Tangsel Banyak Kemajuan

Tangsel Banyak Kemajuan

JAKARTA--Debat perdana Pilkada Kota Tangsel tak mengejutkan. Tak ada perdebatan sengit dari tiga pasangan calon (paslon). Mereka hanya mempertahankan argumentasi. Meski tampil tak terlalu sempurna, pasangan Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan bisa dibilang lebih menguasai panggung. Sejak sesi awal, paslon nomor urut 1, Muhamad-Rahayu Saraswati, kerap mengkritik kebijakan Pemkot Tangsel dibawah kepemimpinan Walikota Airin Rachmi Diany dan Wakil Walikota Benyamin Davnie, yang berkuasa selama dua periode. Di periode kedua Airin-Ben, Muhamad didapuk menjadi Sekda Kota Tangsel dalam menjalankan roda pemerintahan. Ben punya strategi jitu saat sesi tanya jawab. Ben (panggilan Benyamin Davni) tidak melontarkan pertanyaan kepada Muhamad. Namun, ia meminta pendapat kepada Muhamad selama kepala dinas dan sekda Tangsel, mendampingi Airin-Ben dalam menjalankan roda pemerintahan. "Pak Muhamad ini menjadi sekda kami cukup lama, menjadi kepala dinas cukup lama. Kira-kira apa yang sudah kita lakukan dalam kurun waktu selama kita bersama-sama, pancapaian-pencapaian prestasi apa dan kemudian saran-saran apa dari Pak Muhamad untuk Kota Tangerang Selatan ke depan, supaya lebih baik lagi, karena penduduk kita bertambah 3,4 persen pertahun dan akan menjadi 3 juta jiwa di 2030, dan kita akan berkembang menjadi megapolitan," tanya Ben. Muhamad mengakui Kota Tangsel mengalami banyak kemajuan sejak dipimpian Airin-Ben selama dua periode. Kemajuan yang dirasakan Muhamad terutama bidang kesehatan, pendidikan dani infrastruktur. Muhamad pun menjawa pertanyaan itu dengan lugas. "Betul, kita telah lama bersama-sama bagaiman membangun Tangsel," jawabnya. Ia memaparkan, Tangsel dilahirkan untuk memberikan pelayanan dan kesejahteraan kepada masyarakat. Tangsel ada bukan untuk sekadar politik, atau mencari, menyedot APBN ke Tangsel," katanya. Ia mengatakan, berdirinya Kota Tangsel suatu kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat. Muhamad merasakan sendiri, ketika berdinas sebagai camat Ciputat saat belum ada pemekaran Tangsel, masih wilayah Kabupaten Tangerang. Menurutnya, kala itu, begitu sulit membangun gedung sekolah dan puskesmas. "Sekarang sudah banyak kemajuan-kemajuan yang dibangun pemerintah Kota Tangeran Selatan. Itu sudah bisa dinikmati masyarakat. Namun, demikian tak ada gading yang tak retak. Masih banyak yang harus disempurnakan," ungkapnya. Yang perlu disempurnakan, kata Muhamad, memperbanyak puskesmas. Targetnya, satu kelurahan satu puskesmas. Untuk gedung sekolah, Muhamad akan memperbanyak gedung SMP negeri, agar banyak warga yang bisa menikmati sekolah negeri. "Setiap tahun masyarakat ribu-ribut, sampai demo. Bahkan saya pun sampai dicaci maki oleh ibu-ibu karena anaknya tidak bisa masuk sekolah negeri. Ini masalah yang harus dipecahkan ke depan," lanjutnya. Untuk masalah sampah, tempat penampungan sampah di Cipeucang, diubah menjadi ruang terbuka hijau. Sampah bisa dialihkan ke energi lain yang lebih ramah lingkungan. Dalam debat yang di siarkan langsung Kompas TV, tadi malam, masing-masing pasangan calon tak luput dari sikap grogi. Pasangan Nomor 1 Muhamad-Saraswati saat berbicara terkesan terbata-bata. Terutama saat Muhamad menyampaikan paparan dan menjawab pertanyaan. Terkesan seperti terburu-buru. Sehingga intonasi pengucapannya terdengar kurang jelas. Sementara, Saras -panggilan akrab Saraswati- terlihat lebih santai. Bahasanya lugas. Apalagi, saat di session akhir yakni kata penutup. Saras sangat lancar mengemukakan kata penutup dengan membaca lewat perangkat tab. Hal serupa dialami pasangan Nomor 2 Siti Nur Azizah-Ruhamaben. Saat menyampaikan kalimat penutup, Azizah membaca lancar dari secarik kertas yang sudah disiapkan. Pasangan ini juga terbilang jarang menyajikan Kota Tangsel dalam angka. Sementara, Benyamin Davnie dan calon wakilnya Pilar Saga Ichsan tampak sesekali melihat "contekan". Setelah itu, disambung dengan kalimat. Sesekali tersendat. Namun, secara keseluruhan bisa dibilang lebih banyak "lancarnya". Sebelum debat dimulai, acara diawali dengan menyajikan sekilas profil masing-masing kontestasi Pilkada Kota Tangsel. Dilanjutkan dengan sambutan Ketua KPU Kota Tangsel Bambang Dwitoro. Dalam sambutannya, Bambang mengatakan, Pilkada tinggal 17 hari lagi. Dia meminta rakyat datang ke TPS dengan menggunakan hak pilihnya. "KPU telah menyusun regulasi. Bagaimana memilih di TPS dalam kondisi bencana non alam covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan. Mari kita semua disiplin menerapkan hal ini. Semoga Pilkada yang sehat dan berkualitas dapat kita capai bersama," urai Bambang. Usai sambutan, masing-masing calon dipersilakan menyampaikan visi misinya. Dimulai dari nomor urut 1. Muhamad menyampaikan ingin mewujudkan Kota Tangsel yang aman, nyaman dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta dibingkai NKRI. "Semua terangkum dalam Tangsel untuk semua. Artinya apa? Bahwa kami dalam melayani dan melaksanakan pembangunan tidak membeda-bedakan antara warga yang berbagai macam ragam suku, ras, agama dan budaya," tutur Muhamad seraya meminta Saras menyampaikan misi pasangan calon urut nomor 1. Saras langsung menajamkan paparan Muhamad. Menurutnya, keberagaman harus dijaga dan dilestarikan. Sebab, keberagaman ini dinilai sangat rentan terhadap ketimpangan sosial dan konflik. "Karena memang ketimpangan sosial yang ada sangat nyata di Tangsel. Kami yakin keluarga yang beragam ini dapat bersatu, maka kita bisa mewujudkan Tangsel yang pemerintahannya transparan dan akuntabel," kata Saras. Saras berjanji tidak akan menghadirkan pemerintahan yang otoriter. Ingin melibatkan masyarakat dalam segala pengambilan kebijakan. Dan semua pembangunan dilakukan dalam semangat gotong royong demi terwujudnya warga yang sejahtera. Elok kotanya dan luhur budi warganya. Pasangan Azizah-Ruhamaben yang diberi kesempatan selanjutnya, langsung menggebrak dengan kalimat bernada kritik. Azizah mengatakan, pihaknya menemukan dua masalah utama. Pertama adalah kepemimpinan sudah 12 tahun berdiri, tapi banyak pekerjaan rumah yang belum selesai yang seharusnya selesai dalam 5 tahun awal pembentukan Kota Tangsel. Di Kota Tangsel juga berkembang budaya oligarki. Pemerintah juga dinilai belum mampu mengimbangi kinerja dari para pengembang swasta di dalam menghadirkan infrastruktur yang baik. Karena itu lebih dari 60% warga Tangsel menginginkan perubahan. Baik kepemimpinan maupun program solusinya. "Kami menawarkan dua strategi. Pertama perubahan kepemimpinan. Caranya dengan mendorong masyarakat Kota Tangsel untuk memilih pasangan 02. Pemimpin dengan pengalaman 20 tahun di birokrasi nasional dan seorang teknokrat dengan semangat perubahan. Kedua, pemerataan kemajuan untuk masyarakat langsung dalam bentuk bantuan insentif. Dan juga pemberdayaan masyarakat berbasis RT dan RW," tutur Azizah. Sebelum menyampaikan visi misinya, Benyamin memulai dengan prolog bahwa Tangsel sudah dihuni 1,7 juta jiwa dengan laju pertambahan penduduk 3,4% data BPS Tangsel, nantinya akan dihuni oleh 3 juta jiwa. Mencermati fenomena saat ini tentu berpengaruh kepada semua sendi kehidupan masyarakat. Mulai dari aspek sosial, ekonomi, budaya, politik pemerintahan dan sebagainya. Tentunya ini perlu ditangani secara baik secara tepat dengan kebijakan-kebijakan pemerintahan Kota yang melibatkan seluruh stakeholder. "Kota Tangsel memiliki pencapaian dan prestasi yang luar biasa dari pemerintah pusat. Di antaranya kota dengan julukan smart city, kota layak anak, kota layak pemuda, WTP berturut-turut dari BPK RI. Oleh karena itu ke depan, kami pasangan Benyamin-Pilar akan mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang sudah diraih," kata Benyamin seraya mengatakan pihaknya mengusung visi terwujudnya Tangsel yang unggul menuju Kota Lestari saling terkoneksi, efisien dan efektif. (rud/asp)

Sumber: