Dinkes Catat Ada 98 Kasus DBD, Tertinggi Dibanding Tahun Lalu

Dinkes Catat Ada 98 Kasus DBD, Tertinggi Dibanding Tahun Lalu

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Serang Istianah Hariyanti. -Agung Gumelar-

TANGERANGEKSPRES.ID - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang mencatat, awal 2024 ini sampai pertengahan Februari, sudah ada 98 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Jumlah ini dapat terbilang lebih tinggi dibandingkan awal tahun sebelumnya yang hanya mencapai 30 kasus DBD pada Januari 2023.

 

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Serang Istianah Hariyanti mengatakan, ada peningkatan kasus dalam dua bulan terakhir ini, yang mana pada Januari total ada 61 kasus dan Februari 37 kasus dengan total keseluruhan mencapai 98 kasus DBD.

 

Hal itu terjadi karena saat ini musim hujan dan panas bergantian setiap hari yang mengakibatkan tempat perindukan nyamuk jauh lebih banyak.

 

"Kalau hujan terus menerus, justru malah tidak ada perindukan nyamuk, tapi sekarang ini kadang hujan kadang panas, nah itu jadi tempat perindukan nyamuk. Sehingga, ini menjadi penyebab kasus DBD tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang pada Januari hanya 30 kasus," katanya melalui telepon seluler, Rabu (28/2/2024).

 

Istianah mengatakan, wilayah dengan kasus DBD tertinggi ada di Kecamatan Ciomas, dimana pada Januari ada tujuh kasus dan Februari empat kasus.

 

Kemudian, di Kecamatan Petir pada Januari lima kasus dan Februari satu kasus, Kecamatan Gunung Sari pada Januari tiga kasus dan Februari empat kasus.

 

Selanjutnya, Kecamatan Cikande pada Januari lima kasus dan Februari empat kasus, Kecamatan Kragilan pada Januari empat kasus dan Februari satu kasus, serta Kecamatan Tanara pada Januari lima kasus dan Februari dua kasus.

 

"Di Kecamatan Ciomas, kita lakukan fogging karena ketika diperiksa jentik nyamuk dan yang sakit sangat banyak sisanya. Meskipun, fogging hanya mematikan nyamuk dewasa, dan tidak berlaku pada jentik, telur nyamuk serta larva, maka kurang efektif tapi lumayan mematikan populasi nyamuk dewasa," ujarnya.

 

Dikatakan Istianah, pihaknya sudah mengirimkan petugas kesehatan ke Kecamatan Ciomas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat supaya dapat melakukan pencegahan dengan PSN dan 3M plus.

 

Meski banyak kasus ditemukan, kata Istianah, sampai saat ini tidak ada kasus kematian akibat DBD, kebanyakan hanya di rawat di rumah sakit apabila sudah kondisi trombosit di bawah 100 ribu.

 

"Karena, berisiko terjadi pendarahan di banyak organ. Selain itu, biasanya ada masa kritis tujuh hari yang sudah trombosit di bawah 100 ribu itu di rawatnya di rumah sakit," ucapnya.

 

Istianah mengimbau supaya masyarakat dapat terhindar dari DBD tentunya harus bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan dan rumah masing masing melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Gesit).

 

Menurut Istianah, DBD dapat menular namun hanya melalui gigitan nyamuk dan tidak menular secara langsung dari orang ke orang. Apabila tidak ada vektor nyamuk maka tidak akan menular, sehingga yang harus diberantas yaitu nyamuk dan sarangnya.

 

Masyarakat harus menerapkan PSN dan 3M plus. Yaitu, menguras bak mandi sampai seminggu sekali karena masa metamorfosis nyamuk itu sepuluh hari. Kemudian, membersihkan lingkungan sekitar jangan sampai ada botol bekas maupun kaleng bekas yang dikhawatirkan menjadi sarang nyamuk, dan menutup tempat penyimpanan air supaya tidak menjadi sarang nyamuk.

 

"Nyamuk itu, sekali bertelur bisa sampai 200 butir, maka harus dibersihkan jangan sampai ada ruang untuk nyamuk bisa bertelur. Sehingga, masyarakat harus menerapkan PSN dan 3M, agar dapat terhindar dari DBD," tuturnya. (*)

Sumber: