Indag Kerahkan IKM untuk Mengelola Limbah

Indag Kerahkan IKM untuk Mengelola Limbah

CIPUTAT-Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangsel mengarahkan pegiat Industri Kecil dan Menengah (IKM) untuk bisa mengelola limbah. Hal ini guna meningkatkan pemanfaatan bahan baku sekitar. Pemanfaatan limbah ini, diharapkan bisa dilakukan IKM yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB). “Dalam renacana pembangunan jangan menengah daerah (RPJMD), salah satunya kita harus mampu membentuk 50 KUB dalam satu tahun. Dimana untuk setiap KUB memiliki 5 sampai 10 anggota,” kata Maya Mardiana, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangsel saat pelatihan industri kecil dan menengah di Ciputat, Kota Tangsel, Senin (7/5). Sampai awal Mei, di Kota Tangsel sudah ada 200 KUB. Jadi dalam setahun bisa melampaui target. Di kesempatan ini Disperindag mengundang calon wirausaha baru untuk memanfaatkan bahan baku yang ada di sekitar. Dengan memanfaatkan teknologi dengan inovasi untuk bisa menghasilkan sesuatu atau produk yang bermanfaat, bisa dikonsumsi dan mengandung nutrisi yang baik. “Kadang-kadang kalau kita akan membuat produk tidak punya bahan baku dan kita hanya berdiam diri atau mengambil dari tempat lain. Padahal kita bisa memanfaatkan barang baku yang ada disekitar, yang biasa dibuang orang. Seperti air kelapa, kuah yang biasa diambil di parut airnya dibuang begitu saja. Padahal kalau dibuang itu mengakibatkan bau, menambah limbah dan polutan,” beber Maya. Menurutnya, Untuk menghasilkan limbah itu menjadi produk tinggal bagaimana melakukan pengolahan dan menjaga kualitas. Artinya bagaimana mencipatkan bahan pangan yang sesuai pesyaratan dan ketentuan layak untuk dikonsumsi. “Aplagi kalau sekarang bahannya mudah dicari di sekitar tanpa harus beli maka ekonomi kerakyatan yang ada di sana bisa terbangun. Dan yang paling penting dan bermanafaat limbah kita menjadi minimal,” ujar Maya. Ditambahkannya, setelah pelatihan ini nantinya wirausaha baru yang muncul akan terus dimonitor oleh Disperindag. Sehingga produk pangan yang dibina ini nantinya layak jual, sehat dan menjadi produk unggulan Tangsel. “Jangan sampai hanya sekali pelatihan selesai. Kami juga bekerjasama dengan mitra akademisi yang mempunyai inovasi-inovasi. Setelah itu akan langsung dibuka ke praktek dengan dibuka klinik pangan yang akan bekerjasama dengan Dinas Pangan dan para ahlinya. Jadi mereka setelah ini bisa konsultasi jadi nggak putus, jika ada permasalahan bisa didiskusikan. Akhirnya produk ini bisa meningkatkan ekonomi mereka,” tambahnya. Di tempat yang sama, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany mengatakan, ini merupakan program pemerintah khususnya Tangsel dalam rangka membentuk KUB. Tentunya dengan menggunakan inovasi dengan teknologi yang simpel yang bisa dimengerti masyarakat. Sehingga bisa memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang positif. “Apalagi nanti bisa ada peningkatan perekonomian. Di sini juga tadi ada dari BTN yang mensosialisasikan pour kredit usaha rakyat, mudah-mudahan bisa menambah akses untuk permodalan bagi para pelaku usaha di wilayah Tangsel,” tuturnya. Salah satu limbah yang diharapkan bisa dikelola adalah, limbah air kelapa. Air kelapa pedagang di pasar merupakan limbah cair yang banyak dibuang pedagang. Padahal air kelapa tersebut memiliki nilai lebih jika diolah menjadi makann atau minuman yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. Salah satu yang makanan yang bisa dibuat dari bahan air kelapa adalah nata de coco. Nata de coco adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jeli, berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal. Makanan tersebut berasal dari fermentasi air kelapa. Namun, tidak semua orang bisa menbuat cmailan tersebut dan perlu mendapat pelatihan. Disperindag Kota Tangsel pun telah melatih pegiat IKM membuat nata de coco. Kepala Bidang Perindustrian pada Disperondag Kota Tangsel Ferry Payacun mengatakan, pelaku IKM perlu diajarkan membuat nata de coco lantaran cara membuatnya mudah dan banyak disukai masyarakat. Makanan tersebut banyak diminati karena rasanya enak dan kaya serat. Selain itu pembuatan nata de coco juga tidak terlalu sulit dan biaya yang dibutuhkan tidak banyak. Bisa untuk bekal anak sekolah," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Jumat (4/5) di Resto Kampung Anggrek. Ferry menambahkan, kalau memang ada waktu lebih masyarakat membuat nata de coco bisa sebagai alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan. Bahan utama untuk membuatnya mudah diperoleh dan bahan tambahan lain mudah diperoleh dan murah. Pelaku IKM masih menurut Ferry diharapkan peserta pelatihan bisa membentuk wirausaha baru (WUB) dan kedepan bosa menjadi pengusaha baru. "Setelah dilatih membuat naca de coco, mereka nantinya akan kita latih terkait good Manufacturing practice," tambahnya. Dalam pelatihan tersebut, Disperindag menggandeng dosen Institut Teknologi Indonesia (ITI). Dosen Program Studi Teknologi Industri Pertanian ITI plus Trainer dan Konsultan Pangan ITI Syahril Makosim mengatakan, membuat nata de coco sangat mudah dna bahannya gampang didapat. "Jadi pelaku IKM bisa dengan mudah membuat makanan yang enak dicapur dengan sirup dan es batu tersebut," ujarnya. (mg-7/bud/esa)

Sumber: