Mimpi Bus Terguling, 20 Menit Jadi Kenyataan

Mimpi Bus Terguling, 20 Menit Jadi Kenyataan

Tamasya peserta rapat anggota tahunan (RAT) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Permata, Ciputat Timur, Kota Tangsel, berujung duka. Bus yang ditumpangi rombongan mengalami kecelakaan maut di tanjakan Emen, Subang. Suasana mengerikan dirasakan penumpang maupun rombongan bus di belakangnya. Sebanyak 27 orang—23 diantaranya adalah warga Legoso, Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur—meninggal dunia. Dan, 18 lainnya mengalami luka-luka dan kini masih dirawat di sejumlah rumah sakit dan puskesmas. Salah seorang di antaranya adalah Naman. Warga RT 08 RW 01, Jalan Raya Legoso Raya, Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur itu masih ingat betul beberapa saat sebelum bus mengalami celaka. Kemarin, puluhan orang datang silih berganti menjenguk Naman di ruang perawatan lantai tiga RSUD Kota Tangsel. Akibat kecelakaan itu, Naman mengalami patah tulang kaki kiri. Dia juga harus kehilangan istri tercintanya, Teti Sumiati (48) yang sebelum kejadian duduk satu bus di sampingnya. “Orang di dalam bus seperti kupu-kupu pada terbang dan mental ke luar,” kata Naman sambil mengingat-ingat kejadian itu. Naman bercerita, dia seakan sudah mendapat firasat buruk. Sebelum kejadian dirinya duduk sambil tertidur. Naman bermimpi bus yang ditumpanginya itu oleng dan terguling. Saat matanya terjaga, bus ternyata melaju biasa saja. Dia kemudian melanjutkan tidurnya. “Di pertengahan jalan, sudah mimpi bus oleng, saya bangun terus saya tidur lagi. Bangun ke dua kali tidur lagi dan yang ke tiga kali jadi kenyataan. Tidur selama dua puluh menit, tidur ayam gitu. Saya lihat, bus mencoba menghindar mobil di depan, terakhir bus menghindar motor langsung kejadian,” ujarnya. Naman mengatakan, ketika bus terguling, penumpang bus yang merupakan anggota Koperasi Permata Ciputat berteriak. Benturan bus terdengar sangat kencang dan penumpang terpental ke luar melalui jendela bus. “Padahal sopirnya juga nggak ugal-ugalan. Saya juga mental ke ke luar kaca dan jatuh ke tanah di tebing. Kepala saya sebelah kiri terbentur,” ucap Naman yang juga Ketua RT 08 RW 01, Jalan Raya Legoso Raya, Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. Dalam tragedi tersebut, Naman melihat lima orang yang duduk di depannya meninggal dunia. Termasuk sang istri yang duduk di sampingnya. Dia pun memanggil nama-nama sang istri dan menangis sejadi-jadinya. “Pas kejadian cuaca cerah, nggak ada kabut. Alhamdulillah, saat itu ada mobil pikap lewat membawa saya dan korban lain ke Puskesmas terdekat terus dibawa ke RSU Subang,” jelas ayah tiga anak itu. Awalnya, Naman tidak berniat ingin ikut Rapat Anggota Koperasi tersebut. Namun, dirinya merasa tidak enak jika tidak ikut karena lurah ikut dalam rapat keanggotaan tersebut. “Tadinya nggak mau berangkat. Berhubung Pak Lurah berangkat, saya menemani Pak Lurah. Itu Rapat Anggota Koperasi semua 151 orang warga Legoso,” ujarnya. Ketika selesai rapat anggota, rombongan ingin pergi ke tempat kuliner tahu susu. Dimana setelah ke tahu susu, rombongan akan meneruskan perjalanan ke wisata air panas di Ciater. “Habis acara rapat kami makan dari Rumah Makan Jawa di Lembang. selesai jam tiga sore. Menuju lokasi kuliner tahu susu terus menuju Ciater,” ucapnya. Sementara itu, Plt Dinas Kesehatan Kota Tangsel Suhara Manullang mengatakan, sejauh ini tidak ada pasien korban kecelakaan tanjakan Emen yang harus dirujuk ke rumah sakit lain. “Dari hasil pemeriksaan kami tidak ada yang perlu dirujuk ke rumah sakit lain. Artinya, RSUD Kota Tangsel masih sanggup menangani pasien korban kecelakaan,” terang Suhara. Korban luka lainnya yang dirawat di rumah sakit itu adalah Sadiyah. Bibir dan bagian bawah mata perempuan 49 tahun tersebut terluka gara-gara terkena pecahan kaca. Selain itu, tangannya terluka karena impitan badan bus. Warga Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, tersebut mengaku terkejut saat kecelakaan terjadi. “Saya nggak tahu (persisnya kejadian kecelakaan, Red). Mobilnya mental-mental. Saya di tengah juga mental sana-sini,” katanya. Ketika kecelakaan terjadi, dia mendengar banyak jeritan dan teriakan minta tolong. Tetapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, tangannya terjepit badan bus yang terguling. “Saya nggak bisa ngebayangin. Semalaman saya nggak bisa tidur. Masih keingetan aja sampai sekarang,” tuturnya. Sadiyah bersyukur karena masih selamat dari kecelakaan maut itu. Ketua KSP Permata Purwani Yuli Astuti menceritakan bahwa dirinya berada di bus nomor 3. Sedangkan yang celaka adalah bus nomor 1. Ketika kecelakaan terjadi, bus yang dia tumpangi berada di belakang bus nomor 1. Purwani menyatakan, seluruh korban meninggal adalah tetangganya. Di sepanjang jalan dari kantor koperasi sampai Tempat Pemakaman Umum (TPU) Legoso, bendera kuning simbol kematian nyaris berderet di rumah para korban meninggal. Antara satu rumah dan rumah lainnya tidak jauh. Perempuan 62 tahun itu mengatakan, bus nomor 1 memang disiapkan untuk anggota koperasi dari RT 2, 8, dan 7. Rumah mereka berdekatan. Sedangkan bus nomor 2 berisi warga dari RT 4 dan peserta lain. Kemudian, bus nomor 3 berisi undangan dari kelurahan, Pemkot Tangsel, serta aparatur lain. Nah, seluruh pengurus koperasi disebar ke tiga bus tersebut sebagai pendamping. Ketika bus yang dia tumpangi melewati tanjakan Emen, banyak penumpang yang terlelap. Dia mengakui tidak melihat persis kecelakaan bus pariwisata Premium Passion dengan nomor polisi F 7959 AA yang dikemudikan Amirnudin, itu. Dia terhenyak ketika melihat bus di depannya terguling di pinggir tebing. “Saya hafal cat busnya. Itu rombongan saya,” tuturnya. Purwani semakin terhenyak ketika melihat beberapa penumpang berbaju oranye duduk di luar bus. Dress code yang digunakan memang baju oranye. Setelah itu, bus yang ditumpangi Purwani berhenti sekitar 100 meter di depan tempat kejadian perkara (TKP). Dia pun bergegas turun dengan perasaan tidak keruan. Purwani sempat menolong dengan memberi minum korban luka yang sudah duduk di sekitar bus. Saat itu belum ada satu pun korban meninggal yang dikeluarkan dari dalam bus. Dia merasa pertolongan dari petugas medis tidak segera datang. Setelah beberapa saat menolong, Purwani lemas. Dia pun dituntun seseorang untuk beristirahat di sebuah warung yang tak jauh dari lokasi kecelakaan. Baru kemudian datang petugas medis serta penolong lain untuk membantu evakuasi korban dari dalam bus. Dia mengaku tidak ada firasat khusus terkait dengan kecelakaan itu. Namun, ketika berbelanja baju oranye di pasar Tanah Abang Selasa lalu (6/2), dia mendadak ingin membeli baju berwarna hitam. “Padahal dress code-nya oranye. Tetapi, entah kenapa saya ingin sekali membeli baju hitam. Saya beli dua potong, belum saya pakai sampai sekarang,” tuturnya. (mg-7/jpg/bha)

Sumber: