Terkait Kasus Kekerasan yang Terjadi di Dunia Pendidikan, Pendidikan Karakter Harus Dimulai dari Rumah

Senin 20-10-2025,17:27 WIB
Reporter : Randy Yasetiawan
Editor : Sihara Pardede

TANGERANGEKSPRES.ID, TANGERANG — Fenomena siswa yang mulai berani menan­tang guru mencerminkan per­ge­seran besar dalam pandangan terhadap otoritas di sekolah. Pergeseran ini sendiri dipe­ngaruhi oleh perubahan sosial, teknologi dan peran keluarga. 

Demikian dikatakan Dosen di FKIP Universitas Islam Syekh-Yusuf (UNIS) Dadang Saepuloh kepada Tangerang Ekspres. Me­nurutnya, pengaruh media sosial yang mendorong kebe­basan berpendapat tanpa batas, juga turut memperburuk sikap siswa terhadap guru. Leih ironis lagi, ada orang tua yang men­dukung sikap anak yang salah ini, memperparah keadaan. 

Dadang menjelaskan, menu­rut teori pendidikan karakter seperti yang diungkapkan oleh Lickona, pendidikan karakter yang kuat di sekolah harus di­mulai dari rumah dan di in­ternalisasi dalam kehidupan sehari-hari siswa.

”Pengawasan yang lemah di sekolah dan kurangnya kola­borasi antara sekolah dan ke­luarga, menjadi faktor peng­hambat terbentuknya etika dan penghormatan terhadap oto­ritas. Menggunakan teori Self-Deter­mination dari Deci and Ryan, hubungan positif antara guru dan siswa, serta peng­hargaan terhadap otonomi sis­wa, sangat penting untuk menciptakan ling­kungan yang mendukung perilaku baik,” ujarnya. 

Dadang menambahkan, di­butuhkan pendekatan pendidik­an yang lebih humanis dan dinamis, yang mengintegrasi­kan pendidikan karakter, pe­nguatan pengawasan, dan ko­laborasi erat antara guru, orang tua, dan siswa.

”Tenaga pengajar menghadapi siswa dengan etika yang kurang terhadap guru dengan pen­dekatan yang penuh kesabaran, membangun hubungan yang positif, dan memberikan contoh yang baik. Berdasarkan teori Self-Determination, guru perlu menciptakan lingkungan yang mendukung siswa untuk merasa dihargai dan diberi kebebasan dalam belajar, sehingga mereka lebih cenderung menghormati otoritas,”paparnya.

Ia menjelaskan, guru juga bisa menerapkan pendekatan pendidikan karakter dengan mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang mengutamakan saling menghargai. Selain itu, penting bagi guru untuk meli­batkan orang tua dalam proses ini, untuk memastikan nilai-nilai yang diajarkan di rumah dan sekolah sejalan. 

”Dalam menghadapi perilaku negatif, guru dapat meng­gu­nakan pendekatan restoratif untuk menyelesaikan konflik dengan mendengarkan semua pihak, sehingga siswa mema­hami konsekuensi perbuat­annya. Dengan cara ini, hu­bung­an guru dan siswa dapat diperbaiki, dan siswa bisa be­­la­jar untuk lebih meng­hor­mati otoritas,” ungkapnya.

Dadang menambahkan, pen­didikan bukan hanya tanggung jawab sekolah tetapi orang tua, terutama ketika anak tidak se­dang berada di sekolah. Keter­libatan orang tua dalam pen­didikan sangat mempengaruhi hasil belajar dan perkembangan karakter anak.

”Orang tua memiliki peran penting dalam mendukung pen­didikan anak-anak mereka di rumah dengan menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran, mengajarkan nilai-ni­lai moral, dan mem­berikan perhatian terha­dap kesejahteraan emosional me­reka. Pendidikan karakter harus dimulai sejak dini di ru­mah dan diteruskan di sekolah, agar nilai-nilai seperti kejujur­an, tanggung jawab, dan saling menghormati dapat tertanam dengan baik pada anak. Dengan bekerja sama, orang tua dan sekolah dapat saling mendu­kung dalam membimbing anak untuk tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berkem­bang secara sosial dan emo­sional,” tutupnya.(ran)

Kategori :