Wiranto Tuding Preman Bayaran, Di Balik Kerusuhan Tanah Abang dan Petamburan

Wiranto Tuding Preman Bayaran, Di Balik Kerusuhan Tanah Abang dan Petamburan

JAKARTA - Kerusuhan yang terjadi di Tanah Abang, Jakarta Pusat dan Petamburan, Jakarta Barat, Rabu (22/5) dilakukan oleh preman bayaran. Para pelaku merupakan preman. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, mengatakan kerusuhan yang terjadi pada 22 Mei dini hari di kawasan Tanah Abang dan Petamburan merupakan ulah massa bayaran. Pelaku kerusuhan adalah para preman. Aksi anarki muncul usai peserta unjuk rasa Bawaslu membubarkan diri dengan damai. Aksi anarki sengaja diciptakan untuk membuat kekacauan. "Pelaku kerusuhan menyerang petugas asrama polisi yang ditinggali keluarga anggota Brimob, membakar mobil, dan aksi brutal lainnya. Tujuannya menciptakan kekacauan dan jatuh korban," katanya di Gedung Kemenko Polhukam, Rabu (22/5). Dijelaskan para perusuh merupakan preman yang dibayar. Mereka sengaja dibayar agar membuat kekacauan. Untuk itu dia meminta agar masyarakat jangan terkecoh. Setelah itu, dimunculkan sebuah asumsi seolah-olah petugas keamanan bertindak sewenang-wewenang sehingga ada korban di masyarakat. "Saya katakan itu tidak benar. Jangan sampai diputarbalikkan," tegas dia. TNI dan Polri, menurut Wiranto dalam menjaga dan mengamankan aksi massa tidak dibekali dengan senjata. Persenjataan disimpan di gudang. "Mereka hanya pakai perisai, pentungan, dan perlengkapan lain, bukan senjata api. Enggak mungkin petugas bunuh rakyat saat aksi demo," jelasnya. Di tempat yang sama, Kapolri Jenderal Tito Karnavian membenarkan, massa yang menciptakan kericuhan adalah kelompok bayaran yang ditugaskan membuat onar. Paska kerusuhan Tito mengungkapkan, pihaknya berhasil mengamankan beberapa yang diduga sebagai pelaku atau provokator pemicu kerusuhan. Sebagian orang yang ditangkap tersebut bertato di tubuhnya. Selain itu, petugas juga menemukan uang sebesar Rp 6 juta dari pelaku kerusuhan. "Yang diamankan ini kami lihat, termasuk yang di depan Bawaslu, ditemukan di mereka amplop berisikan uang totalnya hampir Rp6 juta, yang terpisah amplop-amplopnya. Mereka mengaku ada yang bayar," terang Kapolri. Tito meminta publik tidak mem-framing aksi damai kemudian dibubarkan dengan langkah-langkah represif oleh polisi dan TNI. Pada kesempatan yang sama, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memastikan akan memback up Polri untuk menindak tegas pelaku kerusuhan. TNI sudah menyiapkan prajurit di empat titik strategis. Mulai dari gedung KPU, gedung Bawaslu, DPR, dan Istana Negara. Serta menginstruksikan anak buahnya untuk melakukan tindakan tegas pada perusuh. Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan Polri telah mengamankan 62 orang yang diduga berperan sebagai provokator aksi unjuk rasa yang berakhir ricuh di sejumlah titik di Jakarta. "Aparat Kepolisian sudah mengamankan lebih dari 62 orang yang diduga sebagai pelaku provokator dan melakukan tindak pidana lainnya," kata Dedi. 257 Tersangka Sementara itu Polda Metro Jaya menetapkan 257 tersangka kasus kerusuhan 22 Mei 2019 yang berawal dari depan Gedung Bawaslu RI, Jakarta Pusat, pada Selasa (21/5) malam. "Berkaitan dengan unjuk rasa yang kami amankan, TKP-nya ada tiga. Pertama di depan Bawaslu, Petamburan, dan ketiga adalah di Gambir. Dari tiga TKP tersebut setelah dilakukan penangkapan orang-orang atau sekelompok massa yang melakukan rusuh, ada 257 tersangka yang buat kerusuhan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (22/5) malam. Para tersangka tersebut, kata Argo, diamankan antara lain dari depan Bawaslu sebanyak 75 orang, Petamburan 156 tersangka, dan Gambir 29 tersangka. "Di Bawaslu kenapa dilakukan penangkapan karena melawan petugas yang sedang bertugas, kemudian juga melakukan perusakan. Selanjutnya di Petamburan karena pembakaran mobil dan asrama, di Gambir penyerangan asmara dan Polsek Gambir," ujar Argo. Dari para pelaku, kata Argo, polisi telah menyita sejumlah barang bukti beberapa di antaranya celurit, anak panah, dan sejumlah uang. Argo mengatakan polisi saat ini tengah memburu diduga aktor intelektual yang menyuruh para tersangka melakukan kerusuhan. Saat ini polisi memberlakukan Siaga 1 di Jakarta menyikapi hasil rekapitulasi suara nasional Pilpres 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Setelah sempat terjadi aksi massa mengatasnamakan Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) di depan Bawaslu yang bubar usai salat tarawih pada Selasa (21/5), malam harinya terjadi kerusuhan di depan Bawaslu. Kerusuhan di depan Bawaslu RI itu pun berlanjut hingga Rabu (22/5) siang hingga merembet ke kawasan Petamburan dan Tanah Abang, Jakarta Pusat karena massa dipukul mundur dan diupayakan bubar oleh polisi. Kerusuhan massa itu diduga terkait hasil rekapitulasi Pemilu 2019 yang telah diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di mana Jokowi-Ma'ruf (paslon nomor urut 01) mengalahkan paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.((fin/cnn)

Sumber: