SMPN 2 Jayanti Sosialisasi Bahaya Bullying di Sekolah

SMPN 2 Jayanti Sosialisasi Bahaya Bullying di Sekolah

SOSIALISASI: SMPN 2 Jayanti saat menggelar sosialisasi anti bullying di sekolah dalam rangka mencegah adanya bullying di sekolah.(Randy/Tangerang Ekspres)--

TANGERANG — Mencegah adanya bullying di sekolah, SMPN 2 Jayanti, menggelar sosialisasi anti bullying. sosialisasi ini menggandeng pesikologi M. Novita Dewi untuk memberikan arahan kepada siswa tentang bahaya bullying.

Dalam ke­giatan tersebut, semua siswa mengikuti tanpa terkecuali. Bahkan, siswa memperhatikan semua materi yang diberikan oleh pembicara, baik dari se­kolah ataupun dari psikologi yang menjadi pemateri. Sosiali­sasi ini penting bagi siswa agar tidak ada aksi bullying di se­kolah.

Kepala SMPN 2 Jayanti Suparti mengatakan, sosialisasi yang dilakukan sangat penting bagi siswa. Soalnya, dalam sosialisasi ini diberikan informasi dampak bullying bagi pelaku dan korban bullying. Melalui sosialisasi ini siswa dapat paham dan ti­dak akan melalukan aksi bullying di sekolah ataupun di luar sekolah.

”Sengaja kita lakukan sosiali­sasi ini agar siswa paham dam­pak bullying. Insyaallah dengan sosialisasi ini siswa paham dan tidak akan ada bullying di sekolah. Jadi, tidak ada yang boleh melakukan bercanda berlebihan atau perkataan yang kurang enak,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Senin (6/10).

Suparti menambahkan, pihak­nya juga meminta kepada para siswa agar bisa saling jaga dan mengingatkan, bahwa bullying berawal dari bercanda yang berlebih, saling ejek, dan saling berkata kasar. Untuk itu siswa dilarang melakukan hal yang berlebih-lebihan saat bergaul di sekolah.

”Kami pastinya akan terus melakukan pengawasan terha­dap para siswa, sehingga me­reka akan terawasi dan tidak melakukan hal yang tidak boleh dilakukan. Dengan begitu, tidak ada aksi bullying di sekolah,” paparnya.

Ia menjelaskan, pihaknya ju­ga terbuka untuk siswa dan berpandangan objektif agar tidak pilih kasih, sehingga siswa bisa merasakan hal sama dan adil. Untuk itu, guru juga di­minta untuk selalu objektif kepada siswa agar mereka tidak merasakan sendiri dan merasa dikucilkan. 

”Kami selalu terbuka untuk siswa. Jika siswa ada masalah selalu kami rangkul. Ini agar kita mengetahui apa masalah yang dialami oleh siswa. Jadi, siswa punya tempat bercerita di luar rumah. Karena mungkin kebanyakan siswa tidak berani bercerita ke orang tua karena takut di marahi ataupun didiam­kan. Maka itu kami ada untuk siswa, agar apa yang jadi masa­lah siswa bisa kita bantu,” tu­tupnya.(ran)

Sumber: