Raih Gelar Doktor Dengan Kajian Sinergi dan Inovasi Tangsel, Dosen Ilmu Komunikasi UMB, Gadis Octory

Raih Gelar Doktor Dengan Kajian Sinergi dan Inovasi Tangsel, Dosen Ilmu Komunikasi UMB, Gadis Octory

Gadis Octory saat sidang terbuka Promosi Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta, 19 Agustus 2025.-(Dok. Gadis Octory For Tangerang Ekspres)-

TANGERANGEKSPRES.ID, SERPONG — Ilmu tidak lahir di ruang hampa. Ia tumbuh dari pergulatan hidup ma­sya­rakat, dari denyut nadi para pelaku kerajinan kecil yang berjuang menjaga budaya se­ka­ligus mencari nafkah. 

Dari sana, lahirlah gagasan besar yang dipertahankan Gadis Octory dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Ilmu Komuni­kasi Universitas Sahid Jakarta pada 19 Agustus 2025 lalu.

Diketahui, Gadis Octory me­rupakan perempuan kelahiran Jakarta, 14 Oktober 1988. Gadis saat ini berprofesi sebagai Do­sen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Ja­karta, Praktisi dan Peneliti.

Gadis Octory mengatakan, Sinergi Komunikasi Inovasi dan Partisipasi (SKIP Model) hadir sebagai tawaran baru dalam wacana komunikasi pem­bangunan di Indonesia. 

”Model tersebut menginteg­rasikan teori difusi inovasi Ro­gers (1962, 2003) yang mene­kankan tahapan adopsi dan peran agen perubahan, dengan teori partisipasi Uphoff (1985), Arnstein (1969), Pretty (1995) dan Freire (1970) yang mene­kankan keterlibatan kritis ma­syarakat,” ujarnya, Rabu, 20 Agustus 2025.

Gadis menambahkan, seperti dicatat Rusadi (2014), komu­nikasi pembangunan di In­donesia menuntut pendekatan yang konvergen, bukan hanya top-down atau bottom-up. 

”Di sinilah letak keunikan SKIP: ia menjadi jalan tengah yang memposisikan masyarakat bukan sekadar penerima ino­vasi tetapi, co-innovator yang ikut mengawal perubahan,” tambahnya.

Menurutnya, perpaduan ke­dua teori tersebut menarik untuk dikaji karena meng­ha­dirkan peluang sekaligus tanta­ngan difusi inovasi sering di­kritik bias pada modernisasi dan cenderung linear, semen­tara partisipasi kerap meng­hadapi keterbatasan struktur sosial dan daya dukung kelem­bagaan. 

”Justru dalam keterbatasan dan kelebihan masing-masing itulah SKIP menemukan rele­vansinya, yakni menghadirkan paradigma komunikasi pem­bangunan yang adaptif, dia­logis dan dibutuhkan oleh bangsa Indonesia untuk mem­perkuat ekonomi kreatif seka­ligus men­jaga budaya lokal,” jelasnya.

Wanita berkerudung tersebut mengaku, penelitian tersebut dilakukan di Kecamatan Setu, Kota Tangsel dengan dukungan Pemkot Tangsel, Dekranasda Kota Tangsel di bawah kepe­mimpinan Ketua Umum Dek­ranasda Tri Utami Ajeng Pilar, serta Wakil Wali Kota Pilar Saga Ichsan. 

Pada level lokal, riset tersebut juga melibatkan Camat Setu Erwin Gemala Putra dan Ketua Dekranasda Kecamatan Setu, Iva Fatmawati.

”Hasilnya nyata adalah peng­rajin kriya seperti Rumah Batik Setu, Ladifa Collection, dan Renata Ecofashion tak hanya menerima pelatihan pember­dayaan, tetapi juga ikut menyu­sun strategi, memantau, hingga ikut mengevaluasi program secara partisipatif. Akses pasar meluas, literasi digital mening­kat, dan rasa percaya diri ko­munitas tumbuh,” tuturnya.

Menurutnya, dalam sidang para promotor dan penguji menilai riset tersebut memberi kontribusi penting bagi ilmu dan praktik. Sebagai promotor adalah Dr. Udi Rusadi, M.S, Co-Promotor adalah Dr. Ja­ma­lullail, M.M. Penguji adalah Prof. Dr. Sunarto, Dr. Ridzki Rinanto Sigit, Dr. Agus Triyono, Dr. Drs. Prasetya Yoga Santoso, MM. dan Prof. Dr. Suraya.

Meski begitu, Gadis juga mengakui keterbatasan pene­litian aspek gender belum men­jadi fokus utama, padahal peran perempuan dalam ino­vasi sangat nyata serta pene­litian yang hanya berlangsung 2023–2024 sehingga masih perlu kajian jangka panjang.

Sumber: