Tangsel Tuan Rumah Rapat ASEAN
SETU-Kota Tangsel tepatnya menjadi tuan rumah rapat tahunan peneliti ASEAN atau The 52ND Meeting of ASEAN Sub-Committe on Science & Technology Infrastructure and Resources Development (SCRID). Hajatan ini digelar di Puspiptek, Kecamatan Setu, Kota Tangsel, Senin (2/4). Sebanyak 22 delegasi yang terdiri dari delapan negara ASEAN hadir dalam pertemuan tersebut. Kepala Puspiptek, Sri Setyawati mengatakan, delegasi dihadiri oleh delapan negara ASEAN yaitu Kamboja, Indoensia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam. Sedangkan Brunei Darussalam dan Singapura berhalangan hadir. Dari 10 negara ini, masing-masing mengimplementasikan ASEAN plan of action on science, tecnology and innovation (APASTI). “Ini menjadi kehormatan kami dipilih sebagai tuan rumah delegasi internasional. Dalam pertemuan ini mengumpulkan negara yang bernaung di bawah ASEAN,” kata Sri. Pertemuan antarnegara ASEAN ini berlangusng pada 1 sampai dengan 3 April mendatang. Sebelumnya, pada 2016 lalu ASEAN committee on science and technology (Cost) telah menetapkan APASTI 2016-2025. Kegiatan riset, iptek dan inovasi negara-negara ASEAN harus mengacu pada APASTI 2016-2025 tersebut. “Pertemuan tiga hari ini untuk membicarakan apa yang akan kita laksanakan. Project yang akan dikembangkan dan berabagai hal yang berkaitan dengan membangun networking antar-ASEAN. Anggota ASEAN bisa mendukung perkembangan teknologi yang mampu melengkapi pekerjaan di berbagai sektor atau bidang. Misalnya, membangun mekanisme transfer teknologi. Berupa program pendampingan dan insentif untuk mendukung perusahaan berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi,” terangnya Sri. Tidak hanya itu, lanjut Sri, dalam pertemuan ini juga membahasa mengenai kerangka kebijakan dan panduan dalam proses memperkuat kolaborasi antara akademisi, lembaga litbang dan sektor swasta. Selain itu juga memprakarsai dan mendorong mobilitas pakar dan peneliti, serta memperkuat keikutsertaan perempuan dan pemuda dalam bidang iptek. “Melalui komunitas ini, jika ada negara di luar ASEAN yang ingin bekerja sama dengan ASEAN bisa dengan dialog partner. Tidak hanya itu, jika ada peneliti antar-ASEAN yang tidak memiliki peralatan riset lengkap bisa belajar ke negara luar. Misalnya kita punya nuklir, negara lain tidak bisa belajar di sini,” ucapnya. Menurut Sri dengan pola ini maka akan memberikan kebijakan antar negara ASEAN. Seperti lembaga di Indoensia bekerja sama dengan lembaga di Thailand atau negara antar-ASEAN. “Kita menghadapi banyak hal. Kita harus adaptasi, harus bisa respons cepat terhadap berbagai kemajuan teknologi. Anak-anak muda berbakat ini mau berbagai. Di sini sarana untuk berbagi,” kata dia. Sementara di tempat yang sama, perwakilan Malaysia, Teoh Phi Li mengatakan, tempat delegasi yang digunakan selaras dengan apa yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Menurutnya, Puspiptek memberikan kerja sama hasil riset. Dimana fasilitas sudah disediakan secara lengkap. “Ya memang fokusnya untuk meningkatkan kesadaran dalam berteknologi. Tentu, Puspiptek merupakan tempat yang pas, sesuai dengan program yang dicanangkan. Kita juga bisa melihat langsung manfaat teknologi yang sudah dikembangkan saat ini oleh Puspiptek,” tutupnya. (mg-7/esa)
Sumber: