HAJI Kasus Diare Massal Kloter Banten Diselidiki

HAJI Kasus Diare Massal Kloter Banten Diselidiki

JAKARTA – Pelaksanaan ibadah haji dibuat geger terkait munculnya kasus diare massal di Madinah. Sebanyak 78 orang jemaah haji asal kloter 55 Kabupaten Serang terserang diare pada Minggu (24/9) lalu. Dugaan semula, jemaah terserang muntaber dari makanan produksi black stoon catering di Jabal Uhud. Namun hasil investigasi Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan tidak ada unsur kesalahan katering pada kasus ini. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Nizar Ali mengatakan, pada hari pertama (24/9) ada 45 jemaah yang dilaporkan terserang diare. Kemudian pada keeseokan harinya (25/9) jemaah lainnya menyusul mengeluh diare. “Mereka sudah ditangani oleh dokter kloter dan petugas dari KKHI (klinik kesehatan haji Indonesia, red) Madinah. Selain itu juga dibantu oleh dokter dari RS Arab Saudi,” katanya di Jakarta kemarin (27/9). Setelah dilakukan penanganan intensif, saat ini seluruh jemaah korban diare itu sudah normal dan bisa kembali beribadah. Nizar menjelaskan hingga kini belum bisa dipastikan penyebab diare tersebut. Sebelumnya muncul dugaan bahwa diare itu berasal dari nasi katering yang dikonsumsi jemaah dalam keadaan basi. Seandainya katering diterima jemaah dalam keadaan basi, tentu yang terserang diare bisa lebih dari 65 orang. Mantan Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kemenag itu membenarkan bahwa penyedia katering untuk jemaah itu adalah perusahaan Ad-Dakhil (Black Stone). Namun pada saat kejadian, perusahaan katering ini mendistribusikan makanan kepada 12 kloter atau sekitar 5.000 jemaah. Nizar mengatakan dugaan lain terjadinya diare massal itu adalah pola makan dari para jemaah. Pola makan itu adalah, jemaah tidak segera mengkonsumsi makanan tersebut. Katering dari perusahaan Ad-Dakhil itu disiapkan untuk makan siang. Jika merunut awal kejadian diare, terjadi setelah salat Maghrib. Bisa saja para jemaah itu mengkonsumsi katering jatah makan siang untuk makan malam. Direktur Pelayanan Haji Haji Luar Negeri Kemenag Sri Ilham Lubis mengatakan dalam pembagian katering, sudah ada patokan prosedurnya. Yakni ada petugas yang melakukan pengetesan kelayakan makanan. “Petugas yang melakukan pengetesan saat itu bernama Sutarmi. Hasilnya paket katering makan siang itu layak dimakan pada saat pendistribusian,” jelasnya. Sri menjelaskan selama berada di Madinah, jemaah haji mendapatkan dua kali makan. Yakni makan siang dan makan malam. Selain itu jemaah juga mendapatkan paket makanan ringan atau snack untuk pagi hari. Sri menegaskan kasus diare massal ini tidak terkait dengan kondisi makanan saat dibagikan. Namun petugas kesehatan Arab Saudi tetap memeriksa sampel makanan dan sampel jemaah yang terserang diare. Potensi penyebab lain kasus diare massal itu adalah kebersihan hotel. Untuk itu Petugas Haji Daerah Kerja Madinah berkirim surat kepada pihak hotel Jawahratul Faeroz supaya meningkatkan kualitas kebersihan hotelnya. Skema sewa pemondokan atau hotel di Madinah berbeda dengan di Makkah. Sewa hotel di Madinah sifatnya semi musim atau sesuai dengan kedatangan jamaah. Itupun tidak seluruh kamar hotel disewa. Sehingga ada kamar yang juga diisi oleh jamaah haji dari negara lain. Sedangkan sewa hotel di Makkah sifatnya satu musim haji penuh. Selain itu yang disewa adalah unit hotel secara utuh. Tim Pendamping Haji Daerah (TPHD) Banten Amas Tadjuddin membeber data korban muntaber yang berbeda. Dia menuturkan hingga Minggu malam (24/9) pukul 23.30 waktu Arab Saudi, jumlah kasus muntaber khusus di kloter 055 JKG mencapai 45 orang. Kemudian keesokan harinya (25/9) sampai sekitar pukul 12.00 waktu Arab Saudi, ada 33 penderita muntaber baru. (jpg)

Sumber: