PSSI Siapkan Aturan Tegas, Buntut Tewasnya Suporter Persija
JAKARTA-PSSI akan melakukan evaluasi menyeluruh terhdap klub-klub terkait insiden tewasnya suporter Persija Jakarta, Minggu (23/9). PSSI meminta agar seluruh klub bisa menjadikan peristiwa tragis itu sebagai pelajaran. “PSSI ikut belasungkawa yang mendalam atas kejadian yang menimpa Haringga. Kami sangat prihatin dan menyayangkan peristiwa ini. Kami mengecam oknum pelaku. Kami harap kejadian ini tak terulang di sepak bola Indonesia,” tutur Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Senin (24/9). “Kita percayakan kepada pihak berwajib untuk mengusut tuntas. Tentu PSSI bersama PT Liga Indonesia Baru dan klub-klub juga akan melakukan evaluasi agar ke depan hal-hal seperti ini tidak terulang lagi,” tambah pria yang juga menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara itu. Menurut Anggota Komite Eksekutif PSSI Yoyok Sukawi pihaknya berencana membuat aturan baru agar kejadian mengenaskan tersebut tak terulang kembali. Ia menyebutkan, aturan baru yang bakal direncanakan itu berupa pengurangan poin. Salah satunya, menurut Yoyok, pengurangan poin kepada klub jika suporternya melakukan tindakan tak sportif, seperti menyalakan flare dikurangi satu poin hingga melakukan tindakan kerusuhan dipotong tiga poin untuk klubnya. Ia juga mengatakan, kejadian ini akan menjadi perhatian khusus bagi pihaknya. “Kejadian ini sudah masuk dalam ranah pidana, sudah sepatutnya kepolisian untuk mengusut tuntas kejadian ini. Karena aksi-aksi ini sudah banyak tercum direncanakan sebelum laga berlangsung seperti aksi sweeping dan lain-lainnya. Jadi hukuman harus memberikan efek jera bagi pelaku,” tegas Yoyok saat dihubungi wartawan. “Tentunya ini bakal menjadi perhatian khusus bagi PSSI. Kami akan siapkan aturan-aturan baru agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Hukuman yang sedang kami siapkan, seperti hukuman tambahan kepada klub dan hukuman tambahan kepada organisasi suporter dan juga antisipasi berupa larangan mendukung dan didukung. Dan saat ini sedang kami persiapkan,” sambungnya menjelaskan. Ia melanjutkan, nantinya aturan tersebut akan dibuat oleh Exco PSSI dan dikukuhkan menjadi kode disiplin untuk menjadi pegangan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI dan Komisi Banding untuk bisa mengakkan hukum aturan. “Kami sih, inginnya begitu (pengurangan poin). Dan mudah-mudahan hal itu bisa terlaksana. Dan itu harus ada keterkaitan antara klub dan pendukungnya terkait hukuman yang akan diberlakukan tersebut,” tukas Yoyok. Sementara itu PT LIB memastikan akan menyikapi peristiwa ini sebagai kejadian yang sangat serius. Operator Liga 1 Indonesia itu mengaku berkoordinasi dengan semua pihak yang terkait untuk bisa menyelesaikan persoalan sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing. “Kami menyampaikan prihatin atas peristiwa tersebut. PT LIB selalu berusaha keras untuk menghilangkan segala bentuk kekerasan dalam sepak bola,” jelas Risha Adi Widjaya, CEO PT LIB. “Kepada semua elemen pemangku sepak bola nasional, mari berkomitmen agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Mari sama-sama menempatkan sepak bola sebagai pemersatu bangsa,” sambung Risha menandaskan. Insiden itu pun membuat Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengecam keras kejadian tersebut. Menurut Sesmenpora Gatot S Dewa Broto, pihaknya ingin adanya perubahan agar sepak bola dan pembinaan suporter bisa lebih ditingkatkan. “Kejadian ini tentunya membuat kami sangat prihatin dan kecewa. Kami juga turut berduka cita atas peristiwa tersebut. Kejadian ini sudah sering diingatkan, tapi masih saja terulang kembali. Poinnya kami menginginkan adanya perubahan yang mendasar, agar bagaimana sepak bola bisa maju kalau pembinaan suporter tidak dilakukan secara masif dan signifikan,” jelas Gatot. Gatot mengatakan hingga saat ini pihaknya menunggu laporan pertanggungjawaban dari PSSI, PT Liga Indonesia Baru, dan Persib Bandung terkait insiden tersebut. “Kami masih menuggu laporan dari PSSI. Hari ini juga kami sudah melayangkan surat kepada PSSI, PT LIB dan tuan rumah agar mereka memberikan laporan pertanggungjawaban. Karena kejadian ini bisa jadi akan menimbulkan bekas seperti aksi balas dendam dan trauman mendalam. Dan kami masih memebrikan kesempatan terlebih dahulu kepada PSSI. Intinya, harus ada laporan dan sikap tegas dari PSSI,” ujarnya. Sebelumnya, Menpora Imam Nahrawi melalui akun twitter miliknya, menyatakan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam atas kejadian yang menyebabkan tewasnya suporter Persija tersebut. “Pemerintah tak akan tinggal diam jika ada anak muda terus jadi korban hanya karena sepakbola. -IN.#RIPHaringga," tulis Kemenpora di akun twitternya, Senin (24/9) kemarin. Kegeraman juga meluncur dari mulut Manajer tim Maung Bandung Umuh Muchtar. Pria berkumis tebal itu mengaku sangat kecewa dengan apa yang dilakukan sejumlah suporter hingga menyebabkan warga Bangunusa Kelurahan Cengkareng Timur Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat itu meregang nyawa. Menurutnya 'insiden berdarah' itu sangat merusak perjuangan skuat Persib yang sudah berhasil meraih kemenangan 3-2 atas Persija. “Kami sangat menyesalkan kejadian itu (insiden berdarah). Dan kami juga sangat mengutuk keras kejadian tersebut, karena permasalahan itu tentu merusak nama baik Persib dan Bobotoh (suporter Persib, red) sendiri. Serta mereka juga sudah merusak sepak bola yang merupakan hiburan masyarakat Jawa Barat,” tutur Umuh seperti dikutip situs resmi Persib, Senin (24/9) kemarin. Umuh meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus tersebut. “Tentunya kami percayakan kasus ini kepada pihak kepolisian untuk menuntaskannya. Saya yakin, kejadian itu bukan dilakukan oleh Bobotoh, karena kalau (mereka) benar-benar Bobotoh tidak akan melakukan tindakan seberingas dan sebiadab ini. Mereka itu merupakan oknum yang tidak bertanggung jawab,” sambung Umuh. Sama halnya dengan Umuh, dari pihak Persija juga mengutuk keras kejadian tersebut. Dikatakan Manajer Persija Ardhi Tjahjoko pihaknya berharap pihak kepolisian dapat menyelesaikan secara tuntas kasus tersebut. “Saya katakan suatu hal yang biasa dalam bermain sepak bola, ada menang, seri, dan kalah. Semua harus bisa kita terima dengan lapang dada. Untuk kesekian kalinya, lagi, ada suporter yang sampai meninggal, ini sudah sangat keterlaluan dan biadab. Tidak punya hati lagi. Mau sampai kapan sepak bola kita seperti ini,” ungkap Ardhi seperti dikutip situs resmi Persija, Senin (24/9) kemarin. Lebih lanjut, Ardhi juga berharap PSSI selaku induk sepak bola di Tanah Air dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) selaku pengelola kompetisi Liga 1 Indonesia bisa mengevaluasi peraturan dalam setiap pertandingan. Mengingat masalah ini tidak bisa dianggap sepele karena nyatanya sampai saat ini masih terjadi. “Mudah-mudahan ini bisa dijadikan bahan pelajaran dan pertimbangan agar tidak terjadi peristiwa serupa dikemudian hari,” tukasnya. (fin)
Sumber: