Kasus DBD di Tangerang Selatan Melonjak

Kasus DBD di Tangerang Selatan Melonjak

--

TANGERANGEKSPRES.ID - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tangsel melonjak. Selama 2023 terjadi 420 kasus DBD dan sejak Januari 2024 sampai sekarang sudah 600 lebih kasus DBD terjadi di kota pemekaran dari Kabuapten Tangerang tersebut.

Diketahui, DBD adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue. Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, dalam waktu 6 bulan diwilayahnya terjadi ratusan kasus DBD.

"Selama 2023 ada 420 kasus. Dan selama 6 bulan ini sudah terjadi 600 lebih kasus DBD," ujarnya kepada wartawan, Selasa (2/7/2024).

Pria yang biasa disapa Pak Ben ini menambahkan, dengan melonjaknya kasus DBD tentu saja hal tersebut menjadi perhatian pihaknya. "Strategi penanganan kita Puskesmas dan RSU sudah siap tapi,  yang terpenting adalah gerakan 1 rumah 1 jumantik.

"Jadi setiap hari di rumah ada orang yang memeriksa bak mandi, tempat-tempat berkembangnya jentik nyamuk aedes aegypti," tambahnya.

"Jadi jangan fogging. Fogging dan abate boleh tapi, paling tidak pantau jentik nyamuknya. Kasus naiknya 130 persen dari tahun kemarin dan ini baru 6 bulan," tutupnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, penyakit DBD ditandai demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit, adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran
plasma.

Selain itu, DBD dapat juga disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata. Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat.

"Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit," ujarnya.

Allin menambahkan, sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian. Sampai saat ini belum ada obat yang spesifik tapi, bila pasien berobat dini dan mendapat penatalaksanaan yang kuat, umumnya kasus-kasus penyakit tersebut dapat diselamatkan.

"Cara yang dapat dilakukan saat ini dengan menghindari atau mencegah gigitan nyamuk penular DBD. Oleh karena itu upaya pengendalian DBD yang penting pada saat ini adalah melalui upaya pengendalian jentik dan nyamuk penular serta upaya membatasi kematian karena DBD," tambahnya.

Menurutnya, atas dasar itu maka upaya pengendalian DBD memerlukan kerjasama dengan program dan sektor terkait serta peran serta masyarakat. DBD sendiri merupakan penyakit yang dapat dicegah serta dikendalikan.

Kota Tangsel merupakan daerah endemis DBD. Dinyatakan endemis karena dalam 3 tahun terakhir selalu melaporkan kejadian Kasus DBD. Upaya untuk pengendalian program DBD di Kota Tangsel yaitu meliputi pencegahan dan pemutusan matarantai penularan.

Untuk pencegahan Dinas Kesehatan Kota Tangsel melakukan berbagai upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3 M plus dengan program gerakan 1 rumah 1 jumantik.

"Sedangkan untuk pemutusan mata rantai penularan dengan cara melakukan penyemprotan fogging untuk wilayah yang terjadi penularan kasus DBD berdasarkan penyelidikan epidemiologi (PE) yang dilakukan oleh petugas puskesmas di bantu dengan koordinator jumantik di tiap-tiap wilayah," tuturnya. (*)

Sumber: