Rp 36,4 M untuk Warga Tangsel

Rp 36,4 M untuk Warga Tangsel

SETU-Pemerintah mulai menyalurkan bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai untuk warga Kota Tangsel. Menteri Sosial Idrus Marham memantau langsung penyaluran bantuan sosial yang dipusatkan di gedung Graha Widya Bakti, Puspiptek, Kecamatan Setu, Selasa (21/2). Mensos ingin memastikan bantuan sosial tersebut sampai ke tangan keluarga penerima manfaat (KPM). “Ini sesuai instruksi dari Presiden kepada saya selaku Menteri Sosial agar turun langsung untuk mengecek. Apakah betul seluruh bantuan kepada rakyat itu sampai atau tidak. Kalau sampai apakah benar jumlahnya,” terang Idrus Marham. Selain Idrus, hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie, Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher, Kepala Dinas Sosial Provinsi Banten Nurhana serta pejabat Pemkot Tangsel. Idrus menjelaskan, total bantuan yang diserahkan ke masyarakat Tangsel seluruhnya mencapai Rp36,4 miliar. PKH merupakan program bantuan nontunai kepada masyarakat tidak mampu. Dengan tujuan untuk memutuskan mata rantai antargenerasi. Sehingga jumlah kemiskinan di Indonesia dapat ditekan. Di mana target bulan Februari harus sudah tuntas. “PKH tahap pertama bulan ini harus selesai semuanya. Kita harus pastikan tidak ada yang tersisa. Sekarang sudah jalan 60 persen, saya optimis bulan ini tuntas,” ucapnya. Sementara untuk Bantuan Pangan Non Tunai tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Saat ini KPM hanya menerima sembako berupa 10 Kg beras dan 2 Kg telur. “Sebelumnya kan masyarakat menerima bantuan sembako berupa beras, telur, minyak dan gula. Tapi sekarang hanya beras dan telur. Hal ini karena KPM tidak dikenakan bayaran sedikit pun dalam pengambilan. Kalau dulu kan ada bayaran,” terangnya. Pada kesempatan itu, Idrus meminta Pemkot Tangsel untuk meneliti kembali warganya. Sebab, dikhawatirkan ada masyarakat yang tidak mampu belum terdata. “Sisir kembali lagi warganya. Mungkin masih ada rakyat yang belum tercatat. Barangkali ada masalah seperti terjadi di satu atau dua daerah lain,” ujarnya. Selain pemberian bantuan sosial, Mensos juga memberikan bantuan kepada 10 siswa berprestasi di Kota Tangsel. Tujuannya agar siswa tersebut tidak putus sekolah karena keadaan ekonomi. “Anak-anak penerima PKH yang berprestasi diberikan bonus. Sehingga bisa meneruskan pendidikannya. Inilah cara kita bagaimana agar memastikan masyarakat Indonesia dapat terurusi. Karena semua masyarakat yang terkena masalah harus diselesaikan,” ujarnya. Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin Dinas Sosial Kota Tangsel Heli Selamet mengungkapkan, PKH merupakan program yang luar biasa, terutama bantuan sosial. Di mana jumlah KPM yang tercatat di Kota Tangsel meningkat cukup tinggi dari tahun sebelumnya. “Keluarga Harapan sebelumnya hanya 5.325 jiwa. Sekarang meningkat menjadi 8.582 jiwa dengan total anggaran Rp16,2 miliar. Hal ini tentu akan mempermudah pemerintah dalam menuntaskan angka kemiskinan, khususnya di Kota Tangsel,” bebernya. Adapun PKH di Kota Tangsel digolongkan dengan program harapan keluarga disabilitas sebanyak 95 jiwa, dengan total anggaran Rp190 juta. Program keluarga harapan lanjut usia ada 83 jiwa, dengan total anggaran Rp166 juta. “Untuk target bantuan pangan nontunai, masih sama dengan tahun 2017 yaitu 15.009 jiwa. Di mana masing-masing KPM mendapatkan Rp110 ribu per bulan selama 12 bulan di 2018. Kalau ditotalkan Rp19,8 miliar,” jelasnya. Kemensos juga memberikan bantuan sembako kepada 350 KPM. Dengan total anggaran Rp33 juta dan ada bantuan paket anak berprestasi sebanyak 10 orang. Menurut Heli, ini semua harus tepat sasaran dan sampai langsung kepada KPM. “Yang diserahkan 350 paket sembako mewakili 8.582 KPM se-Tangsel. Untuk pengambilan bantuan pangan nontunai dipastikan tidak ada pembayaran satu sen pun. Karena langsung dari bank ditransfer ke KPM. Pengambilan sembako langsung ke warung elektronik gotong royong.dengan menggesek kartu,” tuturnya. Sementara salah seorang warga Babakan penerima bantuan, Mulyani membenarkan selama ini tidak ada bayaran dalam pengambilan sembako. Soal jumlah sembako yang diterima berkurang, dia mengatakan tidak keberatakan. “Dulu memang ada gula dan minyak goreng. Tapi itu kan akumulasi selama dua bulan yang diberikan satu kali. Kalau sekarang kan setiap bulan diberikan rutin, jadi ya nggak apa-apa kan sudah rutin,” tutupnya. (mg-7/bha)

Sumber: