Evaluasi Penangan Banjir, Tim Kekurangan Perahu Karet

Evaluasi Penangan Banjir, Tim Kekurangan Perahu Karet

TIGARAKSA-Banjir yang melanda sejumlah wilayah di 14 kecamatan di Kabupaten Tangerang, membuat ribuan warga mengungsi. Saat banjir, akses jalan dan jembatan tak bisa dilewati. Sehingga, evakuasi warga harus menggunakan perahu karet. Namun, karena jumlah perahu karet tak memadai proses evakuasi lemban. Hal terungkap dalam evaluasi penanganan banjir yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Darah (BPBD) Kabupaten Tangerang, di Gedung Bupati Tangerang, kemarin. Kepala BPBD Kabupaten Tangerang, Bambang Sapto mengatakan, dalam penanganan banjir kemarin, ada 8 perahu karet yang dikerahkan. Selain itu, ada bantuan perahu karet dari Kepolisian sebanyak 6 unit dan TNI dua unit. “Perahu karet kita tempatkan di pusat markas komado tiga unit dan lima lainnya kita tempatkan di pos pemadam. Benar, kemarin kita kewalahan dan kekurangan perahu karet. Karena titik banjirnya banyak ada 38 titik dalam waktu yang bersamaan,” jelasnya. Untuk diketahui, ketinggian banjir di sejumlah wilayah di Kabupaten Tangerang, awal Januari kemarin, bervariasi. Mulai dari genangan semata kaki hingga mencapai atap rumah. Tak itu saja banjir juga merangsek ke RS Qadr, di Kecamatan Kepala Dua, sehingga memaksa 28 pasien dialihkan perawatan ke RSU Kabupaten Tangerang. Banjir di Kabupaten Tangerang, diakibatkan luapan tiga sungai besar. Yakni, Sungai Cidurian mengakibatkan banjir di 4 kecmatan. Lalu, Sungai Cimanceuri menggenangi 9 kecamatan, dan Sungai Cisadane menggenangi 5 kecamatan. Kemudian, Sungai Cirarab mengakibatkan empat kecamatan banjir dan luapan kali sabi menggenangi satu kecamatan. Bambang melanjutkan, untuk mengatasi kekurangan perahu karet, pihaknya sudah mengajukan bantuan perahu karet kepada BPBD Provinsi dan BNPB pusat. Menurutnya, idealnya di setiap kecamatan ada dua perahu karet yang siap pakai. Sementara, kondisi ini tak terpenuhi. Selain itu, perahu karet di markas komando BPBD banyak yang rusak dan bocor. Sedangkan, perahu karet yang siap dipakai ada 8 unit. “Di Kecamatan Cisoka saja kita siapkan satu ternyata ada dua titik dan di Kelurahan Bencongan, Kecamatan Kelapa Dua, ada dua titik banjir jadi kurang. ditambah belum dari titik yang lain,” ujarnya. Selain meminta bantuan provinsi dan pusat, Bambang mengungkapkan, akan mengajukan anggaran pembelian perahu karet di APBD Kabupaten Tangerang. “Kita akan beli perahu karet sesuai jumlah ideal. Namun bertahap, tidak sekaligus kita beli. Untuk di 2020, kita akan ajukan di APBD Perubahan,” tutupnya. Sementara, Bupati Tangerang, A. Zaki Iskandar mengatakan, penanganan banjir di Jabodetabek perlu adanya koordinasi secara terpadu. Terutama, dalam proses perencanaan pemanfaatan dan pengendalian tata ruang. “Ke depan perlu kita rapat bersama membahas banjir pemerintah pusat dan DKI Jakarta serta pemerintah kota satelit lain. Karena, semua daerah megapolitan terdampak akibat banjir ini, serta supaya ada solusi bersama,” jelasnya kepada awak media di Gedung Bupati Tangerang, Rabu (8/1). Ia menerangkan, tidak menaikan status kebencanaan menjadi darurat. Sebab, wilayah yang tedampak hanya 12 persen dari luas Kabupaten Tangerang. Walaupun jumlahnya mencapai 14 dari 29 kecamatan. Namun, penyebab banjir merupakan curah hujan yang tinggi di hulu dan hilir sungai. “Berkurangnya daerah resapan dan degradasi lingkungan. Serta, penyempitan dan pendangkalan aliran sungai besar. Hal ini diakibatkan sedimentasi lumpur, sampah, dan belum tertatanya irigasi atau normalisasi sungai. Adapun penanganan banjir di Kabupaten Tangerang sudah baik dan terjalin koordinasi yang baik antara dinas bersama kepolisian, dan TNI,” jelasnya. (mg-10/esa)

Sumber: