Longsor di Setu, 3 Rumah Lenyap
SETU—Tiga rumah di Kampung Koceak RT 06 RW 02 Kelurahan Keranggan, Setu, Kota Tangsel ambles ke dalam jurang sedalam 20 meter, Selasa (9/5) malam. Ketiga rumah tersebut ambruk dan longsor usai diguyur hujan. Sementara dua rumah lainnya di lokasi kejadian dinyatakan dalam kondisi darurat. Area longsor sudah disterilkan Badan Penanggulangan dan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangsel. Seluruh penghuninya sudah diungsikan, sebelum terjadi longsor. Sekitar pukul 22.00 WIB, kemarin, Walikota Airin Rachmi Diany datang ke lokasi longsor. Setelah melihat tiga rumah sudah ambles, ia langsung menemui warga yang tinggal di pengungsian. Informasi yang didapat Tangerang Ekspres, saat terjadi longsor, Airin sudah ada di Jakarta. "Ibu langsung minta balik ke Tangsel, untuk meninjau longsor," kata sumber tersebut. Airin mengatakan, langkah pertama yang dilakukan pemkot, mengurus warga yang tinggal di pengungsian. "Warga meninggalkan rumah sebelum longsor terjadi, termasuk membawa barang-barangnya. Kita utamakan mengurus mereka dulu," jelasnya. Sementara soal penyebab longsor, masih menunggu kajian dari BPPT. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Chaerudin yang ada di lokasi. Airin memberikan pengarahan dalam penanganan bencana. Chaerudin mengatakan, anggotanya langsung mengambil langkah cepat untuk mengevakuasi 30 jiwa dari delapan kepala keluarga yang rumahnya dalam kondisi darurat. Rumah-rumah warga ini hanya berjarak sekitar tiga meter dari tebing tanah yang terus mengalami erosi. “Dari subuh sudah diketahui oleh warga ada retakan, dan hingga siang retakannya makin besar. Makanya seluruhnya kita minta untuk mengamankan barang dari rumah dengan cepat,” kata di lokasi. Chaerudin mengatakan, saat berada di Posko Bencana Kampung Sengkol Kelurahan Muncul, ia mendapat laporan rumah warga di Kampung Koceak menunjukkan gejala longsor. Saat diperiksa, dia mendapati rumah permanen itu sudah mulai rusak. “Untuk sementara kita koordinasikan dengan Camat Setu warga diungsikan ke rumah kontrakan yang berada di lokasi yang aman untuk menyimpan barang-barang dan tempat tinggal sementara,” tambahnya. Salah seorang korban, Madsuki mengaku pasrah menyaksikan rumahnya yang berlantai dua itu hancur. Kakek 57 tahun itu mulai panik saat pukul 05.00 WIB mendapati dinding dan lantai rumahnya sudah menganga. “Sehabis subuh anak saya nanya, kenapa lantai pada pecah. Biasanya meski hujan besar tak separah ini. Tapi, ini kok makin siang terus bergerak, makin banyak. Akhirnya kami dievakuasi dan beruntung masih sempat mengamankan barang-barang,” tuturnya. Madsuki bersama kepala keluarga lainnya hanya bisa pasrah rumah mereka porak-poranda. Ia kini tinggal menumpang di rumah kontrakan bersama istri, anak, cucu dan menantunya. Bencana longsor ini bukan kali pertama terjadi di Kota Tangsel. Longsor dan rumah ambles sebelumnya terjadi di Kampung Sengkol RT 04 RW 02 Kelurahan Muncul. Peristiwa longsor di Keranggan ini hanya berselang empat hari dari longsor di Kelurahan Muncul. Camat Setu Wahyudi Leksono menjelelaskan, ada beberapa upaya yang dilakukan Pemkot Tangsel menangani masalah longsor. Upaya tersebut antara lain mengamankan nyawa korban dengan mengevakuasinya ke kontrakan dan rumah singgah. Upaya evakuasi itu dilakukan sambil menunggu hasil kajian bersama dengan BPBD, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Tangsel. Yang dikaji salah satunya adalah perihal pendanaan untuk merelokasi dan merehabilitasi rumah korban. Pemkot Tangsel berencana mendanainya dengan APBD dan dana Corporate Social Responbility (CSR). “Kajian ini kami dapati usai rapat pengawasan dan pengendalian bersama ibu walikota. Ini menunjukkan Pemkot Tangsel bertanggung jawab atas musibah yang menimpa warga Setu,” imbuhnya. (mg-22/bha)
Sumber: