Ditanya Mau Jadi Capres, Jawaban Anies ‘Mengambang’

Ditanya Mau Jadi Capres, Jawaban Anies ‘Mengambang’

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta ?Anies Baswedan disebut-sebut berambisi maju sebagai calon presiden di Pilpres 2019 mendatang. Ditanya mengenai kabar itu, Anies memberikan jawaban mengambang alias tidak tegas. Dia hanya mengatakan, saat ini fokus untuk menjalankan tugasnya. "Loh, baru kerja tiga hari. Saya urusin Jakarta," kata Anies di Balai Kota, Jakarta, Kamis (19/10). Anies dan Wagub DKI Sandiaga Uno dilantik pada 16 Oktober lalu. Saat ini, keduanya baru bekerja selama tiga hari sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI. Ketika disinggung apakah akan berkomitmen untuk mengemban jabatannya selama lima tahun ke depan, Anies mengutarakan jawaban yang sama. Ia mengaku tengah fokus menjalankan tugas untuk mengurus Jakarta. "Saya urusin Jakarta," ucapnya. Nama Anies masuk dalam bursa pencapresan. Namun, berdasarkan hasil survei, nama Joko Widodo dan Prabowo Subianto masih menjadi kandidat kuat untuk menjadi capres di Pilpres 2019. Pengamat politik dari Universitas Indonesia Arie Junaidi sangat yakin Anies akan maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2019 mendatang. Keyakinan didasari sejumlah fakta yang mengemuka dari perjalanan karier politik mantan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan tersebut selama ini. "Saya haqul yakin Anies akan running di 2019 mengingat jejak rekamnya yang sejak dulu memiliki syahwat politik tinggi," ujar Ari Junaedi di JPNN, Kamis (19/10). Menurut Ari, sepanjang pengetahuannya Anies memang terkesan sangat tertarik terjun ke panggung politik sejak beberapa waktu lalu. Perjalanan politik mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut sudah terlihat sejak menggagas Gerakan Indonesia Mengajar. Anies kemudian terpikat ikut konvensi calon presiden Partai Demokrat jelang Pemilu 2014 lalu. "Sejak itu terus melaju hingga segala ancang-ancang dan pencitraan yang kelewat gaduh di Kemendikbud. Jadi saya kira terpilih sebagai gubernur DKI bukan menjadi terminal terakhir Anies," ucapnya. Menurut Ari, terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta justru menjadi modal besar untuk menggapai Istana. Bahkan Partai Gerindra sekalipun katanya, kemungkinan besar akan menyiapkan sekoci kepemimpinan mengusung Anies, andai elektabilitas Prabowo Subianto susah dikerek menjelang akhir pendaftaran capres di Pemilu 2019. Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, Anies harus mengambil hikmah dari pernyataannya yang menggunakan kata pribumi pada pidato pertama di Balai Kota Jakarta, Senin (16/10). Pasalnya, pernyataan tersebut hingga saat ini masih terus menjadi pembicaraan hangat. Baik di dunia maya maupun dalam pembicaraan masyarakat sehari-hari, terutama mereka yang mengikuti perkembangan politik di tanah air. Banyak yang menilai pernyataan tersebut tidak baik dikemukakan oleh seorang pemimpin. Apalagi ada aturan Instruksi Presiden (Inpres) yang menghapuskan penggunaan istilah pribumi. Namun di sisi lain, ada juga yang menilai pernyataan Anies sah-sah saja. Karena penggunaan pribumi dan non pribumi bukan untuk mengelompokkan masyarakat yang ada saat ini, tapi lebih kepada masa-masa penjajahan dahulu. "Jadi saya kira Anies harus mengambil hikmah dari kejadian ini, agar ke depan dapat lebih fokus dalam memimpin Jakarta," ujar Hendri kepada JPNN, Kamis (19/10). Hendri meyakini, sebenarnya tidak ada niat negatif dari mantan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan tersebut saat mengucapkan kata pribumi. Namun, tetap penting bagi Anies menjadikannya sebagai pelajaran berharga. "Kadang pemimpin memang perlu kontroversi, tapi Anies tetap harus mengambil hikmah dari kejadian ini," pungkas founder lembaga survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) ini.(jpnn)

Sumber: