Ori Difteri Kedua Pakai Stok Puskesmas

Ori Difteri Kedua  Pakai Stok Puskesmas

SERPONG-Outbreak response imunization (Ori) difteri tahap kedua di Kota Tangsel mulai berjalan. Target vaksin ini untuk anak usia satu sampai 19 tahun. Ori kedua merupakan lanjutan yang pertama dengan jarak satu bulan, dan harus dilakukan sebanyak tiga kali. Kepala Seksi Imunisasi pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangsel dr RR Sulistiorini mengatakan, vaksin difteri putaran kedua sudah mulai dilakukan mulai 1 Februari meskipun vaksin dari provinsi Banten belum diambil. "Kita menggunakan dulu stok vaksin yang ada di puskesmas," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Senin (5/2). Wanita yang biasa disapa Ririn ini tersebut menambahkan, mulai Rabu (6/2) vaksin difteri sudah bisa diambil di Dinkes Kota Tangsel, pasalnya vaksin dari provinsi Banten sudah diambil Selasa (6/2). Jadwal pengambilan vaksin tersebut terlambat lantaran ada keterlambatan pengiriman dari Kementerian Kesehatan. Ririn menjelaskan, sampai Senin (5/2) siang sudah ada sekitar 3,69 persen dari target 500.000 anak yang telah divaksin difteri putaran kedua. "Kalau vaksin putaran pertama capaiakan kita adalah 91 persen dari 500.000 anak dan ini lebih tinggi satu persen dari target Kemenkes," tambahnya. Masih menurut Ririn, pelaksaan ori difteri putaran kedua di sekolah-sekolah sedikit mengalami kendala. Ada beberapa sekolah yang seudah diberikan jadwal pelaksanaan ori difteri namun, minta diubah lantaran bertepatan dengan ujian dan lainnya. Sehingga petugas yang datang harus mengatur jadwal ulang. Di Kota Tangsel ada 1.596 SD, SMP dan SMA yang harus mendapat pelayanan vaksin difteri. "Jumlah tersebut belum termasuk kampus. Satu puskesmas tiap hari bisa menyuntik 2.500 orang" jelasnya. Wanita berkerudung tersebut menjelaskan, vaksin difteri yang diberkan ada tiga macam, yakni Pentabio, DT dan Td. Vaksin tersebut diberikan berdasarkan usia, sasaran dan berapa banyak yang disuntik. Menurutnya, ada beberapa warga yang tidak mengizinkan anknya diimunisasi lantaran ada pendapat keliru mengenai imunisasi. Ada yang beranggapan imunisasi diftero mengandung zat yang diharapkan agama. Padahal, vaksin difteri telah mendapat jaminan halam dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah telah menjamin keamanan vaksin difteri untuk anak. Ada warga yang ragu osal halal haram vaksin tersebut. "Warga juga menganggap jika anak diimunisasi difteri memiliki efek samping seperti panas dan demam. Sebenarnya efek samping ini sifatnya hanya sebentar," ungkapnya. (bud)

Sumber: