Pelajar Zaman Now Anti-Radikalisme

Pelajar Zaman Now Anti-Radikalisme

SERPONG-Sebagai generasi penerus, pelajar wajib dijaga. Bukan saja perkembangan fisiknya, psikis dalam hal ini paham kebangsaan juga harus dibentengi. Terutama dari paham radikalisme dan terorisme. Untuk itulah, Forum Lintas Agama (FLA) Kota Tangsel menggelar diskusi publik, Selasa (27/2) di Telaga Seafood. Acara ini, dibuat dengan tujuan mencetak pelajar zaman now (sekarang) anti paham radikal dan terorisme. Di acara ini, hadir Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie. Ia mengajak para pelajar di Tangsel untuk senantiasa mengamalkan Pancasila. Sebab, dengan mengamalkan paham ideologi bangsa ini diyakini akan terhindar dari paham radikal. "Ke depannya pelajar di Tangsel harus terus dilandasi ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan senantiasa mengedepankan gotong royong. Dan, satu hal krusial yang harus kita ingat adalah sebuah kenyataan bahwa Negara Indonesia yang kita cintai ini adalah sebuah negara majemuk beragam dalam banyak konteks termasuk dalam hal suku, agama ras, paham, aliran," ujar Pak Ben sapaan akrab Benyamin Davnie. Ketua Dewan Pendidikan Kota Tangsel, Ngatmin Al-Arif menjelaskan bahwa radikalisme bukanlah ajaran Islam dan jangan mengaitkannya dengan Islam. "Jika ada yang menyebut Radikalisme dan terorisme itu ajaran Islam maka itu salah, karena Islam tidak pernah mengajarkan hal ini. Untuk mencegah pelajar yang terkena paham radikal maka kita memperkuat Pancasila dan perkuat Islam moderat mulai dari NU, Muhammadiyah dan MUI. Setiap sekolah juga harus mengambil peran," ujarnya. Hal senada tentang Islam yang anti kekerasan juga dijelaskan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, Media Zaenul Bahri. Menurut Zaenul Bahri dalam materinya, agama apapun dapat menyebar melalui budaya dan dengan budaya agama diterima di seluruh negara yang ada. "Islam sendiri di Indonesia juga disebarkan melalui budaya salah satunya adalah Wali Songo pada abad ke 13 dan 14. Wali Songo  berhasil menyebarkan agama Islam tanpa adanya pertumpahan darah dan kekerasan," kata Zaenul dalam Diskusi publik yang dihadiri sekitar 150 pelajar dan anggota organisasi kepemudaan di Tangsel ini. Pelaku teror, tambah Zaenul sangat bertentangan dengan agama dan juga bertentangan dengan budaya. "Para pelaku teror tidak memperhatikan dan mengabaikan budaya yang ada di Indonesia," ucapnya lagi. Rumadi Ahmad Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan sumber daya manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau LAKPESDAM PBNU mengatakan bahwa saat ini pelajar dan mahasiswa di Indonesia masih sangat mencintai NU dan Muhammadiyah. "Mereka (pelajar dan mahasiswa) sebagian masih lebih memilih organisasi NU dan Muhammadiyah dibanding organisasi radikal. Ini sangat bagus dan menggembirakan," ujarnya. Rumadi mengatakan paham radikalisme biasanya tersebar melalui media sosial. "Pemuda dan pelajar rentan dengan ancaman media sosial, sehingga media sosial dapat melipat gandakan ancaman, contohnya apabila ingin menjadi teroris cukup belajar dari media sosial dan internet. Penggunaan media sosial juga sering digunakan dalam penyebaran berita hoax, dan politisasi," pungkasnya. (esa)

Sumber: