Penderita Gangguan Jiwa Meningkat, Faktor Ekonomi Penyebab Utama

Penderita Gangguan Jiwa Meningkat, Faktor Ekonomi Penyebab Utama

TIGARAKSA – Ribuan orang dengan gangguan kejiwaan (ODGJ) dan orang dengan masalah kejiwaan (ODMK), ditemukan di Kabupaten Tangerang selama dua tahun terakhir. Faktor ekonomi menjadi penyebab utama penderita gangguan jiwa di kabupaten berjulukan kota seribu industri itu. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, penemuan penderita gangguan jiwa paling banyak pada 2017, yakni 2.328 orang. Sedangkan t2016 hanya 659 orang. Jumlah tersebut meningkat signifikan. Sementara dalam kurun Januari – Juli 2018, kasus gangguan jiwa menimpa sebanyak 935 orang. “Jumlah penderita gangguan kejiwaan dari 2016 ke 2017 meningkat, sedangkan dari 2017 ke tahun 2018 belum dapat dianalisa karena baru sampai Juli yang ada di sistem,” kata Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Mochamad Bachtiar, Minggu (12/8). Dia menyebutkan, ada tiga faktor penyebab ribuan warga mengalami gangguan kejiwaan. Yakni ekonomi, pemutusan hubungan kerja, dan keinginan tidak tercapai. “Sekitar 50 persen pasien masuk kategori berat atau ODMK. Tidak semua warga Kabupaten Tangerang, ada yang dari luar daerah namun tinggal di Kabupaten Tangerang,” jelas dia. Lebih jauh Bachtiar memaparkan, beberapa diantara para penderita gangguan jiwa dipasung pihak keluarga, lantaran khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dinas kesehatan bersama pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) turun langsung ke lapangan guna melakukan penanganan. Pada 2016, hanya ada satu puskesmas yang dapat menangani pasien gangguan jiwa. “Kami tidak rujuk ke rumah sakit jiwa karena anggaran dan fasilitas terbatas. Di wilayah Tangerang juga tidak ada rumah sakit jiwa, cuma di Jakarta. Kami melakukan pengobatan secara berkala dengan terjun langsung ke masyarakat, ke keluarga pasien. Ada beberapa yang dipasung karena keluarga takut,” ucap Bachtiar. Penanganan ODGJ dan ODMK terus dilakukan. Dinas kesehatan sudah melakukan berbagai upaya. Seperti peningkatan kompetensi petugas puskesmas melalui pelatihan dan sosialisasi pelayanan kesehatan jiwa, pelatihan kader kesehatan jiwa, koordinasi dengan lintas sektor terkait, mendatangkan dokter spesialis jiwa ke puskesmas, pembentukan  kader kader kader kesehatan jiwa, dan pembentukan desa siaga sehat jwa. Upaya lain yaitu sosialisasi kesehatan jiwa kepada masyarakat, koordinasi dengan instansi terkait dan rumah sakit rujukan dalam hal penanganan bebas pasung, koordinasi dengan bidang pelayanan kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Banten terkait penyediaan obat kesehatan jiwa, serta pembentukan aplikasi laporan berbasis daring (online) kesehatan jiwa. “Kami juga meminta dukungan kepada Pak Sekda (Moch Maesyal Rasyid) dan lintas sektor. Saat ini Kabupaten Tangerang memiliki 44 puskesmas yang tersebar di 29 kecamatan, semuanya dapat menangani pasien dengan gangguan jiwa,” pungkas Bachtiar. (srh/mas)

Sumber: