BJB NOVEMBER 2025

2.024 SD Siap Gelar Program Setara

2.024 SD Siap Gelar Program Setara

SIAP: Kepala Bidang Sekolah Dasar pada Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Dilli Windu Rezeki, menegaskan kesiapan Sekolah Dasar menggelar program Setara.(Asep Sunaryo/Tangerang Ekspres)--

TANGERANGEKSPRES.ID, TIGARAKSA — Kepala Bidang Sekolah Dasar pada Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Dilli Windu Rezeki, mewakili Kepala Dinas Pendidikan Dadan Gandana mengatakan, semua sekolah sudah dicanangkan masuk program Sekolah Terpadu Ramah Anak (Setara). Hal ini kata dia, dalam mendukung program unggulan Bupati Tangerang Moch Maesyal Rasyid dan Wakil Bupati Tangerang Intan Nurul Hikmah dalam sektor pendidikan.

Menurut Dilli, sejak awal 2024 seluruh SD di Kabupaten Tangerang telah dicanangkan menjadi sekolah inklusi.

”Semua sekolah SD kita canangkan menjadi sekolah inklusi. Anak berkebutuhan khusus dapat bersekolah di SD negeri. Mereka belajar dalam kelas yang sama,” jelasnya, Senin, 17 November 2025.

Ia menyebutkan, konsep inklusi merupakan bentuk pembaruan sistem pendidikan, memastikan siswa disabilitas tidak ditempatkan di ruang terpisah.

Untuk mendukung implementasi sekolah inklusi, Dinas Pendidikan telah melaksanakan pelatihan intensif bagi para guru.

”Sudah dua tahun kita latih guru SD, di 2024 sebanyak 250 guru dilatih. Dan hingga 2025 sebanyak 500 guru dilatih. Guru mendapatkan pelatihan dasar dalam menangani siswa ABK,” jelasnya.

Program inklusi tahap awal difokuskan pada kelas 1 dan 2 SD, terutama sebagai bentuk transisi dari PAUD dan TK ke SD. ”Dua minggu pertama pada masa penge­nalan sekolah, kami lakukan screening untuk mengetahui apakah ada siswa yang membutuhkan pendampingan khusus,” katanya.

Jika kebutuhan khusus terlihat secara kasat mata, misalnya keterbatasan berjalan atau gangguan pengli­hatan maka akan langsung penyesuaian. ”Siswa dengan keterbatasan mobilitas ditempatkan di kelas lantai bawah. Bila ada siswa dengan gangguan penglihatan ditempatkan di barisan paling depan. Tapi tetap berbaur dengan siswa lain, tidak dipisah,” jelasnya.

Untuk kasus yang tidak dapat terlihat secara langsung seperti disleksia atau ADHD, guru pendamping khusus menggunakan instrumen asesmen sederhana yang diisi dalam dua minggu awal.(sep/apw)

Sumber: