Ubah Tong Bekas Jadi Mebel, Kantongi Omzet Rp50 Juta
JAKARTA - Tong-tong bekas yang tak terpakai lagi dimanfaatkan oleh Agung Setiawan menjadi berbagai mebel yang memiliki nilai tambah tinggi. Deretan tong bekas tekstil disulap Agung menjadi sofa, meja, kursi, mini bar, hingga pot tanaman. Agung yang meraih gelar Sarjana Administrasi Bisnis dari Universitas Padjadjaran, pada 2015 lalu memulai untuk menyulap tong-tong bekas menjadi deretan mebel nan cantik. Usaha ini pun bisa dibilang tidak sengaja dilakukan oleh Agung, pasalnya ide memulai usaha ini muncul dari pembeli yang datang. Pria berusia 27 tahun ini sebelumnya telah merintis usaha Cleansee yang menyediakan berbagai alat kebersihan. Sebagian tong bekas yang tidak terpakai kala itu ditawar oleh calon pembeli untuk dibuat meja. "Kebetulan konsumen datang beli bahan baku aja. Ini buat apa? Bikin sendiri buat meja dan pas dilihat kaya gimana ternyata desainnya bagus juga. Kenapa enggak bikin sendiri aja," ujar Agung. Agung mendapatkan tong bekas dari pabrik tekstil yang berada di Bandung, Jawa Barat. Sehingga bisa dikatakan hampir tidak ada modal awal untuk memulai usaha d'tongart di Jalan Rumah Sakit, Bandung, Jawa Barat. Saat ini, Agung pun memiliki dua usaha, yaitu Cleansee yang menjual berbagai alat kebersihan dan d'tongart yang menawarkan berbagai mebel berbahan dasar tong bekas. "Ini pengembangan produk sebenarnya dari Cleansee," tutur Agung. Pemesanan produk d'tongart bisa dilakukan dengan menghubungi langsung Agung via aplikasi pesan instan atau mengunjungi laman Instagram @d.tongart. Pengerjaan produk umumnya berlangsung mulai dari satu hari sampai satu minggu tergantung kerumitan pengerjaan dan permintaan pembeli. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 175.000 untuk kursi hingga Rp 1,5 juta untuk satu paket berupa meja dan 4 buah kursi. Agung juga menawarkan mini bar dari tong seharga Rp 850.000 yang terdiri dari 4 kursi dan satu buah meja. "Range paling murah Rp 175.000," tutur Agung. Produk buatan Agung juga sudah banyak dipasarkan di Jawa hingga Kalimantan. Ia memasarkan produknya memanfaatkan layanan online hingga marketplace. Setiap bulannya, sekitar 30 paket tong yang terdiri dari kursi dan meja berhasil dijual. Pengiriman di sekitar Kota Bandung pun dilakukan oleh Agung sendiri, sedangkan pengiriman ke luar Bandung dilakukan melalui jasa ekspedisi. Dari usahanya tersebut, Agung berhasil mengantongi omzet hingga Rp 50 juta setiap bulannya. Omzet yang didapatkannya pun tidak melulu mulus, ada kalanya lebih dan kurang dari jumlah tersebut. "Kalau dari d'tongartnya saja sekitar Rp 50 jutaan. Soalnya ada (kadang-kadang) Rp 55 juta, Rp 48 juta, kadang Rp 60 juta," ujar Agung. Menjalankan usaha sejak 2 tahun terakhir, tak melulu berjalan mulus. Agung juga dihadapkan pada kesulitan mencari Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten untuk menyulap tong bekas menjadi perabot yang memiliki nilai jual tinggi. Kini, Agung memiliki 5 karyawan yang membantu usahanya sehari-hari. Sedangkan pemasaran produk dilakukannya melalui jejaring sosial hingga website penjualan online. "SDM kita harus ahli, kita kekurangann karena dulu fokus di alat kebersihan. Kalau fokus baru harus nambah karyawan," kata Agung. (dtc)
Sumber: