Kompetensi Dokter Wajib Ditingkatkan

Kompetensi Dokter Wajib Ditingkatkan

KELAPA DUA – Persaingan di dunia medis semakin ketat, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dokter-dokter anti penuaan (aging) dan estetika juga tak ingin ketinggalan. Berbagai upaya dilakukan agar para dokter di bidang kecantikan itu mampu bersaing. Ketua Terpilih Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Mohammad Faqih mengatakan, salah satu bentuk keseriusan IDI dalam meningkatkan kompetitif dokter anti aging dan estetika yaitu menyelenggarakan Indonesia Anti Aging Conference (Indaag) secara berkala. Dia mengakui, Perhimpunan Dokter Anti Penuaan, Wellness, Estetik dan Regeneratif Indonesia (Perdaweri) saat ini masih dalam fase transisi. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan anti aging dan estetika semakin tinggi, sementara yang mengembangkan anti aging dan estetika merupakan dokter asing, seperti Korea Selatan. “Jadi kita harus memacu mutu dokter kita, dari pada kebutuhan itu yang menangkap dokter luar. Kebutuhan masyarakat ini kalau tidak dihadapi secara bijak dengan mendorong dokter kita, ahli, kompeten, itu siapa yang menggarap,” ujar Daeng seusai membuka acara practicing anti aging medicine based on its pillars, di Ruang Auditorium Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Sabtu (1/9). Menurut dia, adapun konsekuensi apabila kompetitif dokter anti aging dan estetika tanah air tidak ditingkatkan, yakni devisa akan hilang. Baik ketika dokter asing masuk ke Indonesia maupun pasien keluar negeri. Kompetitif dokter tidak boleh diabaikan, terlebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau Asean Economic Community (AEC). Daeng mengatakan, pasar bebas lintas batas Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Perbara) atau lebih populer dengan sebutan Association of Southeast Asian Nations (Asean) tak dapat dibendung. Sebab Pemerintah Indonesia telah menyetujui. “Kalau kita dari medis mengatakan 'jangan dulu', tetapi ini sudah terlanjur, suruh jalan. Sehingga tingkat kompetitif kita harus didorong,” tandas dia. Bagian dari kompetitif dimaksud, kata Daeng, seperti kinerja dokter dan teknologi. Segala sesuatu yang berhubungan dengan medis harus memadai. Kementerian Kesehatan diharapkan untuk mempermudah perizinan, mulai dari fasilitas hingga perpajakan. “Alatnya jangan ditarik pajak tinggi. Jangan dikatakan tidak boleh. Kalau tidak boleh, nanti siapa yang kerjakan,” ucap dia. Daeng menuturkan, keanggotaan Perwaderi terdiri dari dokter umum dan dokter spesialis, termasuk dokter kulit dan dokter bedah plastik. Di dunia medis semua tindakan boleh dilakukan, namun ada batasan-batasan atau penggolongan tersendiri sesuai kemampuan. Dia mengatakan, ada tiga substansi kedokteran, yaitu kebutuhan masyarakat terkait anti aging dan estetik, berorientasi memberikan pelayanan bermutu, serta menjamin keselamatan pasien. “Kita memacu dokter kita agar mutunya bagus sesuai tingkat kemampuan, dengan memperhatikan keselamatan pasien,” pungkas Daeng. Sementara Ketua Perdaweri Cabang Banten Zakky Zamzami Madjid mengatakan, kegiatan Indaag tersebut kali pertama diselenggarakan di Provinsi Banten. Tujuan utama Indaag yaitu meningkatkan pengetahuan tentang ilmu anti aging dan estetik. Hadir di acara yang berlangsung sampai Minggu (2/9) itu Ketua IDI Wilayah Banten Hendrarto. “Ini event nasional, pesertanya sekitar 480 dokter dari berbagai daerah. Minat masyarakat agar selalu awet muda dan cantik itu semakin tinggi, sehingga kemampuan dokter yang menangani juga harus ditingkatkan,” ucap dia. Sejauh ini klinik kecantikan yang sudah bersertifikasi di Provinsi Banten mencapai 300 unit, sekitar 70 persen berada di Tangerang Raya. Salah satu guru besar dan pakar Perdaweri pun mengusulkan agar standarisasi klinik kecantikan minimal memiliki konsultan. Hal ini bertujuan agar ilmu-ilmu kedokteran di Indonesia berjalan dengan baik dan sesuai keinginan masyarakat. (srh/mas)

Sumber: