Pinjam HP Tetangga, Demi Belajar Online

Rabu 22-07-2020,05:02 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

TIGARAKSA-Belajar online untuk siswa SD hingga SMA berefek pada biya pembelian paket data telepon seluler. Sejumlah orangtua siswa, mulai merasakan biaya pengeluaran rumah tangga membengkak. Ida Suaedi (45) ibu rumah tangga asal Desa Margasari, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang ini misalnya. Ia berharap kegiatan belajar mengajar di sekolah kembali tatap muka. Tidak lagi secara daring atau online menggunakan smartphone. Ida mengaku mulai kepayahan mengatur uang pengeluaran harian. "Sebelumnya sanggup buat biaya hidup dan menabung serta biaya anak sekolah. Namun sekarang untuk beli kuota internet saja harus menghemat biaya makan sehari-hari," katanya sambil memasak mie instan untuk sarapan ketiga anaknya saat ditemui Tangerang Ekspres, Selasa (21/7). Ia memiliki tiga anak yang bersekolah di SD, SMP dan SMA di Tigaraksa. Namun, hanya punya satu handphone (HP). Ia tak mampu membeli dua HP lagi. Terpaksa ia meminjam. Meminjam dari tetangganya dan satu lagi dari saudaranya. Mau tidak mau, Ida setiap hari harus membeli kuota internet untuk ketiga anaknya, agar bisa mengikuti pelajaran sekolah. Pagi hari sekira pukul 07.00 WIB, ketiga anak Ida sudah memakai seragam sekolah dan memegang handphone masing-masing. Ia berharap ada kebijakan dari pemerintah untuk ibu rumah tangga yang seperti dirinya. Yang kesulitan membeli kuota internet. Ida mengaku hanya bisa pasrah dengan keadaan. Hanya bisa berharap sistem belajar mengajar kembali bertatap muka. "Belajar online yang sekarang saya juga maklum karena masih ada Corona. Namun, kita selaku ibu rumah tangga dengan pendapatan atau gaji suami yang berkurang, merasa berat kalau harus membeli paket data setiap hari. Tetangga rumah lebih lagi, harus berutang untuk membeli pulsa internet, agar putranya bisa tetap bisa mengiktu pelajaran online. Saya ada satu handphone, dua lagi saya pinjam dari tetangga dan saudara. Agar tiga anak saya bisa lancar bersekolah. Sudah menipis tabungan selama ini jadi harus menghemat," jelasnya. Ida mengaku, semenjak musim tahun ajaran baru dipusingkan dengan kebutuhan pendidikan anak- anaknya yang harus belajar online. "Sekarang suami saya kerja serabutan. Saya biasa cuci baju dan setrika di rumah orang. Semua untuk kebutuhan sehari-hari. Berat memang. Namun karena keadaan begini, hanya bisa pasrah," jelasnya. Sementara, Muhammad Ishak (14) mengatakan, tidak kesulitan mengoperasikan handphone untuk mengikuti belajar mengajar secara online. Ia mengaku, ingin cepat kembali ke bangku sekolah. "Belajar online itu ribet. Bukan karena harus instal aplikasi. Namun menyerap pelajarannya yang susah. Karena dari jauh dan terkadang sinyal terputus-putus saat guru menerangkan pelajaran. Belum lagi kalau handphone terpaksa harus gantian dengan adik saya," tukasnya. (sep)

Tags :
Kategori :

Terkait