Gempa 9 SR Picu Tsunami 57 Meter di Pandeglang

Gempa 9 SR Picu Tsunami 57 Meter di Pandeglang

PREDIKSI gempa besar di Jawa bagian barat oleh peneliti tsunami di Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko membuat geger. Banyak yang khawatir gempa itu bakal terjadi dalam waktu dekat. Dalam seminar terbuka yang diselenggarakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Selasa (03/04) lalu, Widjo memprediksi terjadinya gempa megathrust di daerah subduksi di selatan Jawa sampai Selat Sunda. Gempa itu bisa berkekuatan 9 SR dan memicu gelombang tsunami setinggi 57 meter. Titik gempa tersebut di Jawa bagian barat. Gelombang setinggi 57 meter diprediksi bisa terjadi di Pandeglang, Banten. Sontak, kabar itu membuat netizen merinding. Terutama yang tinggal di sekitar Pandeglang. Widjo mengatakan, angka 57 meter tersebut sebenarnya muncul dari skenario simulasi yang dilakukannya melalui perhitungan-perhitungan khusus. Pemodelan pada simulasinya dilakukan dengan sumber data hasil kajian ilmiah. Kepala BPPT Unggul Priyanto menegaskan, isu tsunami itu masih sebatas pemodelan ilmiah. Potensi tsunami di Jawa bagian barat yang dimaksud adalah hasil kajian akademis awal dari simulasi model komputer. Simulasi menggunakan sumber tsunami dari gempa bumi di tiga titik potensi gempa bumi ”megathrust”, Enggano, Selat Sunda, dan Jawa Barat bagian selatan. Jadi, masyarakat diminta tidak galau dan terpengaruh. Unggul menuturkan, munculnya tsunami itu dipicu adanya gempa besar. Sampai sekarang, perkembangan teknologi belum bisa memprediksi kapan gempa terjadi, di mana, dan kekuatannya seberapa besar. “(Gempa, Red) bisa satu jam lagi, bisa besok, bisa seribu tahun lagi, bisa ratusan ribu tahun lagi. Tidak ada yang tahu gempa,” jelasnya. Dia mencontohkan, pernah ada prediksi bahwa di California, Amerika Serikat, bakal terjadi gempa besar. Namun, ternyata sampai sekarang gempa besar itu tidak datang-datang. Unggul menjelaskan, Indonesia memang daerah langganan gempa. Menurut dia, gempa dengan kekuatan 4, 5, sampai 6 SR itu sering terjadi di penjuru Indonesia. Meski gempa cukup sering terjadi, dia mengatakan, gempa dengan kekuatan mencapai 9 SR jarang terjadi. Sekali lagi, dia menegaskan bahwa isu atau kabar tsunami setinggi 57 meter di Pandeglang adalah hasil pemodelan atau simulai jika ada gempa berkekuatan 9 SR mengguncang. Sementara itu, Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly mengimbau masyarakat lebih arif dalam memahami info kegempaan dan tsunami. Khususnya, ketika masih berupa kajian awal dan belum teruji, informasi tersebut belum dapat menjadi pegangan resmi untuk acuan mitigasi bencana. Dia mengatakan, pada kasus hasil kajian potensi tsunami di Pandeglang, peneliti BPPT tidak melakukan prediksi. Tetapi, melihat potensi yang masih perlu dikaji lebih lanjut berbasis data ilmiah memadai. “Karena peneliti tersebut tidak menyebutkan kapan akan terjadinya (gempa dan tsunami, Red) sehingga masyarakat diimbau tetap tenang,’’ jelasnya. Untuk diketahui, prediksi akan terjadinya gelombang tsunami ini telah membuat masyarakat Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak resah. Mereka mengaku cemas saat datangnya malam, karena takut akan terjadinya gempa besar yang disusul gelombang tsunami saat mereka tertidur pulas, sebagaimana yang diprediksi oleh BPPT. “Sekarang kalau malam sudah tidak bisa tidur nyenyak lagi, karena adanya prediksi akan terjadinya tsunami yang lebih dasyat dari Aceh,” ujar Ruhiat, seorang warga Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pandeglang. Ia mengaku kekhawatiran akan terjadinya gelombang tsunami juga dirasakan oleh tetangganya yang rata-rata bermata pencarian sebagai nelayan. Namun karena mereka tidak punya pilihan lain dan tidak punya uang untuk pindah rumah, mereka terpaksa bertahan meski di bawah ancaman akan datangnya bahaya tsunami. “Kami tidak punya keahlian lain, selain sebagai nelayan. Lagian, kami juga tidak punya uang untuk pindah rumah dari sini,” ucapnya. Hal yang sama juga dirasakan oleh warga Desa Sukamanah, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak setelah adanya peringatan gelombang tsunami besar setinggi 57 meter yang dikeluarkan oleh BPPT. Apalagi, gempa bumi yang terjadi beberapa kali pada tahun ini berpusat di lautan Malingping. “Kalau persiapan kami belum punya, namun kami tetap waspada akan datangnya bencana tsunami tersebut,” ujar Dini Hidayat, seorang warga Desa Sukamanah,Kecamatan Malingping. Ia meminta kepada pemerintah untuk segera memasang sirene peringatan tsunami di sepanjang pantai yang dihuni ribuan penduduk dan melakukan simulasi tsunami untuk meminimalisir jumlah korban jiwa jika sewaktu waktu datang gelombang besar sebagaimana yang diprediksi oleh BPPT. “Kalau bisa di sepanjang pesisir Lebak Selatan, dari mulai Pantai Binuangeun hingga Pantai Sawarna dipasang sirene early warning system, agar saat datangnya bencana tsunami, sirene tersebut berbunyi dan masyarakat dapat menyelamatkan diri,” pintanya. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang telah meminta masyarakat agar tidak panik dengan adanya berita tsunami setinggi 57 meter yang diprediksi akan menerpa wilayah Pandeglang. ”Terkait dengan beredarnya informasi di media sosial tentang akan terjadinya tsunami setinggi 57 meter di Kabupaten Pandeglang, maka kami mengimbau agar masyarakat tetap tenang karena itu semua masih bersifat prediksi awal untuk keperluan antisipasi," ujar Kepala BPBD Pandeglang Asep Rahmat. Menurut dia, pihaknya telah memasang alat sistem peringatan dini tsunami atau tsunami early warning system di sepanjang pantai Pandeglang. “Di sepanjang pantai Pandeglang sudah dipasang alat tsunami early warning system (sistem peringatan dini tsunami) dan masyarakat selalu mengingat titik kumpul dan jalur atau rambu evakuasi yang telah disiapkan,” jelasnya. (jpg/bha)

Sumber: