Pemda Siap Siaga Hadapi Cuaca Ekstrem
Pemda dalam kondisi siaga penuh, memantau cuaca ekstrem dengan teknologi terkini untuk melindungi masyarakat dan meminimalisir risiko bencana. Bersama, kita siap menghadapi tantangan alam demi keamanan dan ketenangan bersama.--Tangerang Ekspres
TANGERANGEKSPRES.ID, BANTEN — Saat ini wilayah Indonesia dan khususnya di Provinsi Banten telah memasuk musim penghujan. Hal tersebut terlihat dari hujan yang sering melanda wilayah Banten, baik hujan intensitas ringan hingga besar.
Untuk itu BMKG mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk selalu adaptif terhadap informasi BMKG dalam rangka mitigasi dan pengurangan risiko bencana.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tangerang Achmad Taufik mengatakan, pemerintah daerah dalam posisi siap siaga mengahadapi bencana hidrometeorologi."Kita apel bencana sudah tiga kali dan posisi kita siap siaga. Kita juga membuat posko tanggap darurat bencana," jelasnya, Minggu, (16/11).
Tak hanya itu, Taufik sudah memerintahkan kepada satuan jajaran di Pos Pemadam Kebakaran agar siap siaga. Sebab, kata dia, bencana hidrometeorologi sudah di depan mata."Kami arahkan agar siap siaga. Bencana alam terbanyak itu pohon tumbang, rumah roboh, angin kencang dan angin puting beliung. Kami siap siaga dan sudah koordinasi dengan desa dan kecamatan," jelasnya.
"Masalah bencana alam pohon tumbang sudah jadi tanggung jawab rutin selama ini diselesaikan semua. Untuk koordinasi pohon tumbang sudah berjalan baik, antara masyarakat, pihak desa, kelurahan, Kecamatan, DLHK hingga PLN," tambahnya.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang menyatakan sebagian besar wilayahnya kini masuk kategori potensi banjir rendah.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Tangerang, Mahdiar mengatakan, sebaran wilayah di Kota Tangerang yang diidentifikasi memiliki potensi banjir hampir di seluruh wilayah kecamatan.
Mahdiar menuturkan, bahwa informasi yang didapat dari BMKG terkait peningkatan curah hujan yang mulai terjadi sejak pertengahan November. Oleh karena itu, kesiapsiagaan masyarakat sangat diperlukan untuk menghadapi potensi banjir.
Cuaca ekstrem diprediksi akan melanda pada Dasarian II dan III November 2025. Puncak potensi cuaca ekstrem ini diperkirakan terjadi antara tanggal 20 hingga 24 November 2025. Dua wilayah yang berpotensi mengalami dampak lebih signifikan adalah Kecamatan Ciledug dan Larangan. "Di sana, hujan lebat, angin kencang, dan potensi petir diprediksi akan lebih sering terjadi," kata Mahdiar.
Dia mengimbau seluruh masyarakat untuk tetap waspada. Kewaspadaan ini penting terhadap perubahan cuaca yang dinamis dan tak menentu. Masyarakat juga diminta memastikan kondisi lingkungan tetap bersih dari sampah. Kebersihan lingkungan ini menjadi kunci utama dalam mencegah penyumbatan saluran air.
Terutama, saluran air dan drainase harus bebas dari sumbatan agar aliran air lancar. Langkah kesiapsiagaan ini dinilai krusial untuk meminimalkan dampak buruk cuaca ekstrem. Hal ini termasuk potensi banjir dan genangan yang mungkin timbul di berbagai titik. Oleh karena itu, partisipasi aktif masyarakat sangat diharapkan.
BPBD terus melakukan pemantauan perkembangan cuaca secara berkelanjutan. Informasi terbaru akan selalu disampaikan melalui kanal resmi BMKG. Masyarakat juga diminta menghindari aktivitas di luar ruangan saat hujan lebat."Masyarakat juga diminta menghindari aktivitas di luar ruangan saat terjadi hujan lebat, serta segera melapor ke petugas apabila menemukan potensi bahaya di lingkungan sekitar," pungkasnya.
Terpisah, BPBD Kota Serang menyoroti kembali dua kecamatan yang masuk kategori titik rawan banjir. Berdasarkan data pemetaan internal, Kecamatan Serang dan Kecamatan Kasemen menjadi wilayah dengan frekuensi banjir tertinggi di Kota Serang.
Plt Kepala BPBD Kota Serang, Diat Hermawan, mengatakan bahwa meskipun intensitas hujan yang diprediksi BMKG berada pada level ringan hingga sedang, dua kecamatan tersebut tetap menjadi perhatian utama. “Berdasarkan data, yang pertama Kecamatan Serang. Yang kedua Kecamatan Kasemen. Itu yang paling sering,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Minggu (16/11).
Diat menegaskan bahwa kerawanan tersebut tidak merata di seluruh kelurahan, namun titik-titik banjir terbanyak memang terkonsentrasi di dua wilayah tersebut. Faktor utamanya adalah infrastruktur pengendali banjir yang belum memadai. “Harus ada penguatan infrastruktur. Misalnya pembangunan tanggul, rehabilitasi saluran, dan sebagainya. Jadi diperlukan penguatan infrastruktur secara fisik,” katanya.
Menurut Diat, lemahnya infrastruktur membuat air hujan tidak tersalurkan dengan baik, terutama pada kawasan padat penduduk dan daerah dengan sistem drainase lama. Ia menyebut bahwa pembangunan tanggul dan normalisasi saluran perlu diprioritaskan oleh pemerintah daerah agar risiko banjir dapat ditekan.“Kalau infrastrukturnya tidak diperkuat, setiap hujan menengah hingga cukup deras bisa memunculkan genangan hingga banjir,” ujarnya.
Untuk menghadapi potensi banjir di titik rawan tersebut, BPBD Kota Serang menyiagakan personel dan memaksimalkan peralatan yang tersedia. BPBD juga telah memberikan pelatihan kesiapsiagaan kepada masyarakat di sejumlah titik.
Diat mengatakan pihaknya memastikan kesiapan alat dan personel, meskipun kondisi peralatan belum sepenuhnya ideal. “Kami mengupayakan penggunaan alat yang ada secara optimal,” katanya. Saat ini BPBD memiliki tiga perahu—dua di antaranya jenis rafting, serta perlengkapan evakuasi seperti life jacket, helm, dan dayung.
Meski dua kecamatan masih menjadi titik rawan, Indeks Risiko Bencana (IRBI) Kota Serang menunjukkan perbaikan. IRBI Kota Serang yang sebelumnya berada pada kategori tinggi kini turun ke kategori sedang, seiring dengan meningkatnya ketahanan daerah.
Namun Diat menegaskan bahwa perbaikan indeks tidak serta-merta menghilangkan ancaman di lapangan. “Titik rawan tetap ada. Karena itu, masyarakat perlu tetap waspada,” katanya.
BPBD Kota Serang mengimbau warga, khususnya yang berada di Kecamatan Serang dan Kasemen, untuk segera melapor jika melihat tanda-tanda potensi banjir. “Kesiapsiagaan masyarakat sangat penting untuk meminimalisasi risiko,” kata Diat.
Sementara itu, di Kabupaten Lebak yang memiliki luas wilayah cukup besar dengan topografynya yang beragam mendapat julukan sebagai "supermarket bencana alam". Sehingga membuat wilayah tersebut rentan terhadap berbagai jenis bencana alam seperti banjir, longsor, pergerakan tanah dan gempa bumi.
BPBD Lebak telah melakukan pemetaan terhadap wilayan rawan bencana di Kabupaten Lebak. Pemetaan daerah rawan bencana itu menyusul potensi bencana yang dapat ditimbulkan oleh cuaca ekstrem.
"Pemetaan dilakukan guna tindakan pencegahan dan penanganan bencana dapat dilakukan dengan maksimal," kata Febby Rizky Pratama, Kepala Pelaksana BPBD Lebak, kepada Tangerang Ekspres, di Rangkasbitung, Minggu (16/11).
Febby menerangkan, dari 28 kecamatan yang ada, 14 diantaranya rawan longsor karena berada di daerah pegunungan dan perbukitan seperti Kecamatan Bayah, Sobang, Lebakgedong, Cigemblong, Bojongmanik, Cibeber, Muncang, Gunungkencana, Cipanas, Cileles, Cimarga, Cikulur, Leuwidamar dan Cilograng.
"Dari 14 kecamatan tersebut, ada 6 kecamatan yang rawan longsornya tinggi, yakni Kecamatan Muncang, Sobang, Cilograng, Cibeber, Leuwidamar, dan Bojongmanik," terangnya.
Menurutnya, daerah itu menjadi rawan karena memiliki demografi pergunungan dan perbukitan. Selain itu, struktur tanah di daerah itu labil sehingga menjadi sangat rawan jika terjadi hujan deras.
"Apalagi saat ini cuaca sedang tidak menentu dan ekstrim, daerah tersebut menjadi sangat rawan longsor," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga mencatat ada 16 Kecamatan yang rawan banjir yakni Rangkasbitung, Kalanganyar, Cipanas, Curugbitung, Muncang, Sobang, Lebak Gedong, Cibeber, Cilograng, Bayah, Cihara, Cigemblong, Bojongmanik, Banjarsari, Leuwidamar, dan Cimarga."Ada beberapa faktor sehingga rawan banjir, karena pemukiman dekat dengan sungai, atau akibat curah hujan tinggi," paparnya. (fad-mg-8-sep-zis/and)
Sumber:


