Pegawai Ditambah, CCTV Terkoneksi ke Polresta Tangerang

Pegawai Ditambah, CCTV Terkoneksi ke Polresta Tangerang

JAMBE - Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Tangerang, Jalan Pacing Raya, Desa Taban, Kecamatan Jambe. Kabupaten Tangerang, sejak berdiri hanya memiliki puluhan pegawai. Jumlah ini tidak sebanding dengan warga binaan yang lebih dari seribu orang. Tentu dibutuhkan pola pengamanan dan inovasi dalam mengatasi persoalan tersebut.

Sampai saat ini warga binaan pemasyarakat (WBP) di sana sebanyak 1.742. Jumlah ini terus bertambah setiap hari. Padahal kapasitas ideal di Rutan tersebut hanya 598 tahanan. Selama bertahun-tahun, pegawai hanya berjumlah 63 orang, dengan sistem pengamanan dibagi dalam empat regu. Masing-masing regu pun hanya tujuh personel. Namun siapa sangka jika situasi tetap kondusif.

Kepada Tangerang Ekspres, Kepala Seksi Pelayanan Tahanan Rutan Kelas I Tangerang David Anderson menyebutkan, pelayanan kepada narapidana dilakukan layaknya keluarga. Para tahanan selalu dilatih dengan berbagai kegiatan setiap hari, mulai dari segi keagamaan hingga berkarya seni. Rutan Kelas I Tangerang atau lebih dikenal dengan sebutan Rutan Jambe memiliki dua blok tempat narapidana. Blok Asyifa dan Blok Hidayah, masing-masing terdiri dari dua lantai.

Blok Hidayah secara keseluruhan difungsikan untuk yang sudah berstatus narapidana, sedangkan Blok Asyifa untuk tahanan. Sisi kiri dan kanan lantai satu Blok Asyifa dimanfaatkan untuk ruang rekreasi. Di tempat rekreasi inilah para tahanan dilatih dan berkarya miniatur. Ada kreasi membuat motor, perahu, mobil, kapal dan sebagainya dari bahan kertas ataupun kayu. Bahkan di sana disediakan perpustakaan atau ruang membaca. Pihak Rutan bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Tangerang.

“Kebanyakan buku-buku yang disediakan adalah tentang keagamaan. Kemudian buku-buku pengetahuan umum yang dapat menambah wawasan positif narapidana. Kami melakukan pergantian buku setiap dua bulan, karena sudah bekerjasama dengan dinas perpustakaan,” kata David, Senin (12/2).

Setiap warga binaan selalu mendapatkan siraman rohani sesuai kepercayaan masing-masing. Khusus yang beragama Islam, diajarkan untuk mengaji dan membaca Alquran. Pengajian pun rutin dilakukan setiap sore, seperti pondok pesantren pada umumnya. Pihak Rutan bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Jambe. Demikian juga untuk tahanan non muslim, selalu diberikan siraman rohani.

Di sisi lain, pegawai Rutan Kelas I Tangerang telah bertambah sebanyak 81 orang. Satu di antara mereka adalah perawat. Puluhan pegawai yang masih berstatus calon pegawai negeri sipil (CPNS) ini, tiba di sana pada Rabu (7/2) lalu. Selama tiga hari berturut-turut mereka yang sudah lulus tes di Kemenkum HAM ini mengikuti orientasi atau pengenalan lingkungan. Namun kemarin (12/2) mereka mulai diajarkan untuk menjadi bagian dari petugas pengamanan inti.

“Mereka sudah mulai berinteraksi dengan narapidana, sehingga mengetahui apa yang menjadi tugas pokok seorang pegawai Rutan. Pertambahan pegawai ini sangat membantu kami, sehingga nati setiap regu bisa 22 sampai 25 petugas,” ujar Dedy Cahyadi, Kepala Rutan Kelas I Tangerang.

Meskipun demikian, para CPNS itu tidak langsung mengenakan pakaian dinas harian (PDH) pegawai Rutan, dengan ciri khas berwarna biru. Selama setahun ke depan, mereka mengenakan celana panjang hitam dan kemeja putih lengan panjang. Sekalipun mereka sudah jago bela diri, namun ternyata masih ada pembekalan khusus untuk mereka. Mereka nantinya dilatih untuk menembak, sehingga semakin banyak keahlian yang mereka miliki.

Tidak hanya pertambahan pegawai, sistem pengamanan pun semakin ditingkatkan. Pihak Rutan selalu bersinergi dengan kepolisian. Beberapa waktu lalu, Polresta Tangerang bersama Rutan Kelas I Tangerang telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU). Bidang keamanan menjadi salah satu poin penting kerjasama tersebut.

Sebagian rekaman kamera pengawas (Closed Circuit Television/CCTV) terkoneksi langsung di ruang Satreskrim Polresta Tangerang. Setidaknya, kepolisian dapat tanggap dan langsung mengetahui situasi di lapangan Rutan dan ruang tunggu pembesuk tahanan atau narapidana. Sehingga ini memudahkan polisi dalam melakukan penyelidikan jika terjadi kerusuhan atau upaya-upaya kejahatan di sana.

“Kami sambut baik MoU itu. Di dalamnya ada e-CJS (Criminal Justice System Electronic), penanggulangan peredaran narkoba, maping pengunjung narapidana, serta pengendalian massa dalam situasi kontigensi,” pungkas Dedy.

Sementara Syahrul Muftianam, mengaku senang dapat ditugaskan di Rutan Jambe. Dia merasakan suasana baru dengan kondisi lingkungan bersahabat, sejuk dan asri. Meskipun berbeda dibandingkan area perkotaan, namun dia mengaku betah setelah menjalani masa orientasi. Menjadi pegawai di lingkup Kemenkum HAM merupakan cita-cita pemuda kelahiran Tangerang, 29 Mei 1999 ini.

“Saya didukung penuh oleh kedua orangtua saya. Sosial lebih tinggi dan loyalitas selalu ditanamkan di sini. Awalnya saya tidak percaya kalau di sini mengasyikkan, senior mengarahkan tanpa memandang kami sebagai junior,” ucap Syahrul. (mg-3)

Sumber: