Waspada Hujan Ekstrem Hingga Maret

Waspada Hujan Ekstrem Hingga Maret

SERPONG—Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak musim hujan akan berlangsung mulai Februari hingga Maret. Diperkirakan pada waktu-waktu itu terjadi hujan ekstrem. “Wilayah Indonesia mengalami puncak musim hujan di bulan Februari dan diperkirakan akan terus berlangsung pada bulan Maret. Akan masih mengalami kondisi hujan dan puncak musim hujan,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat. Menurut Dwikorita, wilayah Jabodetabek juga mengalami puncak musim hujan. Puncak hujan di wilayah Jabodetabek dengan curah hujan tertinggi terjadi pada 5 Januari, dengan posisi 152,0 milimeter. Longsor dan banjir yang melanda kawasan Bogor dan Jakarta Senin (5/1) membuat pemerintah daerah di Banten bersiaga. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten Sumawijaya mengatakan, berdasarkan letak geografis, daerah Banten Selatan merupakan daerah rawan bencana longsor. Sedangkan Banten Utara merupakan daerah rawan banjir genangan. “Sama halnya dengan derah Banten Barat yang meliputi Pandeglang, sebagian Lebak, dan Kabupaten Serang juga rawan banjir dan longsor. Khusus untuk banjir itu kita sudah petakan di Pandeglang ada 12 kecamatan, di Lebak ada 4 kecamatan, Serang ada 5 kecamatan, dan Kota Serang ada 5 kecamatan,” kata Sumawijaya saat dihubungi via telepon, Selasa (6/2). Sumawijaya mengungkapkan, BPBD Banten terus melakukan pembinaan kepada masyarakat terkait kemungkinan terjadi bencana nonalam. ”Yah kaya banjir sama longsor bisa diprediksi dan itu akibat hutan gundul. Tapi kalau gempa bumi sama tsunami kita nggak bisa prediksi,” ujarnya. Kepala BPBD Kota Serang Golib Abdul Mutolib mengatakan, pihaknya terus melakukan pemantauan, dan untuk di Kota Serang ini termasuk daerah lintasan saja untuk musim hujan. Artinya, jika hujan besar tidak ada banjir, yang ada hanya genangan air saja. “Untuk yang sering terjadi genangan itu di Kecamatan Serang dan Kasemen, serta Cipocok jaya. Sedangkan untuk yang sering terjadi longsor itu di Taktakan, Curug, dan untuk puting beliung itu biasa terjadi di Walantaka,” katanya. Di Kota Tangsel, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) siaga 24 jam mengantisipasi hal buruk terjadi. Plt Kepala BPBD Kota Tangsel Chaerudin mengatakan, titik banjir di Kota Tangsel menurun. Saat ini hanya ada 21 titik banjir yang sebelumnya jumlahnya 31 titik. "Di Kota Tangsel memang ancaman bencana yang kemungkinan besar terjadi adalah banjir," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Selasa (6/2). Chaerudin menambahkan, titik banjir di Kota Tangsel seperti di Kecamatan Pondok Aren ada di Perumahan Kampung Bulak, Kelurahan Pondok Kacang Timur, Pondok Maharta Pondok Kacang Timur dan lainnya. Di Ciputat Timur seperti di Perumahan Cempaka Putih, Rempoa dan lainnya. Menurutnya, beberapa titik banjir yang sering terjadi karena drainase yang tersumbat. "Saat cuaca ekstrem seperti sekarang ini, BPBD selalu berkoordinasi dengan dinas terkait agar semua bisa tertangani jika terjadi banjir yang sewaktu-waktu bisa terjadi," tambahnya. Jika banjir terjadi, BPBD telah menyiagakan komunitas siaga bencana (KSB) dan ditempatkan di tiap titik yang rawan banjir dan mereka dilengkapi dengan perahu karet dan lainnya. BPBD tidak bisa bekerja sendiri secara teknis tanpa peran serta dinas terkait. “BPBD sifatnya hanya evakuasi dan meminimalisir adanya korban bencana. Walau dengan keterbatasan personel dan dibantu relawan insyaallah kita akan bekerja secara maksimal," tuturnya. Sedangkan untuk titik longsor, BPBD mengatisipasi Kecamatan Setu yang beberapa waktu lalu terjadi longsor. "Meski jarang terjadi longsor kita juga siap menghadapinya," ujarnya. Begitu juga di Kota Tangerang. Meski kondisi air di Bendungan Pintu Air Sepuluh sudah kembali normal, curah hujan yang tinggi di wilayah Bogor dan sekitarnya masih membuat Kota Tangerang siaga banjir. Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Hambali mengatakan sejauh ini tidak ada banjir yang melanda Kota Tangerang. "Hanya terjadi genangan air setinggi lutut orang dewasa di Kelurahan Panunggangan Barat, daerah lain seperti daerah Total Persada di Periuk tidak ada laporan terkait banjir atau genangan," ungkapnya saat dihubungi Tangerang Ekspres, Selasa (6/2). Hambali menerangkan BPBD tetap melakukan monitoring dan berkoordinasi dengan BMKG terkait cuaca. "Sejauh ini aman terkendali. Kita lihat faktor cuaca dan informasi dari BMKG, karena curah hujan masih tinggi," ungkapnya. Senada dengan Hambali, Lurah Panunggangan Barat Ahyar Herudin mengatakan ada tiga RT dari di satu RW yang digenangi air hampir setinggi lutut orang dewasa. Yakni RT 1, 2 dan 4 yang termasuk dalam RW 01. "Sekitar jam enam sore air mulai menggenang, tetapi hanya beberapa jam saja karena sekitar jam sembilan malam sudah surut," ujar Ahyar. Ia mengatakan wilayahnya sering terjadi genangan apabila air dari tanggul meluap. "Perkampungan kita kan dekat sungai, tanggul juga sering meluap kalau ada air kiriman dari Bogor. “Artinya kalau ada genangan, kita tak terlalu panik," tuturnya. Kendati demikian, Ahyar membantu sejumlah warga yang sudah melakukan evakuasi barang berharga sebagai bentuk antisipasi apabila terjadi banjir. "Bentuk antisipasi tetap ada karena kita dari kelurahan bersama RT dan RW membantu warga untuk evakuasi dan mengamankan barang-barang. Bantuan personel dari Kecamatan, Satpol PP, BPBD, Binamas dan Babinsa juga tanggap dengan kejadian ini. Kita selalu kompak,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Seksi Pemanfaatan Air Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Cidurian-Cisadane Ari Muladi mengatakan kondisi air di Sungai Cisadane telah kembali normal. "Pada pukul 17.00 WIB ini ketinggian air di belakang sudah mencapai 6,80 meter dan jauh di bawah batas normal. Sementara itu di atas, air mulai stabil dan sudah di ketinggian 12,20 meter," tutur Ari. Ia menerangkan elevasi air di atas stabil apabila di ketinggian 12,45 meter dengan catatan ketinggian bawah sekitar 9 meter. Kendati demikian, Ari mengatakan pihaknya masih membuka 2 dari 10 pintu air sebagai bentuk antisipasi air kiriman akibat hujan lokal. "Laporan terakhir tinggi permukaan air di Batu Belah menurun, kemarin 4,40 sekarang 2,30 meter. Akan tetapi pintu air masih kita buka untuk antisipasi dan juga banyak sampah yang menumpuk di Pintu Air Sepuluh ini," ujarnya. (mg-05/bud/tb/and/bha)

Sumber: