Kemenpora Stop Liga 1 Dua Pekan
JAKARTA-Buntut tewasnya suporter Persija, di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) memaksa pemerintah mengambil tindakan tegas. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menghentikan sementara kompetisi Liga 1 Indonesia. Kematian Haringga Sirla (23), warga Cengkareng, Jakarta Barat, akibat dikeroyok oleh oknum pendukung Persib Bandung, dinilai sebagai tragedi kemanusiaan. Menpora Imam Nahrawi menegaskan, keputusan tegas itu diambil usai mendapatkan laporan dari berbagai pihak termasuk Badan Olahrag Profesional Indonesia (BOPI). "Pada kesempatan ini, pemerintah sudah mendapatkan laporan dari berbagai pihak termasuk BOPI. Mengambil keputusan agar liga sepak bola di Indonesia di hentikan," tegas Imam, di Kantor Kemenpora, Selasa (25/9) kemarin. Namun, menteri asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu mengatakan pemberhentian itu dilakukan hanya sementara. Hal itu, menurut Imam dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada korban sekaligus momentum untuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) serta opertaror kompetisi Liga 1 Indonesia, PT Liga Indonesia Baru (LIB) melakukan evaluasi menyeluruh. "Pemberhentian itu hanya sementara paling lambat selama dua minggu. Hal itu sebagai bentuk penghormatan kita kepada korban, keluarga korban sekaligus ini adalah bentuk bela sungkawa nasional. Dan ini harus dijadikan momentum introspeksi bagi kita semua bahwa satu nyawa sangat mahal bila dibanding dengan sepakbola," tutur Imam. "Namun, di saat pemberhentian kompetisi itu, kami meminta kepada PSSI dan operator untuk untuk melakukan hal luar biasa. Karena peristiwa ini luar biasa maka lakukan upaya-upaya yang luar biasa, tegas, berani dan tegakkan regulasi sebaik mungkin, sanksi-sanksi jangan hanya berbentuk denda, tapi sanksi yang lain harus ditegakkan kepada siapapun," sambung pria berkumis itu menegaskan. Lebih lanjut, menteri yang karib disapa Cak Imam itu menyanyangkan kejadian itu terjadi disaat penggawa Tim Nasional Indonesia di berbagai usia sedang berjuang mengharumkan nama Merah Putih. Menpora Imam Nahrawi menyesali insiden berdarah tersebut. Seharusnya sepak bola dan olahraga menjadi tempat pemersatu bangsa, hiburan sekaligus wahana untuk melahirkan prestasi gemilang dan menggembirakan. "Bukan arena peperangan apalagi permusuhan satu sama lain dan yang paling penting olahraga dan sepakbola jangan jadikan kuburan massal. Karena sudah tidak terhitung lagi korban baik fisik maupun nyawa yang begitu saja hilang," geram Imam Nahrawi kepada awak media. "Kejadian itu perbuatan yang tak bisa diterima akal sehat, apapun alasannya. Ini bukan lagi tragedi sepakbola atau olahraga melainkan ini tragedi kemanusiaan bagi negeri kita ini. Lebih mengerikan lagi ketika anak-anak kita di bawah umur 20, bisa melakukan hal seperti itu. Ini berarti harus ada tauladan dari semua. Terutama dirigen suporter, pemimpin suporter, pemimpin klub, federasi, dan pemerintah,” tambahnya. "Jangan sampai persatuan yang telah diperjuangkan oleh para pemain timnas kita tercoreng gara-gara liga yang belum bermartabat dan profesional itu. Oleh sebab itu, pemberhentian kompeitis itu agar dimanfaatkan PSSI untuk melakukan upaya-upaya edukasi sekaligus melaksanakan regulasi maupun aturan yang telah dikeluarkan maupun yang sudah ada, baik itu dari FIFA, AFC maupun dari PSSI," katanya. "Intinya, hubungan yang baik simbiosis mutualisme antara suporter dan klub ini harus betul-betul terjalin secara profesional dan bermartabat. Keputusan ini tentunya akan bisa dilaksanakan dengan baik karena pemerintah akan sangat serius mengawalnya," sambung Imam. Tak lupa, Imam juga mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga korban yang ditinggalkan. “Kami turut berduka cita kepada kepada keluarga almarhum Haringga Sirila. Semoga amal ibadah almarhum diterima oleh Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, kesabaran sekaligus rela melepas kepergian Sirila untuk selama-lamanya,” sebut Imam. Imam juga mengapresiasi langkah cepat yang dilakukan pihak kepolisian, sehingga mampu menangkap belasan suporter yang diduga terlibat dalam aksi pengeroyokan sadis tersebut. "Usutlah tuntas agar peristiwa ini tidak terulang kembali dan tidak muncul lagi korban-korban baru dan orang-orang tua baru yang menyesali kejadian ini," tukas Imam. Polrestabes Bandung terus mengusut kasus kematian Haringga Sirla (23). Menurut Setyo, selain menangkap 16 orang dan 8 orang di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka, polisi juga memanggil panitia penyelenggara pertandingan untuk diperiksa terkait insiden tersebut. ‘’Sejauh ini kasusnya terus diselidiki. Penetapan tersangka dan pemanggilan panitia dilakukan Polrestabes Bandung,’’ katanya kepada wartawan, Selasa (25/9). Setyo juga berpesan kepada masyarakat agar tidak menyebarkan informasi hoaks atau bohong pascakasus tewasnya suporter The Jak tersebut. Setyo mengatakan bahwa Polri akan menindak tegas siapa pun yang menyebarkan hoaks karena bisa memperkeruh suasana. "Jangan terjadi hoaks-hoaks yang tidak perlu, ini akan kami terlusuri dan nanti kalau ada upaya-upaya membikin onar kami akan lakukan tindakan hukum juga kepada yang menyebarluaskan informasi seperti itu," ujarnya. Lebih jauh Setyo menambahkan, Polri telah melakukan pemantauan di media sosial (medsos). Polri telah menemukan adanya imbauan-imbauan yang dapat memperkeruh suasana. "Saya sudah melihat dari beberapa media sosial jika ada yang mengatakan bahwa mobil dengan plat tertentu jangan melintas," terangnya. Menurut Setyo, sebelum keluar izin pertandingan dari kepolisian, Polrestabes Bandung telah berkoordinasi dengan panitia juga kelompok suporter Persib. Salah satu hasil dari pertemuan tersebut adalah panitia menyepakati untuk memasang layar lebar di sekitar stadion. ‘’Informasinya massa yang hadir ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api saat pertandingan berjumlah tiga kali lipat dari kapasitas stadion yang hanya bisa menampung 38 ribu,’’ ungkapnya. Saat pertandingan, petugas gabungan menurunkan 43 ribu personel yang terdiri dari anggota Polrestabes Bandung, Polda Jabar dan TNI. Sejumlah personel tersebut dibagi dalam tiga ring. Di mana setiap ring dijaga 2 kompi petugas per 10 meter. Sementara itu, ketua panitia penyelanggara pertandingan, Budi Bram membantah pihaknya tidak memenuhi sarana layar lebar di area stadion. Ia mengaku, telah memasang 6 layar lebar di area stadion. “Kita sudah upayakan memasang 6 layar lebar. Cuma dua layar lebar enggak terpasang karena pas mau dipasang ada gas air mata,” kata Budi.(gie/af/fin)
Sumber: