Polresta Tangerang Dijaga Ketat

Polresta Tangerang Dijaga Ketat

TIGARAKSA--Polresta Tangerang meningkatkan keamanan di markas pascapenyerangan Polres Dharmasraya di Sumatera Barat. Kantor polisi dijaga ketat aparat bersenjata dan peralatan pemeriksaan. Kapolresta Tangerang AKBP M Sabilul Alif mengatakan, selain kantor polisi, objek-objek vital di kawasan Kabupaten Tangerang juga tidak luput dari pengamanan polisi. “Sejak pagi anggota sudah disiagakan, baik di Mako Polres Kota Tangerang dan Polsek maupun di titik-titik objek vital,” ujar Sabilul, Minggu (12/11). Setiap orang atau pun kendaraan yang masuk ke markas polisi diperiksa dengan menggunakan metal detector. Sementara pejalan kaki diminta membuka jaket dan tas yang dibawanya. Penjagaan dilakukan oleh anggota Brimob dan juga tim Patriot dengan senjata api laras panjang. Anggota yang berjaga dilengkapi dengan rompi antipeluru (body vest). “Anggota berseragam diback up oleh anggota berpakaian preman untuk melakukan patroli secara terbuka guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” imbuhnya. Di sisi lain, Polresta Tangerang juga melakukan razia gabungan ke rumah-rumah kontrakan dan kosan untuk mendata pendatang baru. “Dengan tujuan mempersempit ruang bagi para pelaku teror di wilayah hukum Polresta Tangerang,” tuturnya. Seperti diketahui, Polres Dharmasraya dibakar oleh dua orang pria tidak dikenal. Kedua pelaku ditembak mati setelah kejadian itu. Polisi menyebut aksi ini sebagai tindakan teror. Dua pelaku berhasil dilumpuhkan. Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Polri Brigjen Rikwanto menjelaskan, Minggu pukul 02.45 personel piket Polres mengetahui adanya kebakaran yang berasal dari gedung bagian belakang. Upaya untuk pemadaman api dilakukan, sembari menghubungi pemadam kebakaran. “Kemungkinan api dimulai dari ruang Siwas atau ruang Sitipol Polres,” ujarnya. Sekitar pukul 03.00 petugas pemadam kebakaran telah tiba dan berupaya untuk menjinakkan api. Petugas pemadam kebakaran mengitari gedung dalam menyiramkan air. Salah satu petugas pemadam kebakaran kaget melihat dua orang berpakaian hitam yang berada di lingkungan Polres. “Apalagi, keduanya membawa busur,” tuturnya. Petugas pemadam kebakaran melaporkan pada petugas Polres yang juga turut membantu pemadaman. Saat kebakaran belum padam, petugas mencoba untuk mengamankan kedua orang berpakaian hitam dengan bersenjata busur itu. “Namun, mereka justru melawan,” paparnya. Kedua pelaku itu menembakkan busur ke arah petugas. Petugas memberikan peringatan agar keduanya menyerah dengan menembakkan peluru ke udara. “Tapi, keduanya tidak peduli, justru tetap menyerang petugas Polres,” ujarnya Rikwanto kemarin. Petugas Polres dengan terpaksa melumpuhkan keduanya. Akhirnya, keduanya bisa dilumpuhkan, namun sayang justru meninggal dunia di lokasi. “Belum diketahui identitas keduanya,” jelasnya. Namun, ditemukan sejumlah barang yang menuntun petugas untuk berasumsi bahwa keduanya merupakan anggota kelompok teror. Yakni, secarik kertas bertulisakan pesan jihad berjudul ”Saudara Kalian Abu Azzam Al Khorbily 21 Safar 1439 di Bumi Allah”. “Ditemukan pula satu busur panah, delapan buah anak panah, 2 sangkur, sebuah pisau dan sepasang sarung tangan hitam,” tuturnya. Apakah kedua terduga teroris ini yang membakar Polres Dharmasraya? Rikwanto mengaku belum ada kesimpulan semacam itu. Kebakaran itu memang benar adanya, tapi apakah kedua terduga teroris yang membakar masih didalami. “Belum diketahui,” jelasnya. Selama ini kantor polisi memang menjadi sasaran empuk kelompok teror. Juli 2016 lalu Polres Solo mengalami serangan teror berupa bom bunuh diri dengan menggunakan sepeda motor. Petugas mengalami luka-luka dalam kejadian tersebut dan pelaku teror tewas terkena bomnya sendiri. Pada Juni 2017, Polda Sumatera Utara (Sumut) juga diserang dua terduga teroris bersenjata pisau. Seorang petugas piket tewas karena digorok terduga teroris. Akhirnya, kedua terduga teroris itu tewas terkena timah panah petugas. Sementara Pengamat Terorisme Al Chaidar menuturkan, untuk dugaan pembakaran Polres oleh kelompok teror merupakan modus baru. Biasanya, terduga teroris itu menyerang aparatnya. ”Dilihat dari modusnya memang kemungkinan besar merupakan aggota kelompok teroris,” jelasnya. Ada sejumlah kesamaan antara penyerangan di Polres Dharmasraya dengan aksi teror di tempat lainnya. Diantaranya, kelompok teror menyerang kantor polisi atau polisinya serta, penyerang menggunakan apapun sebagai senjata baik pisau dan panah. “Ini cocok dengan imbauan petinggi ISIS,” ujarnya. Beberapa waktu lalu, memang petinggi ISIS di Filipina menyebarkan video agar semua yang telah berbaiat pada Abu Bakar Al Baghdadi untuk melakukan aksi teror dengan cara apapun. Bahkan, peralatan sehari- hari seperti pisau, kapak dan lainnya bisa digunakan dalam aksi teror. “Ya, itu yang selama ini terjadi,” jelasnya. (jpg/det/bha)

Sumber: