Doakan leluhur, Bakar Patung dan Perahu Naga
Vihara Nimmala (Boen San Bio) di Jalan KS Tubun, Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, dipadati umat yang hendak beribadah dan mengikuti upacara Cioko. Serangkaian acara dipersiapkan dengan puncaknya pembakaran patung Raja Setan Boen Tay Soe setinggi 7,20 meter dan Perahu Naga sepanjang 9,20 meter. Pembina Vihara Nimmala, Yan Suharlim menjelaskan, upacara tersebut selalu diadakan setiap tahun di vihara maupun klenteng. "Ya, ini acara setiap tahun kita adakan sesuai penanggalan kalender Imlek, tahun ini jatuh pada bulan 7 yang artinya bulan sosial," ujar Bebeng sapaan akrab Yan Suharlim.
Lanjut Bebeng, acara tersebut memberikan kesempatan pada umat yang mau melimpahkan jasanya kepada almarhum orangtua dan leluhurnya. "Ditulis nama orangtuanya siapa dan leluhurnya siapa yang nanti kita kirim uang-uangan dan pakaian. Dikirimnya dengan cara dibakar di dalam perahu. Tujuannya untuk melimpahkan jasa kepada leluruh," tuturnya.
Sosok Boen Tay Soe atau Raja Setan yang menjadi perhatian pengunjung dijelaskan adalah raja setan, yang bertugas mengawasi setan-setan dan bertugas mengkoordinir jangan sampai ada kendala di alam sana.
Diceritakan, Moggalana salah satu siswa Sang Buddha yang memiliki kesaktian tertinggi bermimpi tentang ibunya yang sudah meninggal menjadi setan kelaparan dan sangat menderita. Karena rasa cintanya yang besar terhadap ibunya, Moggalana ingin membebaskan ibunya dari kelaparan dan penderitaan. Dengan kesaktian yang dimiliki, akhirnya Moggalana dapat menemui ibunya. Saat itu Moggalana menciptakan makanan yang berlimpah untuk ibunya. Tapi ketika dimakan, makanan itu berubah menjadi bara api.
Alhasil, ibunya tidak makan apa-apa dan makin menderita. Dengan rasa putus asa, Moggalana menemui Sang Buddha dan bertanya untuk bisa membantu ibunya. Sang Buddha lalu berkata bahwa pada saat masa vassa, dimana para bhikkhu berdiam diri sambal membimbing para muridnya selama tiga bulan, Moggalana mendapat bejana dan meminta Sangha untuk melimpahkan jasanya pada ibunya serta makhluk lain yang membutuhkan. Jasa kebajikan itu diterima dengan baik oleh ibunya dan beberapa mahkluk lain.
Begitu juga dengan Ananda, pembantu utama Sang Buddha yang bertemu dengan makhluk setan yang memiliki perut besar, kepala besar, tapi mulutnya sekecil lubang jarum. Setan ini sangat menderita dan meminta tolong pada Ananda. Ananda iba dan menemui Sang Buddha untuk meminta nasehat. Akhirnya Sang Buddha menyampaikan pada Ananda bahwa setan tersebut sebenarnya adalah jelmaan dari Avalokitesvara (Kwan Se Im Po Sat). Karena ingin menolong makhluk setan, maka ia menjelma jadi setan dan meminta tolong pada Ananda. Ananda sangat tersentuh sekali dengan kasih Avalokitesvara dan memohon Sang Buddha untuk membantu makhluk setan. Sang Buddha pun mengatakan bahwa kita dapat membantu makhluk setan dengan melimpahkan jasa kebajikan pada mereka.(mg-01)
Sumber: