Petani Tanjung Anom Terancam Kekeringan

Petani Tanjung Anom Terancam Kekeringan

MAUK – Pasokan air di sejumlah wilayah Kabupaten Tangerang semakin langka menyusul semakin meluasnya kekeringan dampak kemarau panjang. Warga di daerah yang mengalami krisis air membutuhkan pasokan air untuk menyelamatkan lahan pertanian para petani dan keberlangsungan hidup warga di daerah yang mengalami krisis air. Hal tersebut dirasakan petani yang tergabung dengan  kelompok tani (Poktan) Buaran Asem Tengah, Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, mengelola lahan persawahan padi seluas 37 hektare. Muhamad Syafei, Ketua Poktan mengaku lahan persawahan padi yang dikelola mereka terancam kekeringan. Pasalnya, saat ini para pertani mulai kekurangan air dari sungai. Di tambah lagi, musim kemarau yang berkepanjangan. “Padahal, kalau turun hujan sekali dalam sepekan, kami masih terbantu untuk mengairi sawah, walaupun sedang kekurangan air dari sungai selama dua bulan ini,” kata Syafei, sambil menunjukan saluran air yang nyaris kering, kepada Tangerang Ekspres, di Kampung Buaran Asem, Desa Tanjung Anom, Rabu (3/7). Syafei mengungkapkan, lahan persawahan padi seluas 37 Hektare, saat ini hanya sekitar seluas 20 hektre yang masih dapat ditanamkan padi. Itupun, jelasnya, harus berbagi air dengan poktan lain. Menurut Syafei, selama beberapa hari sekali, pihaknya baru bisa menerima jatah air sungai. “Sebab, saluran air dibendung petani lain, untuk mengairi sawah mereka juga,” jelasnya. Dikatakan Syafei, jika kekurangan air sungai terus-menerus, ia berencana tidak menanam padi pada musim tanam Oktober, Maret atau disingkat Okma. Tapi, ia berharap hujan dapat turun mulai Agustus mendatang. “Jadi, kami dapat bertani dengan tenang, tidak khawatir kekeringan,” ucapnya. Sementara itu, Sukandar, Penyuluh pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tegal Kunir, Kecamatan Mauk, mengakui para petani di Desa Tanjung Anom, terancam kekeringan. Saat ini, ungkapnya, dari lahan persawahan di desa tersebut seluas 216 hektare, hanya sekitar 170 hektare, yang dapat ditanam padi. “Sisanya tidak ditanami padi,” jelasnya. Sukandar menyebutkan kondisi saluran air tersier Sungai Cisadane belum dapat memenuhi kebutuhan air ke seluruh lahan persawahan padi secara serempak. Penyebabnya, kata Sukandar, kondisi infrastruktur saluran air. “Yakni akibat pendangkalan dan kondisi turap saluran air yang banyak rusak,” pungkasnya. (zky/mas)

Sumber: