknirata-rata Rp. 28 ribu per kilogram. Amran mengungkapkan, bahwa pihaknya akan terus menggerojok pasar sampai harga bisa ditekan ke angka Rp. 21 hingga 22 ribu per kilogram. “Tapi kalau sudah turun saya stop, agar tidak dimarahi para peternak,” kata Amran. Memang saat ini, Amran mengakui ada disparitas harga telur yang mencapai 60 persen. Disparitas ini sebut Amran berada di tingkata middle man atau rantai distribusi. Menurutnya ini adalah problem yang harus dibenahi. Namun tidak bisa serta merta. “Untuk itu saya minta kawang-kawan pedagang, jangan banyak-banyak ambil untungnya. Biar rezeki terbagi,” katanya. Sesuai dengan rapat koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Amran menargetkan paling lama 1 minggu ke depan, harga sudah turun dan stabil di angka normal. “Akan kita guyur terus. Target kami jangan sampai lebih dari Rp. 25 ribu. Antara Rp. 22 hingga 24 ribu saja.” katanya. Pria asal Makassar ini menjamin bahwa tidak ada masalah dengan suplai telur ayam nasional. Harga naik murni karena kenaikan permintaan (demand) di dalam negeri. Suplai sudah cukup kuat hingga ekspor. Jika perlu, Amran akan mengurangi ekspor dan fokus pada kebutuhan dalam negeri. Kementan juga membantah bahwa penurunan produksi nasional disebabkan oleh virus H5N2 Low Pathogenic Avian Influeza (LPAI) yang tengah menyerang ayam-ayam petelur di indonesia. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan Ketut Diarmita mengatakan, bahwa pengaruh H5N2 tidak terlalu signifikan terhadap penurunan produksi telur. “Hanya sekitar 1 sampai 5 persen. Itu sudah tertinggi,” katanya. Ketut berkeyakinan, bahwa naiknya harga bukan karena suplai berkurang. Melainkan demand yang terus bertambah sehingga harga naik.(jpg/bha)

Sumber: