Indonesia Borong 3 Gelar, Terbaik di Era BWF Tour

Senin 20-01-2020,05:41 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

JAKARTA-Sejak rangkaian turnamen bulu tangkis dunia berubah menjadi BWF World Tour pada 2018, Indonesia sulit meraih lebih dari satu gelar juara. Hasil terbaik adalah gelar dobel. Misalnya, di Indonesia Open 2018 atau Denmark Open dan French Open tahun lalu. Nah, kemarin skuad pelatnas Cipayung untuk kali pertama memborong tiga gelar sekaligus! Anthony Sinisuka Ginting, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu membuktikan bahwa Istora begitu angker. Anthony Sinisuka Ginting berhasil menjaga ekspektasi publik. Gelar juara dipersembahankannya bagi seluruh fans yang memadati Istora Senayan tadi malam. Teriak gembira tidak berhenti menggema di seantero stadium. Anthony merebut kemenangan perdana 2020 dengan menjadi juara Indonesia Masters. Tidak seperti yang diperkirakan sang juara bertahan, Anders Antonsen tidak stabil pada babak final ini. Konsistensi tunggal putra asal Denmark itu menurun drastis pada set kedua. Padahal biasanya dia selalu bisa memancing decak kagum penonton atas penampilannya yang impresif. Alhasil setelah mendominasi set pertama, dia menyerah pada dua game berikutnya. "Saya kira pergerakan saya mulai tidak stabil. Sementara permainan Anthony semakin bagus. Jadi saya tidak mampu menjaga penampilan terbaik saya," ucap Antonsen. Memang konfidensi Anthony sedang bagus-bagusnya. Tampil di hadapan publik sendiri semakin memuluskan penampilannya. Selain itu, dia punya modal bagus lainnya. Tahun lalu Anthony sudah pernah dua kali mengalahkan Antonsen. Makanya dia semakin agresif dalam babak final kemarin. "Jujur senang. Tahun lalu lima kali final tapi tak ada tembus satu pun. Puji Tuhan akhirnya minggu ini juara di Indonesia Masters 2020. Ini sangat berarti bikin saya semangat untuk mengejar ke depannya. Ada Olimpiade 2020," ujar Anthony. Anthony memang terlihat sangat emosional. Selama beberapa detik dia sempat mematung begitu berhasil mencetak satu poin terakhir. Anthony sempat berteriak, lalu bersalaman dengan Antonsen. Dia kemudian berlari memeluk sang pelatih Hendry Saputra yang menepukinya. Lebih spesial kehadiran sang ibu, Lucia Sriati setia mendampinginya. Usai pengalungan medali, Anthony menyempatkan diri berfoto bersama ibunya di podium juara. "Mama sudah datang dari Kamis, sudah ikut nonton. Dukung di sini sama adik. Ya, senang sih bisa juara. Bisa kasih hadiah buat mama yang sudah jauh-jauh ke sini," ungkap Anthony. Gelar juara Indonesia Masters 2020 menjawab rasa penasaran mereka yang sempat tertunda pada 2018 silam. Sejak berpasangan pada 2017 silam, pasangan ini tak pernah sekalipun meraih sukses kala bertanding di rumah sendiri. Baru tahun ini Greysia Polii/Apriyani Rahayu bisa mendobraknya dengan sangat dramatis pula. Mengalahkan pasangan dengan level yang ada di bawah tidak semudah yang dikira. Maiken Fruergaard/Sara Thygesen memang menjadi ancaman baru sejak keduanya berhasil mematikan langkah dua ganda putri Jepang, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota dan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi. Pasangan peringkat 30 dunia itu mampu mengetatkan skor melawan para pemain tangguh dunia. Terbukti skor dalam babak final melawan Greysia/Apriyani juga tidak berjarak jauh. Pertandingan berlangsung ketat selama 80 menit. Greysia/Apriyani tampil cukup berbeda kali ini. Tidak bergeming menghadapi serangan-serangan tajam Fruergaard/Thygesen. Malahan mereka pasang mode bertahan yang sangat rapat. Sampai akhirnya lawan yang lelah hingga membuat kesalahan dengan mati sendiri. "Jujur kami lelah sekali. Pusing, kepala berkunang-kunang. Kami dari awal tidak memikirkan hasil akhir. Kami ingin memperbaiki performa kami," ucap Greysia. "Hasil hari ini (kemarin) tidak menyangka. Saya berkaca di tahun lalu terpuruk dan gimana caranya kami keluar dari masalah. Kami mau juara, mau maju. Di rumah sendiri, di Indonesia, kami bisa menunjukkan performa terbaik," imbuh Apriyani. Saking bahagianya Apriyani sampai tak kuasa menitikkan air mata. Di podium saat pengalungan medali dan saat konferensi pers. Dia memang berperan kuat dalam kemenangan perdana itu. Saat Greysia lebih banyak error, maka pemain 21 tahun itu yang akan meng-cover gila-gilaan. "Saya sangat bangga sama Apri. Dia mau terus ditekan, didorong biar keluar emasnya. Potensi paling dalam kita asah terus. Kalau pertandingan di set pertama kami tertekan, kami tidak bisa bermain lepas. Kami sangat memuji Denmark bisa main bagus, ngalahin pemain top. Tadi mereka main enjoy walaupun dengan sorakan Istora. Jadi itu yang kami coba ambil positif di lapangan. Nothing to lose," tutur Greysia. Fruergaard/Thygesen turut memuji penampilan solid Greysia/Apriyani. Apalagi ini kesempatan pertama mereka bisa memenangkan pertandingan melawan ganda putri terbaik yang dimiliki Indonesia tersebut. "Tentunya kami merasa sangat kecewa. Sempat match points terlebih dahulu di set ketiga tapi tidak bisa memenangkan pertandingan. Selamat untuk lawan kami. Mereka menyulitkan kami diakhir," ucap Thygesen. All Indonesian final selalu berakhir sama. Gelar juara bakal diduduki Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Sementara pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjadi runner-up. Tradisi itu sudah terjadi dalam enam final yang mempertemukan mereka sebelumnya. Tidak ada yang berubah. Hasil ini menambah panjang daftar kekalahan Ahsan/Hendra terhadap Marcus/Kevin. Duo bapak-bapak itu mengubah kedudukan kalah menjadi 11-2. Miris. Dengan segala gelar yang mereka raih, ganda putra nomor dua dunia tersebut selalu mentok dengan Minions. "Hari ini (kemarin) mereka memang bermain bagus. Dari set pertama kami sudah sempat leading cuma mereka bisa mengantisipasi balik. Jadi mereka bisa menang. Kami berusaha ubah pola mainnya tapi beberapa poin masih terburu-buru," ucap Hendra. Ahsan/Hendra tidak memungkiri jika Marcus/Kevin lebih unggul. Bukan berarti tidak ada perlawanan dari mereka. Hanya saja segala strategi yang mereka susun selalu dimentahkan lawan. "Kami coba semua strategi. Bukannya kalah diam saja. Kami lihat juga dari lawan-lawan yang pernah ngalahin Marcus/Kevin seperti apa. Tapi 'kan kenyataan di lapangan berbeda. Kami akan terus coba lagi," jelas Ahsan. "Mungkin mereka lebih komplet dibanding pasangan-pasangan yang lain. Memang mereka masih pasangan yang terbaik. Dari segi speed and power kami sudah ketinggalan," ungkap Hendra. Kendati demikian, pasangan ini tetap mencari celah untuk mengalahkan Marcus/Kevin. Mereka percaya masih ada kesempatan untuk mengalahkan Minions pada turnamen yang akan datang. Tidak selamanya bakal kalah dari sang junior. Di sisi lain, Marcus/Kevin mengungkapkan gelar kali ini tidak diraih dengan mudah meski menang straight game 21-15, 21-16. Konsistensi yang jadi kunci kemenangan itu. "Set kedua mereka bangkit dan mau menyusul tapi kami bisa antisipasi. Mereka 'kan lebih senior punya banyak pengalaman. Kalau dibiarkan langsung bisa mengejar poin banyak. Tapi kami jaga konsistensi supaya mereka nggak bisa lepas dari tekanan kami," kata Kevin. (feb)

Tags :
Kategori :

Terkait