TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Sebanyak 18 ribu warga Kota Serang hingga kini masih masuk kategori miskin ekstrem. Meski jumlah tersebut sudah mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, penurunannya dinilai belum signifikan.
Pemerintah Kota (Pemkot) Serang pun menggelar berbagai program percepatan penanganan, salah satunya melalui pembagian ribuan paket sembako yang mulai disalurkan pekan ini.
Wali Kota Serang, Budi Rustandi, menegaskan pola pembagian bantuan kali ini dibuat berbeda agar lebih tepat sasaran. Jika sebelumnya distribusi bantuan melewati lurah maupun RT, kini Dinas Sosial (Dinsos) langsung turun ke lapangan dan membagikan paket sembako ke rumah penerima.
“Sistemnya langsung ke masyarakat agar tidak ada lagi bantuan yang salah alamat. Petugas dari Dinsos turun langsung memastikan penerimanya memang warga yang berhak. Saya ingin bantuan ini benar-benar sampai kepada masyarakat miskin ekstrem yang membutuhkan,” ujar Budi saat penyaluran simbolis di Kecamatan Cipocok, Kota Serang, Kamis (11/9).
Budi menambahkan, bantuan ini bukan hanya bersifat konsumtif semata, melainkan juga bagian dari strategi mempercepat perputaran ekonomi di Kota Serang. Menurutnya, penanganan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mulai dari bantuan langsung, pendidikan, hingga pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
“Program ini bukan hanya sebatas bantuan konsumtif, melainkan bagian dari strategi mempercepat perputaran ekonomi. Semua upaya kami lakukan agar angka kemiskinan di Kota Serang bisa segera turun,” kata Budi.
Sementara itu, Kepala Dinsos Kota Serang, Muhammad Ibra Gholibi, menjelaskan total paket sembako yang disalurkan mencapai 5.611 dengan anggaran sebesar Rp2,2 miliar. Setiap paket berisi kebutuhan pokok berupa beras, gula, minyak, dan sarden.
“Jumlah warga miskin ekstrem di Kota Serang masih sekitar 18 ribu jiwa. Angka ini memang sudah turun dibanding tahun lalu, tetapi penurunannya belum signifikan,” kata Ibra.
Ia memaparkan, pembagian dilakukan secara bertahap melalui road show ke enam kecamatan. Rinciannya, Kecamatan Cipocok menerima sekitar 800 paket, Kasemen 1.300 paket, Taktakan 1.000 paket, Walantaka 700 paket, dan kecamatan lain rata-rata 700 hingga 800 paket.
“Program ini akan berkelanjutan karena anggarannya bertahap. Tahun depan, kami targetkan sisa keluarga miskin ekstrem juga bisa terakomodir,” ujarnya.
Selain sembako, Pemkot juga menyiapkan strategi lain yang lebih komprehensif, baik melalui pendidikan maupun pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ada tiga strategi utama yang sedang dijalankan.
Pertama, menghadirkan Sekolah Rakyat yang rencananya akan diluncurkan pada 30 September ini. Kedua, memperkuat program bantuan langsung seperti Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Ketiga, mendorong pemberdayaan sosial-ekonomi dengan membentuk kelompok usaha bersama maupun usaha ekonomi masyarakat.
“Dalam program pemberdayaan ini, perlu kolaborasi antar-OPD, termasuk dengan Dinas Pendapatan dan Dinas Pemuda dan Olahraga, agar UMKM masyarakat bisa lebih kuat. Harapannya, masyarakat miskin ekstrem tidak hanya terbantu secara konsumtif, tetapi juga berdaya secara ekonomi,” jelas Ibra.
Pemkot optimistis langkah terpadu ini dapat menekan angka kemiskinan ekstrem. Pemerintah pusat sendiri menargetkan kemiskinan ekstrem di seluruh Indonesia bisa ditekan hingga nol persen pada 2026. (ald)