Mau Demo ke DPR, Ratusan Pelajar Tangsel Ditangkap

Mau Demo ke DPR,  Ratusan Pelajar Tangsel Ditangkap

SERPONG-Ajakan demo ke DPR menyebar lewat telepon genggam. Pesan itu menyasar smartphone milik para pelajar. Ratusan pelajar dari Jakarta, Bogor, Bekasi dan Depok ramai-ramai ke gedung DPR. Para siswa mengaku ikut menolak Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP). Namun, mereka justru berbuat anarkis. Ratusan pelajar dari Kota Tangsel gagal ke DPR. Mereka diamankan polisi di stasiun Rawa Buntu dan Serpong. Dua tim dari Polsek Serpong dan Ciputat berhasil menggagalkan keberangkatan siswa baik SMP/SMU maupun SMK. Kapolsek Serpong Kompol Stephanus Luckyto mengatakan, berhasil mengamankan 119 siswa yang akan berangkat demo ke DPR sekitar pukul 13.40 WIB. "Sebanyak 119 siswa ini kita amankan ketika akan berangkat menggunakan kereta api di Stasiun Serpong dan Rawa Buntu," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Rabu (25/9). Luckyto menambahkan, 119 siswa itu berasal dari berbagai sekolah di Kota Tangsel, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. Yakni, SMK PGRI Cilenggang 11 orang, SMK PGRI 5 Serpong 11 orang, SMP 7 Kelapa Dua 12 orang, SMP 11 Rawa Buntu 16 orang, SMK Indrawangsa Cipondoh 11 orang, SMP 14 Tangerang 30 orang. Selanjutnya, SMK BLM Lengkong Wetan Serpong 1 orang, SMK Gema Gawita 1 orang, SMAN Tangsel 1 orang, SMP PGRI 35 Serpong 1 orang, serta anak putus sekolah 6 orang. Siswa tersebut kemudian dibawa ke Polsek Serpong untuk didata dan dilakukan pembinaan mental. Setelah dibina, siswa itu diserahkan kepada pihak sekolah masing-masing untuk dibina lebih lanjut. "Setelah pemeriksaan tidak ditemukan benda-benda berbahaya dari siswa ini, kita panggil gurunya dan kita serahkan," tambahnya. Sementara itu, Polsek Ciputat juga berhasil menggagalkan 31 siswa SMA/SMU dan mahasiswa yang akan berangkat unjukrasa ke DPR. Kapolsek Ciputat Kompol Endy Mahandika mengatakan, 31 siswa dan mahasiswa ini diamankan saat berkumpul di lapangan Ciputat Molek, Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, Rabu (25/9) sekitar pukul 15.00 WIB. "Sebanyak 31 orang ini kita amankan karena diduga akan mengarah ke DPR untuk melakukan unjuk rasa," ujarnya. Endy menambahkan, 31 orang yang diamankan berasal dari SMK Bina Insan Nusantara Ciputat 15 orang, sekolah Sasmita Pamulang 3 orang, SMA 1 Parung 3 orang, STM Parung 9 orang, dan 1 orang mahasiswa Universitas Pamulang. "Semua yang diamankan lalu kita bawa ke Mapolsek Ciputat untuk didata dan diberikan arahan maupun imbauan, serta memanggil guru sekolah masing-masing," tambahnya. Mantan Kapolsek Johar Baru, Jakarta Pusat ini menuturkan, sebelum siswa dan mahasiswa ini diserahkan kepada guru sekolah masing-masing, mereka diajak menunaikan ibadah salat magrib berjamaah bersama anggotanya di musala Polsek Ciputat. Endy bertindak sebagai imam dalam salat itu. "Saya ajak siswa dan mahasiswa ini salat magrib berjamaah karena ingin mengingatkan kembali norma-norma agama dan menjadi muslim yang taat beribadah," tutupnya. Sementara itu, para pelajar sekolah menengah melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung DPR. Dalam aksinya sejumlah pelajar dari Jabodetabek itu mengenakan seragam putih abu-abu, pramuka, dan putih biru. Tak berbeda jauh dengan aksi mahasiswa sebelumnya, aksi dari para pelajar ini juga anarkis. Berdasarkan pantauan Fajar Indonesia Network (FIN), para pelajar melakukan aksi bakar-bakaran, dan merusak sejumlah fasilitas umum maupun publik. Di belakang gedung DPR, massa pelajar membakar berbagai benda-benda di sekitarnya. Bahkan, dua unit sepeda motor yang tidak tahu siapa pemiliknya di Jalan Palmerah Timur, ikut dibakar. Tak sampai di situ, mereka pun membakar halte di stasiun Palmerah di bawah jembatan penyebrangan orang (JPO). Akibat pembakaran, stasiun Palmerah lumpuh tak ada satu penumpang pun yang menaiki kereta comutterline. Dampak aksi berupa bentrokan pun tak terelakan. Massa demonstrasi dan polisi terlibat bentrok di sekitar flyover arah Slipi. Massa melempari polisi dengan batu dan dibalas polisi dengan melepaskan gas air mata untuk membubarkan massa. Bahkan massa kemudian membakar satu bangunan yang diduga pos polisi yang berada di persimpangan Pejompongan. Kepolisian mengerahkan satu mobil taktis water cannon untuk memadamkan api. "Itu adalah pospol Pejompongan," kata salah seorang warga yang melintas. Bangunan tersebut ludes dilalap api, meski kepolisian sempat berusaha memadamkannya dengan menambahkan air dari mobil taktis. Hingga pukul 19.00 WIB, di Jalan Gatot Subroto, tepatnya di flyover yang mengarah ke Slipi, terlihat batu terus dilemparkan massa ke aparat. Water cannon juga disiagakan di lokasi. Di lokasi lain, massa pelajar yang mengakui berasal dari siswa STM se-Jabodetabek dikabarkan melakukan aksi long march menuju gedung DPR RI, dari arah jalan Raya Mampang Prapatan dan sambil memegang batang bambu yang sengaja dimain-mainkan dan menyanyikan yel-yel. Aksi itu pun sempat diadang petugas dengan melepaskan gas air mata, hingga membuat para pelajar berhamburan dan turut menyerang polisi dan kendaraannya dengan lemparan batu. Imbas dari long march sendiri menyebabkan arus lalulintas menuju Semanggi pun ditutup. Termasuk juga dengan arus lalulintas di ruas tol dalam kota (dalkot) juga ditutup. Karena massa pelajar nekat berjalan kaki memasuki area tol, sekitar pukul 18.00 WIB. Dan sterilisasi ruas tol dan jalan Cawang-Semanggi itu pun langsung dipimpin oleh Kasatreskrim Polres Jakarta Selatan. Kasatreskrim Polres Jakarta Selatan Kompol Andi Sinjaya mengakui, upaya pengawalan massa pelajar ini dilakukan pihaknya dari mulai gerbang tol Mampang hingga depan gedung LIPI, hal itu guna mendorong para pelajar sampai di depan Polda Metro Jaya. "Iya, kita arahkan keluar gerbang tol depan Polda Metro Jaya dalam rangka untuk mengarahkan para pelajar ini pulang ke rumah masing-masing," tutur Andi. Padahal sebelumnya, puluhan pelajar dihalau aparat kepolisian untuk tidak ikut aksi unjuk rasa di depan gedung DPR. Mereka langsung dipulangkan. Kasubdit Penegakan Hukum Ditlantas Polda Metro Jaya AKP M Nasir saat dikonfirmasi membenarkan, kalau pihaknya telah mengamankan puluhan pelajar atau siswa SMA yang sedang berkumpul di sekitar Restoran Pulau Dua kawasan gedung DPR. Menurut Nasir, puluhan pelajar itu diduga hendak mengikuti aksi unjuk rasa yang berlangsung di depan gedung DPR . "Ya, melihat mereka di situ kami langsung mengamankan," kata Nasir dihubungi Fajar Indonesia, Rabu (25/9). Nasir mengatakan, ada sekitar 80 pelajar yang diamankan di lokasi tersebut dan oleh petugas langsung dilakukan penggeledahan terhadap barang bawaannya, sekaligus menginterogasinya. "Saat kita geledah, tak ditemukan barang berbahaya yang mereka bawa," ujarnya. Adapun berdasarkan hasil interogasi, para pelajar itu mengakui memang berencana untuk ikut dalam aksi unjuk rasa mahasiswa di depan gedung DPR. Namun demikian, ditanya alasannya ikut unjuk rasa para pelajar ini cuma untuk ikut-ikutan saja. "Saya tanyakan satu-satu tadi, dan semuanya tidak ada yang bisa jawab untuk apa ikut unjuk rasa. Mereka cuma bilang, kalau hanya ikut-ikutan saja," jelas Nasir. Terkait asal-usul, ternyata para pelajar tersebut berasal dari Depok, Lebak Bulus, dan Tangerang Selatan. "Mereka datang itu nekat bolos sekolah, dan tak ada izin orangtua," ungkap Nasir. "Kita tidak sampai membawanya ke polda, melainkan setelah diinterogasi dan geledah semuanya, kita lepaskan mereka untuk kemudian pulang ke rumahnya masing-masing," pungkasnya. Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan, petugas pengamanan unjuk rasa di depan gedung DPR berhasil mengamankan setidaknya 200 pelajar SMA atau STM yang ikut-ikutan aksi unjuk rasa. Menurut Argo, ratusan pelajar SMA/STM saat ini sedang dalam pemeriksaan guna penyelidikan dan pendalaman lebih lanjut terkait motif dan alasan mereka mengikuti unjuk rasa bersama ribuan massa mahasiswa di depan gedung DPR. "Iya, memang benar ada siswa yang melakukan unjuk rasa di depan gedung DPR, kemudian mereka kita amankan. Ada sekitar 200 orang, dan sementara sedang kita lakukan pemeriksaan," kata Argo kepada wartawan, Rabu (25/9). Argo menegaskan, aksi yang dilakukan para pelajar baik SMA maupun STM ini tidak memiliki izin. Namun demikian, diakui Argo, kabar mengenai aksi yang dilakukan pelajar ini memang telah beredar dari kemarin. Tapi dari kabar yang beredar itu tidak diketahui maksud dan tujuan peserta aksi. "Ya, untuk kabar beredar sejak kemarin. Tapi hari ini (kemarin) tidak ada surat pemberitahuan untuk demo. Jadi, kalau ada ya kita amankan di sini," ujarnya. Sementara ditempat terpisah, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Harry Kurniawan juga turut mengamankan sejumlah massa pelajar yang tengah menggelar aksi di depan gedung DPR. Bahkan, dari para pelajar ini diamankan petasan dan besi panjang. "Para pelajar ini tadi kita temukan beberapa membawa besi panjang, ada petasan kembang api dan beberapa besi dengan ukuran sedang. Dari hasil interogasi, mereka berasal dari sejumlah sekolah di Jakarta, Tangerang, Bekasi, karawang, hingga Bogor," kata Harry. Guna penyelidikan lebih lanjut, diakui Harry, para pelajar itu pun kemudian diamankan ke Polda Metro Jaya dalam rangka penyelidikan dan pendalaman dari motif dan alasannya mereka ikut aksi unjuk rasa tersebut. "Sudah sempat ditanya ke mereka tujuannya, tapi mereka mengaku tidak tahu. Semuanya pun kita sudah bawa ke Polda Metro Jaya, kita kumpulkan di Direktorat Binmas nanti kita dalami, karena mungkin dengan pendekatan Binmas bisa lebih mendalam," ungkapnya. Sementara melalui aplikasi perpesanan WhatsApp, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengimbau kepada para orang tua siswa SMA/SMK yang berdomisili di DKI Jakarta, Depok dan Bekasi untuk mengecek keberadaan anak-anaknya. KPAI khawatir, anak-anak menjadi bagian dari peserta aksi demo di gedung DPR RI. "Para orang tua diharapkan meminta anak-anaknya meninggalkan lokasi aksi jika memang mereka saat ini masih berada di lokasi aksi," pintanya. (bud/fin)

Sumber: