Korban Puting Beliung Masih Trauma, Psikis Warga Belum Pulih

Korban Puting Beliung Masih Trauma, Psikis Warga Belum Pulih

TIGARAKSA – Bencana alam angin puting beliung yang menghantam rumah warga di Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang masih menyisakan trauma. Peristiwa terjadi pada Kamis (12/12), dimana angin puting beliung merusak ratusan rumah dan fasilitas umum lainnya. Empat desa mengalami dampak paling parah, diantaranya, Desa Tanjung Anom, Tegal Kunir Lor, Sasak dan Marga Mulya. Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang, rumah yang mengalami kerusakan sebanyak 365 unit. Lalu, rumah yang rusak berat dan ringan mencapai 47 unit dan rusak ringan sebanyak 326 rumah. Selain kerusakan rumah dan bangunan lain, warga yang mengalami luka di kepala dan dada dilaporkan sebanyak tujuh orang. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Tangerang, Kosrudin mengatakan, warga Kecamatan Mauk yang terdampak bencana alam masih trauma. Walaupun, akibat kerusakan fisik bencana angin puting beliung sudah teratasi. Menurutnya, bencana angin puting beliung ataupun topan tidak terjadi dua kali dalam satu lokasi. Namun, tidak mudah mengobati rasa trauma atau psikis korban bencana alam. “Kemudian terkait penyintas (korban bencana) secara fisik sudah ready (siap). Tetapi, secara psikologis mereka butuh watku untuk pemulihan kembali traumanya. Itu tidak bisa sim salabim hilang dari ingatan mereka. Pasti butuh waktu lama,” katanya kepada Tangerang Ekspres melalui sambungan seluler, Minggu (22/12). Kosrudin mengungkapkan, akan berkoordinasi dengan Camat Mauk untuk memulihkan psikis warga. Sehingga diharapkan, stimulan yang diberikan psikolog dapat membantu mempercepat pemulihan trauma para korban, baik anak-anak maupun dewasa. “Kita akan konsultasikan dahulu dengan camat, bupati, wabup ataupun sekda. Apakah psikiater itu diperlukan atau tidak. Kalau diperlukan, pasti kita akan mendatangkan psikolog,” ungkapnya. Setelah pemabungan fisik di empat desa yang terdampak selesai. Ia mengatakan, diperlukan adanya proses rehabilitasi psikis. Terutama di dua desa yang terdampak paling parah. “Saya kira, setiap yang mendapatkan musibah itu pasti ada bekasnya. Saya kira, kebutuhan saat terjadi bencana alam itu bertahap. Pertama sembako, kemudian setelah itu teratasi. Maka selanjutnya, fisik berupa bangunan atau tempat tinggal. Selanjutnya, pemulihan psikis,” tutupnya. Sementara itu, Anak Bahari Indonesia Foundation, terketuk untuk ikut membantu korban putting beliung di Kecamatan Mauk. Yayasan yang bergerak dibidang sosial ini, datang tidak hanya membawa bantuan logistik. Mereka juga mengajak bermain anak-anak Desa Buaran Asem, yang terkena dampak bencana. “Kami ajak bermain anak-anak Desa Buaran Asem, dengan harapan anak-anak ini bisa melupakan trauma putting beliung,” ungkap Bagus Muhamad Rijal, pendiri Anak Bahari Indonesia Foundation. (mg-10/mas)

Sumber: