Menu MBG Diganti Biskuit

MENU MBG: Menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di salah satu SD di Kota Serang yang berisi Snack, Kamis (25/9).-(Dok. Tangerang Ekspres)-
TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SD di Kota Serang menuai sorotan. Pasalnya, menu yang seharusnya berupa nasik, lauk pauk dan buah, justru diganti dengan paket snack biskuit yang mudah ditemui di warung-warung. Berdasarkan keterangan sejumlah orangtua siswa, hampir sepekan terakhir, anak-anak di sekolah tersebut tidak lagi menerima menu MBG berupa nasi, lauk pauk, sayur, dan buah.
Sebagai gantinya, mereka hanya mendapatkan paket snack biskuit yang isinya relatif sama setiap hari. “MBG snack terus, nggak ganti-ganti menunya,” ungkap salah seorang wali murid yang enggan disebutkan namanya, Kamis (25/9). Ia menuturkan, sebelumnya anaknya masih menerima menu bergizi layaknya di sekolah lain, yakni nasi putih, lauk ayam, sayur, dan buah. Namun, belakangan menu itu berganti menjadi snack yang terdiri dari roti merk Aoka, susu kotak, biskuit regal, dan biskuit sari gandum ukuran 39 gram.
Jika dihitung, harga snack tersebut hanya sekitar Rp 8 ribu. Rinciannya, roti Aoka Rp 2.000, susu kotak Rp 2.500, biskuit Regal Rp 1.000, dan biskuit Sari Gandum Rp 2.500. “Kalau ditotal Rp 8.000,” jelasnya. Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Serang Ahmad Hasanuddin, mengaku belum mengetahui laporan adanya menu MBG yang hanya berupa makanan kering dan snack. Namun, ia menegaskan bahwa sistem penyelenggara program sudah diatur dengan tenaga ahli.
Tapi di masing-masing SPPG sudah ada ahli gizi yang berkompeten. Mereka yang mengatur pola menu supaya sesuai standar,” ucapnya. Ahmad juga menjelaskan bahwa menu kering memang pernah diberikan, tetapi hanya dalam situasi dan kondisi tertentu. Hal itu tidak muncul tanpa alasan, melainkan karena adanya kebutuhan atau keadaan khusus yang membuat menu basah tidak memungkinkan untuk disajikan.
Misalnya saat bulan puasa, anak-anak tetap sekolah. Tidak mungkin diberikan makanan yang cepat basi karena harus dibawa sampai waktu berbuka. Atau saat anak sekolah sedang ujian, biasanya mereka lebih nyaman dengan makanan kering. Jadi, alasan menu kering dibuat berdasarkan kebutuhan situasi,” ujarnya. Namun ia tidak mengetahui alasan pemberian menu MBG dalam bentuk sncak yang terjadi di salah satu SD Negeri di Kota Serang.
Terkait kandungan gizi, Ahmad memastikan semua menu MBG telah melalui penghitungan oleh tenaga ahli di masing-masing SPPG di Kota Serang. “Soal gizi, tentu sudah diukur dan pasti memenuhi standar. Karena memang ada ahli gizi yang khusus menangani hal itu di setiap dapur SPPG,” jelasnya. Ia juga menambahkan, aspek keamanan pangan menjadi perhatian serius.
Itulah mengapa dibentuk Satgas MBG. Di dalam Satgas ada anggotanya yang bertugas mengawasi dan memastikan makanan aman. Jadi, bukan hanya soal menu dan gizi, tetapi juga keamanan pangan sudah diantisipasi,” katanya. Lebih lanjut, Ahmad menegaskan bahwa setiap SPPG memiliki ahli gizi untuk memastikan kebutuhan anak terpenuhi. “Mereka tahu bagaimana cara menghitung kalori dan protein di tiap menu MBG. Setiap hari juga harus berubah-ubah jenis makanannya, biasanya menggunakan pola 10 + 1 menu,” paparnya.
Sementara itu, Asisten Daerah (Asda) II Kota Serang, Yudi Suryadi, meminta agar kritik masyarakat dijadikan bahan evaluasi pemerintah. “Menurut saya ini program pemerintah yang harus kita dukung. Hanya saja memang soal menu harus lebih dikomunikasikan. Menu akan disesuaikan supaya gizinya tepat dan anak-anak juga tertarik untuk makan. Untuk detailnya nanti Dinas Kesehatan yang menjelaskan,” ucapnya.
Ya, kita sampaikan bahwa program ini tujuannya baik. Jangan sampai ditolak hanya karena miskomunikasi. Makanya kami akan terus sosialisasi, terutama soal menu dan gizi agar orang tua lebih yakin,” tambahnya. Sementara itu, saat TANGERANGEKSPRES.ID mencoba menghubungi dan mengonfirmasi temuan menu MBG tersebut kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Serang, bahkan ketika mendatangi langsung ke kantornya, hingga berita ini ditulis pihak Dindikbud belum memberikan tanggapan. (mg-8)
Sumber: