Raden Aria Wira Kerta Raharja, Gelar Zaki sebagai Keariaan Tangerang

Raden Aria Wira Kerta Raharja, Gelar Zaki sebagai Keariaan Tangerang

TIGARAKSA – Puncak perayaan HUT ke-75 Kabupaten Tangerang kali ini terasa istimewa. Selain meriahnya acara, juga menampilkan karnaval budaya Tangerang yang sesungguhnya, Kamis (27/12). Sebelum karnaval digelar, Bupati Tangerang A. Zaki Iskandar dinobatkan sebagai Keariaan Tangerang dan diberi gelar Raden Aria Wira Kerta Raharja oleh pemangku adat Kabupaten Tangerang. Dengan mengenakan kostum raja Tangerang, kemudian Zaki diarak berkeliling dengan  Kereta Raksa Dipa Kencana. Kereta ini merupakan kendaraan yang menghantarkan para pendiri Tangerang untuk penobatan Aria di Lengkong. Selain itu, Zaki juga memakai Lencana dari Balai Adat Tangerang, Mahkota Kerta Raharja atau Katomas, Keris Panunggul Naga asal Sumedang warisan dari Prabu Geusan Ulun, dan baju kebesaran Dharma Kusuma. Mahkota terbuat dari kuningan sari lapis emas asal dari Galuh kerajaan Salaka Nagara umurnya sekitar 800 tahun. Pakaian serta ornamen adat khas Tangerang tersebut dipakai oleh semua pendiri Tangerang mulai dari Pangeran Surya Diwangsa Pepengger di Pasanggrahan batas dengan Banten, Pepengger Aria Santika sebagai Panglima di Tapal Batas Jakarta dengan Tangerang, dan Wangsakara sebagai rajanya. Kostiawan Nata, Ketua Padepokan Sinatria Sunda sekaligus pemangku adat Balai Adat Keariaan Tangerang menceritakan sejarah kereta tersebut. Menurutnya, Kereta Kencana tersebut diambil dari kisah akan cikal bakal Kerajaan Aria Tengger dikala Aria Wangsakara dinobatkan menjadi Pepengger atau Aria Tangerang. "Karena memang beliau berdarah Sumedang, Mataram dan Banten. Kereta ini dibuat sesuai saat penobatan menjadi Raja Tangerang. Waktu itu diantar dari Cirebon ke Karawang terus ke Tangerang," ujar Kostiawan yang ditemui Tangerang Ekspres di acara karnaval. Kata Kostiawan, pendiri Tangerang sebanyak tiga orang yakni Aria Wira Raja I atau Aria Wangsakara, Raden Surya Diwangsa atau Aria Dipa, dan Aria Jaya Santika.  Sehingga Balai Keariaan tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal yang kini terdapat di Kereta Kencana. "Ciri khas dari tiga kerjaan itu dari belakang kalau saya sebut Dapuran diambil dari Mataram, terus tengahnya ciri khas Cirebon, singgasana tengah diambil dari Khas Sumedang dan bagian depan khas Banten dengan ciri si Jagur yang mana rodanya bisa putar kiri, putar kanan," jelasnya. Dengan itu, ia mangungkapkan nilai sakral yang terdapat di Kereta Raksa Dipa Kencana yakni secara marwah ada kolaborasi tiga kerjaan, yakni Kesultanan Banten, Kerajaan Sumedang Larang, dan Kerajaan Mataram. "Kami mengadosi  dari beberapa kereta kencana yakni, Kencana Nagapaksi Sumedang, Nagasasra Cirebon, dan Kreta Kencana Banten," lanjutnya. Kereta itu juga, kata Kostiawan digunakan Aria Tangerang  untuk acara penobatan dirinya menjadi Aria (Raja Tangerang) dengan perjalanan dari Kadu Agung sampai ke Lengkong yang sekarang wilayah Pagedangan. "Raja Sumedang Prabu Geusan Ulun menobatkan Aria Wangsakara menjadi Raja Tangerang di tahun 1632 masehi," katanya. "Ada tambahan sedikit dari Balai Adat Kerariaan Tangerang berupa sayap belakang tiga bulu, filosofinya kita siap terbang mengangkat marwah kearifan lokal, kedua ada ukiran kujang dari Galuh Padjadjaran, dan beberapa ukiran berasal dari Mataram," jelas budayawan itu. Karnaval Budaya digelar di area Puspemkab Tangerang, Tigaraksa. Turut memeriahkan berbagai macam atraksi dan pawai dari budaya lokal Tangerang maupun daerah lainnya. Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar larut dalam pawai dengan menaikai kereta kencana khas Tangerang. “Acara karnaval budaya pada HUT ke-75 Kabupaten Tangerang ini menggambarkan keberagaman budaya Indonesia yang ada di Kabupaten Tangerang,"ujar Zaki.  Arak-arakan karnaval budaya disambut meriah dan antusias oleh masyarakat sekitar yang turut menyaksikan jalannya karnaval. (mg-10)

Sumber: