KB Suntik Primadona

KB Suntik Primadona

CIPUTAT-Saat ini ada banyak pilihan alat kontrasepsi yang tersedia untuk membantu mengatur atau mencegah kehamilan. Di antara sekian banyak alat kontrasepsi, suntik keluarga berencana (KB) menjadi primadona kalangan emak-emak. Karena, KB jenis ini paling banyak dipilih. Kepala Bidang Keluarga Berencana pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DPMP3AKB) Kota Tangsel, Ellen Hutabarat mengatakan, alat kontrasepsi yang paling banyak diminati masyarakat adalah suntik. "Kontrasepsi yang paling banyak diminati suntik. Dengan melakukan suntik maka mereka harus datang tiga bulan lagi untuk suntik kembali," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Jumat (18/1). Hellen menambahkan, 2018 DPMP3AKB memiliki target 42.823 akseptor namun, diluar dugaan jumlahnya melebihi target, yakni 53.871 akseptor. Atau dapat 127,66 persen dari target 125,80 persen. Sedangkan kontrasepsi jenis suntik targetnya 22.912 akseptor namun, tercapai 22.830 akseptor atau 99,64 persen dari target. Sedangkan kontrasepsi jenis metode operasi wanita atau tubektomi (wow) melebihi target dan diperoleh 250,58 persen. "Target kita 423 akseptor dan diluar dugaan terealisasi 1.060 akseptor," tambahnya. Masih menurut Hellen, kontrasepsi WOW paling banyak dilakukan oleh perempuan yang sudah memiliki dua atau tiga anak. Sehingga mereka memiliki disterilkan dan biasanya dilakukan sehabis melahirkan. Ada juga yang melakukan tidak setelahs melahirkan dan usia di atas 35 tahun namun masih usia subur. Menurutnya, kontrasepsi jenis WOW sebenarnya lebih mudah dan tidak perlu bolak-balik melakukannya. "Cukup sekali melakukan wow dan tidak perlu lagi makan pil atau suntik," jelasnya. Sebetulnya jika dilihat sekarang ataupenggunaan kontrasepsi sudah meningkat, ini dapat dilihat dari peningkatan dari tahun ketahun. Pengguaan kontrasepsi paling banyak dilakukan di puskesmas dan RSU Tangsel, klinik swasta dan mobil layanan KB keliling. Sedangkan jika dilihat dari usia aseptor atau orang yang menerima kontrasepsi, maka usia 25-35 tahun adalah rentang umur yang paling banyak menggunakan kontrasepsi. Usia tersebut juga termasuk dalam rentang masa produktif. "Meski ada banyak pilihan alat kontrasepsi yang bisa digunakan oleh masyarakat namun, keputusan akhirnya tetap di tangan para akseptor, kontrasepsi apa yang sesuai dengan dirinya," ungkapnya. Hellen menjelaskan, tahun ini DPMP3AKB belum dapat target masyakrakat yang harus menggunakan alat kontrasepsi dari BKKBN Provinsi Banten. Sedangkan untuk stok alat kontrasepsi saat ini cukup banyak dan disuplai dari propinsi dan tiap bulan lapor selalu dilaporkan penggunaan dan sisanya. "Kesadaran masyarakat Tangsel yang pakai kontrasepsi banyak dilakukan mandiri, baik ke bidan, klinik, rs swasta. Sehingga tidak perlu ke puskesmas dan mobil keliling. Jumlah akseptor yang kita peroleh tahun lalu juga termasuk data dari pelayanan klinik dan puskesmas," tuturnya. Tujuan melakukan KB menurutnya adalah untuk menurunkan angka kematian ibu. "Saya tekankan pentingnya menghindari terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu rapat dan terlalu tua (4T). Kalau ini dilakukan dijamin program KB akan sukses," tutupnya. (bud)

Sumber: