Kisah Adul, Tamu Penting Jokowi di Hari Disabilitas Internasional, Merangkak 3 Kilometer ke Sekolah Setiap Har
Muklis Abdul Kholik (9) menjadi tamu penting Presiden Jokowi dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional di Kota Bekasi, Senin (3/12) lalu. Jokowi tak sungkan menggendong Adul. Perjuangan hidup bocah itu patut menjadi inspirasi. KHANIF LUTFI – Sukabumi Azan subuh baru selesai berkumandang. Suhu dingin masih menyelimuti Kecamatan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Suara gayung bersambut gemericik air terdengar dari kamar mandi. Kreek..suara pintu berdecit. Adul keluar kamar mandi, berjalan dengan kedua tangannya. Kedua kaki yang kurang sempurna membuatnya harus merangkak. Kedua tangannya menjadi pengganti kakinya untuk berjalan. Meski demkian, Adul bisa mengangkat kedua kakinya agar tetap bisa berjalan menggunakan tangan. Adul bukan tipikal anak manja. Mulai dari mandi sampai mengenakan seragam sekolah dikerjakannya sendiri. Tanpa bantuan ibunya. Termasuk mempersiapkan buku pelajaran sekolah. Hari itu, Adul tengah bersiap menghadapi ujian semester pertama Kelas III SD Negeri 10 Cibadak, Kota Sukabumi. Anak ke empat dari pasangan Pipin (45) dan Dadan Hamdani (50) ini, lahir secara prematur. Ia ditakdirkan tidak memiliki kedua kaki yang sempurna. Ia lahir di Kampung Cikiwultonggoh RT 01, RW01, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dari desa tersebut, ia harus menempuh jarak 3 kilometer untuk sampai di sekolahnya dengan cara merangkak. Itu sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari. Untuk mencapai sekolahnya, bukan perkara mudah. Medan dari rumahnya menuju sekolah termasuk terjal. Ia harus berjalan menuruni bukit sembari diawasi sang ibu dari belakang. Jalannya pun tidak semua aspal. Ada yang bertanah merah, ada pula berbatu. Belum lagi ada jembatan dari bambu yang harus dilewati. Begitupun sebaliknya, sepulang sekolah, Adul harus melalui jalan menanjak. Ibunda Adul, Pipin mengaku ragu jika anaknya bisa bersekolah normal seperti ketiga kakaknya. Bukan tanpa alasan. Beberapa tetangga rumahnya menyarankan Adul untuk bersekolah di sekolah luar biasa (SLB). Bahkan, sebelum bersekolah di SDN 10 Cibadak, Pipin sempat bertanya kepada kepala sekolah. “Apakah anak saya bisa bersekolah di sini?,” kata Pipin sambil mengingat kejadian tiga tahun lalu. Harapan Pipin kepada Adul cukup besar. Ia tidak mau anaknya jadi sulit di kemudian hari. Pipin juga takut, jika anaknya hanya bersekolah sampai SD akan susah mendapat pekerjaan nantinya. “Mau manggul aja ngga bisa. Jadi memang harus sekolah yang tinggi biar kerjanya nggak jadi kuli. Tapi untuk bisa jadi sarjana butuh biaya yang besar,” kata Pipin kepada wartawan. Pipin juga berharap, adanya bantuan beasiswa untuk anaknya untuk bisa menempuh pendidikan lebih tinggi. Rasa ragu seketika sirna. Saat kepala sekolah Epi Mulyadi spontan menjawab jika Adul bisa bersekolah. Di mata guru-gurunya Adul dikenal sebagai anak yang aktif dan penuh semangat. Menurut Adul, medan yang terjal menuju sekolah berhasil dilewati harus dibayar dengan ilmu dari meja kelas. Epi Mulyadi menuturkan, di sekolah, Adul bukan anak introvert. Ia tak minder jika harus mengikuti pelajaran olah raga. Begitu juga di mata teman-temannya. Keinginan Adul untuk bersekolah lebih tinggi cukup kuat. ”Adul katanya mau sekolah sampai sarjana,” ujar Epi. Wali Kelas III SDN 10 Cibadak Siti Khodijah, bercerita. Dalam mengikuti pelajaran, Adul tak pernah menemui kesulitan berarti. Hanya saja butuh perhatian lebih. Bukan diistimewakan, tetapi penyampaiannya. Paling tidak harus dilakukan dua kali agar anak-anak lebih mengerti. Dikatakannya, Adul sangat menyukai pelajaran Bahasa Indonesia dan Sunda. ”Cukup banyak cita-citanya. Seperti jadi presiden, dokter, atlet panjat tebing bahkan sampai petugas pemadam kebakaran. Senin (3/12), Adul menjadi tamu istimewa di acara Hari Disabilitas Internasional. Presiden Jokowi tanpa segan menggendongnya. Keduanya tertawa riang dan saling berswafoto bersama. Foto keduanya pun menghiasi laman Facebook Jokowi. Mantan Walikota Solo ini pun bertanya cita-cita Adul. Pertanyaan itu dijawab Adul dengan lantang, pemadam kebakaran. ”Kenapa pemadam kebakaran? “ tanya Jokowi. ”Untuk menolong orang,” jawab Adul. Dalam laman tulisan tersebut, Jokowi menulis sosok Adul, bocah kecil dari Sukabumi telah mengajarkan kepada kita bahwa tekad untuk maju, keinginan untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya, tak berkurang sedikit pun oleh keterbatasan. (*)
Sumber: