Teroris Bidik Polisi

Teroris Bidik Polisi

PONDOK AREN-Kewaspadaan polisi ditingkatkan. Teroris makin berani. Tak hanya mengincar polisi yang bertugas di jalanan. Melainkan berani menerobos mapolres, dengan misi membunuh polisi. Penjagaan di markas-markas polisi diperketat dengan menambahkan petugas jaga yang dilengkapi dengan senjata api laras panjang, jenis senapan serbu. Senjata api mematikan dengan jenis SS1 berkapasitas 30 butir peluru tajam ini, wajib dibawa petugas jaga. Di Kota Tangerang, semua polsek, petugas piket, juga dipersenjatai senapan serbu. Kapolres Metro Tangerang Kombes Harry Kurniawan mengatakan sudah melakukan analisa pengamanan pasca terjadinya penyerangan di Mapolres Banyumas. Dalam peristiwa ini, satu anggota polisi menderita luka bacok, akibat disabet pedang oleh teroris. "Penjagaan dengan senjata api akan kami lakukan sampai beberapa waktu ke depan,” jelas Harry, Selasa (11/4). Tak hanya mempersenjatai polisi dengan senapan modern. Pengunjung yang datang ke polsek dan polres juga diperketat. “Tentu pengamanan kami perketat, jalur keluar masuk polres dan polsek dibuat hanya satu pintu. Ini demi mempermudah pengamanan,” lanjutnya. Ia meminta seluruh anggotanya untuk  tetap waspada. Saat bertugas, anggota polisi sebisa mungkin selalu berdampingan. Harry mengaku sudah membuat standar pengamanan baru yang sudah disebar ke seluruh polsek.  “Terpenting pelayanan kepada masyarakat jangan menurun bahkan harus meningkat. Jangan sampai pengamanan diperketat namun pelayanan kepada masyarakat diabaikan,” tegasnya. Harry memastikan sampai kemarin wilayah Kota Tangerang masih dalam keadaan aman. Kejadian tempo lalu, di mana terjadi serangan oleh terduga teroris terhadap polisi di Kawasan Pendidikan Cikokol, bisa saja kembali terjadi dengan skenario yang berbeda. Maka, ia berpesan anggota polisi untuk siaga. Kapolsek Neglasari Kompol Khoiri langsung memperketat pengaman di kantor polsek pasca mendapat perintah dari Kapolres. Dia juga sudah meminta seluruh anggota polsek untuk mengecek kesiapan senjata api dan memastikan seluruh senjata siap digunakan sewaktu-waktu. “Kami juga sempat melakukan gladi resik pengamanan dari pintu masuk hingga kawasan tahanan. Penyerangan bisa terjadi dari mana saja, maka semua kami cek ulang. Lebih dari biasanya, penjagaan bersenjata siaga di depan pintu masuk keluar polsek,” jelas Kapolsek. Peningkatan kewaspadaan juga dilakukan Polres Tangsel. Sebagai bentuk antisipasi dan peningkatan keamanan di Mapolres Tangsel di Bintaro, dan seluruh polsek melakukan pengamanan berlapis. Kapolres Tangsel AKBP Ayi Supardan mengatakan, pengamanan di mapolres dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan warga atau pengunjung yang datang. “Pengamanan Mapolres Tangsel sulit lantaran tidak ada pagar gedung,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Selasa (11/4). Ayi sudah menginstruksikan anak buahnya supaya meningkatkan kewaspadaan dan terutama warga yang datang dengan membawa tas besar. Kantor polisi memang rawan terhadap serangan teroris. Tapi sisi lain, kantor polisi harus terbuka untuk umum. Selain melapis pengamanan, polisi yang berjaga juga dilengkapi dengan senjata laras panjang. Baik itu di pos penjagaan, penerima tamu dan ruang pelayanan warga. Penjagaan seperti ini juga berlaku di markas polsek se-Kota Tangsel. Warga yang datang ke kantor polisi diimbau tidak membawa tas berukuran besar dan bersedia diperiksa bawaannya. Selain pengamanan di mapolres dan mapolsek, Ayi juga menginstruksikan  polantas untuk tidak sendirian saat bertugas. “Setiap pagi saya sarankan bertugas minimal dua orang dan salah satunya dilengkapai senjata api,” jelasnya. Untuk diketahui, seorang terduga teroris, M Ibnu Dar (22), melakukan serangan sendirian ke Mapolres Banyumas kemarin. Dia beraksi dengan pedang dan sangkur serta mengenakan ikat kepala bergambar mirip lambang ISIS dan terus meneriaki polisi sebagai thogut. “Dia langsung menyerang. Mengenakan ikat kepala seperti itu, lambang ISIS. Mirip-mirip seperti itulah,” papar Kapolres Banyumas AKBP Aziz Andriansyah, Selasa (11/4). Pada saat menyerang, masih menurut Aziz, Ibnu terus meneriaki polisi sebagai thogut. Dia menyerang polisi yang ada di dekatnya menggunakan 2 senjata tajam yang telah dibawa, yaitu sangkur dan pedang. “(Menyerang) menggunakan sangkur dan semacam pedang. Dia berteriak-teriak thogut thogut," lanjutya. Ibnu Dar adalah warga Desa Karangaren, Kecamatan Kutasari, Purbalingga, menyerang Mapolres Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (11/4/2017). Terdapat 3 korban dalam peristiwa itu. Satu anggota ditabrak saat menghadang pelaku, 2 anggota dibacok saat menolong anggota yang ditabrak. Aziz menjelaskan, anggota yang ditabrak pelaku adalah Aiptu Ata Suparta. Sementara 2 korban yang dirawat di RS karena lukanya cukup parah adalah Bripka Irfan dan Bripka Karsono. Dua nama terakhir, dibacok pelaku saat menolong Aiptu Suparta. Sebelumnya, anggota Polantas di Tuban juga diserang. Serangan itu menunjukkan anggota polisi dibidik kelompok teroris. Itu adalah kejadian kesekian yang dialami personel polri. Polri telah menginsturksikan seluruh polisi lebih waspada. Khususnya yang bertugas di pos polisi. Sebab, mereka paling rentan menjadi sasaran. Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengungkapkan, pos polisi yang rawan serangan teroris berada di daratan Jawa. Mulai DKI, Jabar, Jateng, sampai Jatim. “Semua pos lantas rawan.” kata dia. Perwira tinggi Polri yang akrab dipanggil Boy itu mengakui bahwa bukan perkara gampang melengkapi setiap polisi lalu lintas dengan rompi antipeluru. Sebab, jumlah polisi lalu lintas amat banyak. Untuk itu, tidak semua polisi lalu lintas bakal mendapat rompi anti peluru. Namun, Polri mengupayakan agar kebutuhan tersebut terpenuhi. ”Saya prediksi jumlahnya nggak cukup, (rompi antipeluru) masih terbatas ” jelas Boy. Kondisi itu tidak sebanding dengan jumlah polisi lalu lintas yang bertugas. Menurut Boy, waspada adalah bekal paling penting bagi mereka. Meski menjadi sasaran teroris, mereka harus tetap bertugas. Tidak mungkin, sambung Boy, polisi lalu lintas menanggalkan tanggung jawab karena takut. ”Kalau tidak mau melayani masyarakat karena takut nggak lucu juga,” tegas mantan kapolda Banten itu. Apalagi sejak awal sudah ditekankan bahwa menjadi polisi tidak mudah. Banyak resiko yang harus ditanggung setiap polisi. Selain jadi sasaran teroris, banyak resiko lain yang juga harus siap mereka tanggung. Serangan pos Black Spot Therapy di Tuban adalah aksi teror ke sekian kali yang menyasar polisi. Sebelumnya aksi serupa terjadi di berbagai daerah. Ledakan bom di Jalan M. H. Thamrin, Jakarta awal tahun lalu adalah salah satu contohnya. Menurut Boy, teroris tidak memilih atau memilah polisi. Mereka menyerang secara acak. ”Mereka muter-muter, dapat polisi, tembak,” kata dia. Tapi, bukan berarti tidak ada rencana dalam serangan tersebut. Beruntung enam teroris yang beraksi di Tuban masih masuk kategori amatir. Sehingga serangan yang mereka lakukan tidak efektif. Bahkan malah berujung maut. ”Mereka nggak latihan. Buktinya nembak nggak benar,” ucap Boy. Namun, Polri tidak menganggap ramah. Sebab, sebelum diberantas sampai akarnya teroris tidak akan berhenti menyerang. Saat ini, polisi jadi target mereka. Untuk itu, Mabes Polri menginstruksikan agar seluruh anggota mereka waspada. Polda Jabar menjadi salah satu yang cepat tanggap. Sejak Minggu (9/4) mereka memperketat pengaman sejumlah pos polisi. Aparat yang berpatroli pun tidak boleh sendiri. Minimal dua orang. Menurut pengamat terorisme Al Chaidar pun membenarkan bahwa polisi harus lebih waspada. Sebab, teroris di Indonesia semakin brutal. ”Saya kira sudah sangat siaga. Sudah red alert,” ungkapnya. Karena itu, melengkapi setiap polisi lalu lintas dengan rompi antipeluru menjadi salah satu kebutuhan. ”Sudah sangat mendesak,” ujar Al Chaidar. Dengan posisi sebagai sasaran, mereka harus siap dalam setiap kondisi. ”Sebab, posisi mereka itu kan harus menjaga keamanan. Pada saat lainnya sudah diincar oleh kelompok teroris,” terangnya. Sehingga harus ada strategi agar tidak ada lagi polisi yang menjadi korban aksi teror. (bun/bud/jpg/bha)

Sumber: