Daging Hewan Kurban Harus ASUH

Daging Hewan Kurban Harus ASUH

TIGARAKSA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang mengimbau kepada seluruh pengusaha sapi untuk memastikan hewan kurban dalam kondisi sehat dan higienis. Hal tersebut yang diungkapkan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, saat  melepas dokter dan petugas kesehatan untuk memastikan kesehatan hewan kurban Zaki mengatakan, petugas medis yang memeriksa hewan kurban beroperasi hingga pemotongan. Sebab, perlunya dilakukan pengecekan pada organ tubuh hewan usai pemotongan. Bupati menyebutkan, fokus utama petugas kesehatan dalam pengawasan pemotongan hewan kurban menjamin bebas penyakit zoonosis yang dapat menular dari hewan ke manusia. Kemudian, petugas, kata Zaki, juga menjamin pemenuhan syariat Islam dan kesejahteraan hewan. "Kemudian distribusi daging hewan kurban kepada mustahik untuk menjamin pemenuhan persyaratan higienis sanitasi dan keamanan pangan. Daging hewan kurban harus memenuhi persyaratan aman, sehat, utuh dan halal atau disingkat ASUH," ucap putra mantan Bupati Tangerang Ismet Iskandar. Ia menegaskan, tidak ada toleransi pada hewan kurban yang tidak masuk ketegori Asuh. “Pemeriksaan akan berlangsung sampai Idul Adha, karena nanti akan memeriksa organ tubuh hewan kurban. Mudah-mudahan apa yang sudah diberikan dapat dilaksanakan di lapangan. Saya sudah tegaskan bahwa poin yang paling penting hewan tersebut masuk kategori Asuh. Kalau tidak masuk kategori harus segera diberitahukan kepada masyarakat.,” ujarnya. Kata Zaki, kasus penyakit antraks yang menyerang hewan kurban di Boyolali dan Klaten masuk dalam perhatian utama. Ia mengatakan, sudah dilakukan beberapa antisipasi untuk mencegah penyebaran penyakit.    “Antisipasinya, hewan yang berasal dari Boyolali dan Klaten dilarang masuk ke Kabupaten Tangerang. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan dari daerah lain juga ada penyakit serupa. Karenaya sudah kita siapkan dokter yang mumpuni berikut peralatannya,” katanya. Diketahui, penyakit antraks pada hewan kurban disebabkan akibat spora (bibit) Bacillus Anthracis yang menempel dipakan ternak atau rumput. Adapun hewan yang terjangkit akan timbul beberpa gejala, diantaranya, moncong (mulut) bernanah dan berkeropeng serta terbentuk lebih basah. Kemudian pembengkakan pada leher, dada, isi perut hewan, sesak nafas, keluar darah hitam encer dari lubang tubuh. Sedangkan pada kulit dapat menyebabkan benjolan di beberapa bagian. Untuk mencegahnya, para pemilik hewan kurban dapat memberikan vaksin untuk memperkuat daya tubuh hewan. Serta menjaga kebersihan kandang dengan memiliki sanitasi kandang yang terbebas dari kotoran ataupun serangga. Selain itu, dilakukan penyemportan disinfektan atau insektisida secara rutin pada kandang dan daerah sekitarnya. Kapal Dinas Pertanian dan Ketahana Pangan Kabupaten Tangerang, Aziz Gunawan mengatakan, untuk pengecakan kesehatan hewan kurban diterjunkan sebanyak 90 petugas. Kata dia, petugas tersebut dikoordinatori sebanyak 15 orang dokter hewan dan tenaga paramedis. Selain itu, telah dilakukan pelatihan kepada petugas pemotong hewan disetiap masjid. “Pantuan dari empat tahun yang lalu dengan kondisi saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi hari ini. Untuk pemotong kurban sudah kita bekali hingga kini baru mencapai 60 persen masjid. Kalau untuk hewan kurban yang terdata ada sekira 25 ribu ekor yang ada dipenampungan. Sedangkan yang dipotong  diperkirakan mencapai 13 hingga 15 ribu ekor,” katanya. “Hewan Kurban yang sudah teridentifikasi sehat akan kita beri tanda khusus. Kita nanti pasangkan pada kuping hewan. Sehingga masyarakat dapat mengetahui. Kita juga pastikan tidak ada hewa kurban dari Boyolali dan Klaten yang masuk ke kita.  Nanti hewan diberi vaksin dan obat-obat untuk memberantas cacing hati dan lainnya bukan saja pada hewan yang sakit,” imbuhnya. (mg-10/mas)

Sumber: