Siswa SMK Avicenna, Racik Buah Kawis Jadi Obat Nyamuk Elektrik

Siswa SMK Avicenna, Racik Buah Kawis Jadi Obat Nyamuk Elektrik

Buah kawis tak hanya bisa diracik menjadi minuman atau makanan ringan saja. Di tangan anak-anak SMK Avicenna Lasem, buah khas Kota Garam ini ternyata dapat diracik sebagai pembasmi nyamuk elektrik. Namanya temuan Bioinsektida Sedian Anti Nyamuk Elektrik. Temuan inovatif tersebut diciptakan oleh Zahrotun Nafisah (kelas XII) dan dua temannya Intan Afrida Zulfami (Kelas XI) dan Mitha Alvianti (kelas X). Atas karyantiga siswi keperawatan tersebut, mereka menjadi juara pertama lomba artikel karya tulis ilmiah remaja tingkat se-Jawa yang digelar himpunan mahasiswa D III Teknologi Laboratorium Medis di Universitas Muhammadiyah, Semarang. Zahrotun Nafafisah sekaligus ketua tim mengatakan dalam membuat Bioinsektida Sedian Anti Nyamuk Elektrik dilakukan sejumlah penelitian dahulu. Dengan berbagai referensi yang dikumpulkan terlebih dahulu dari arahan guru pembimbing Diyah Afi Nurlaeli. “Awalnya kami melakukan beberapa penelitian, mulai daun kemangi, daun beluntas dan kulit durian hingga kawis,” ungkapnya kepada Jawa Pos Radar Kudus kemarin. Setelah mencari banyak referensi, akhirnya mereka memilih buah kawis untuk di olah jadi ioinsektida Sedian Anti Nyamuk Elektrik. “Pertimbangannya menjadi buah khas daerah Rembang, ketika dapat mengolah secara otomatis dapat kenalkan ke luar derah,” katanya. Menurutnya, di dalam buah kawis mengandung zat aktif plavonoid, saponin dan tannin yang dapat merusak sistem pernafasan serangga. Untuk itu, buah kawis dan kulitnya bisa diolah sampai membentuk sebuah serbuk. “Serbuk itu lalu dari proses ekstrak tersebut diberi perekat menggunakan tempung kanji. Untuk dibuat menyerupai kotak nyamuk elektrik. Semua dibuat secara manual,” ujarnya. Untuk penelitian dia dan kawan membutuhkan waktu sekitar sebulan. Namun khusus buah kawis hanya sekitar sepekan melakukan uji coba. “Dari 10 buah kawis akhirnya berhasil diracik enam buah,” paparnya. Kepala sekolah SMK Avicenna Lasem Mohammad Luthfi Thomafi menuturkan, sengaja memperkenalkan bagaimana kegiatan meneliti kebiasaan anak. Sehingga bukan sekadar mencari solusi. “Ini sebagai langkah nyata untuk sumbangsih terhadap permasalahan di masyarakat. Utamanya berkaitan kesehatan. Jadi saya kira yang mahal ini prosesnya. Namun kami tetap hargai sebagai proses pendidikan, untuk hasilnya masyarakat dapat menilai,” ungkapnya. (jwp/mas)  

Sumber: