Investor Jangan Khawatirkan Pemilu
BALI -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meminta agar investor tidak mengkhawatirkan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. BI meyakini Pemilu 2019 berjalan aman dan tertib seperti pemilu yang telah berlangsung sebelumnya. “Para investor dunia usaha lihat sejumlah Pemilu yang telah kita lakukan berjalan aman, lancar, dan tertib sehingga itu bisa memberikan rasa percaya diri. Jadi kalau masih ada sejumlah investor yang masih ragu, lihatlah,” ujar Perry dalam konferensi pers 12th Bulletin of Monetary Economics and Banking di Bali, Kamis (30/8). BI juga menganggap penyelenggaraan pemilu mendukung perekonomian Indonesia secara berkesinambungan. Sebab, dari tahun ke tahun Pemilu mendorong pertumbuhan konsumsi non-rumah tangga. “kalau dari komponen Produk Domestik Bruto (PDB) itu pengeluaran langsungnya lembaga negara non-rumah tangga,” ujar Perry. Berkaca pada hal tersebut, BI meyakini pertumbuhan ekonomi pada 2019 diperkirakan tumbuh pada 5,1-5,5 persen. Sementara untuk tahun ini, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 5-5,4 persen. Melambat Ekonomi Indonesia diprediksi masih akan melambat. Hingga akhir tahun pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya bisa mencapai 5,16% atau lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 5,4% Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menjelaskan, pelambatan pemulihan ekonomi dipengaruhi dengan keterbatasan pertumbuhan ekspor yang diperkirakan cenderung datar ke depan. Sebaliknya, pertumbuhan impor diyakini masih akan jauh melampaui pertumbuhan ekspor. "Sementara investasi enggak cepat meningkat, bahkan cenderung melambat ada koreksi di sektor infrastruktur 5,73% pada Juni 2018 dari sebelumnya 6,94% Juni 2017," kata Anton dalam paparannya di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (30/8). Adapun ekspor barang dan jasa pada kuartal II-2018 tumbuh sebesar 7,70% secara year on year (yoy) sementara impor barang dan jasa tumbuh 15,17% (yoy). Sementara belanja rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Tercatat pada kuartal II 2018 belanja rumah tangga tumbuh 5,14% (yoy). Pertumbuhan ekspor yang melambat ini, dikatakan Anton disebabkan potensi harga minyak dan komoditas yang cenderung datar hingga tahun depan. "Harga komoditas cenderung stagnan ke arah turun pada tahun depan," kata Anton. Dalam kesempatan yang sama, Ekonom Senior Bank Mandiri Andry Asmoro memaparkan, komoditas ekspor utama Indonesia yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi adalah Crude Palm Oil (CPO) dan batu bara. Sayangnya, harga dua komoditas andalan itu diramal akan datar cenderug turun. "Kalau CPO dan coal itu naik terus, bisa bantu pertumbuhan ekonomi, tapi perkiraannya tetap flat. Meski harga minyak masih di atas USD70 per barel, tapi kelihatannya ke depan akan tetap flat," jelas Andry. Dengan mengutip data Bloomberg, Andry memprediksi harga CPO diperkirakan sebesar RM2.304 per metrik ton di 2018, dan tumbuh tipis menjadi RM2.379 di 2019. Sementara harga batu bara diperkirakan sebesar USD108,25 per metrik ton di 2018 dan menjadi USD98,16 per metrik ton di 2019. "Ini nanti dampaknya, peluang tumbuh lebih cepat bagi Indonesia jadi terhalang, karena sumber ekonomi dari harga komoditas," tukas dia.(rep/Feb)
Sumber: