Diecast, Mainan yang Digemari Anak-anak Hingga Dewasa

Diecast, Mainan yang Digemari Anak-anak Hingga Dewasa

SERPONG–Even Car Free Day (CFD), yang diadakan di BSD pada  Minggu (10/9) lebih berwarna. Pasalnya selain dapat melakukan olahraga, masyarakat juga dapat menjumpai aneka produk yang dijajakan sepanjan jalur CFD. Salah satu produk yang dijajakan di acara tersebut adalah Diecast (miniatur mobil, red) yang berhasil menarik perhatian pengunjung. Pedangang yang juga penghobi Deicast Firman Nur Setiawan (35) menjelaskan kisah awal kecintaannya terhadap dunia tersebut. Itu dimulainya sejak tahun 2011. Kala itu, dia sedang menjalani tugas di sebuah perusahana BUMN di Malang. “Saya mulai hobi miniatur mobil ini sejak tahun 2012, waktu itu saya masih kerja di Malang. Namun karena mendapatkan mutasi ke Padang hobi saya sempat terbengkalai,” ujarnya, sembari menceritakan kisah karirnya yang sempat beberapa kali dipindah tugaskan di PT. RNI mulai dari Suarabaya selama 6,5 tahun, Malang 3,5 tahun, hingga Jakarta 2 tahun. Di tahun 2014 pria yang beralih pekerjaan ke kantor konsultasn ini mulai kembali menekuni hobinya. Namun siapa sangka, konsistensinya dalam menjaga hobi membuat usahanya kini diminati oleh banyak orang. Mulai dari anak-anak hingga kolektor dari berbagai kalangan. Bahkan, dari pihak kementrian pernah  mengorder kepadanya untuk dijadikan suvenir dan kenang-kenangan pejabat diacara pisah sambut. Harga yang ditawarkan relatif terjangkau yaitu mulai dari harga Rp 15 ribu–Rp 55 ribu per unitnya. Namun ada juga barang yang harganya mencapai puluhan juta, tergantung pesanan yang diinginkan konsumen.  “Untuk yang saat ini saya bawa yang untuk anak-anak. Diecast dapat dicostume, misalnya bannya mau diganti dari bahan plastik menjadi karet, repainting, zomac, atau penambahan part,” tambahnya. Bisnis tersebut terbilang menjanjikan, namun menurutnya, belum dapat dijadikan mata pencaharian tetap lantaran saat ini Firman masih berstatus pegawai sehingga menjadikan usaha tersebut sebagai sambilan. Sehingga memutuskan untuk melakukan penjualan pada even tertentu pada akhir pekan. Dia menilai, barang yang dijualnya pada CFD kemarin, belum tentu bisa berefek pada semaraknya pasar. Kemungkinan, katanya, pasar baru akan merespons pada 5-10 tahun ke depan karena pengaruh selera  konsumen yang terus berubah setiap saat. Sekadar diketahui dalam sebulan dia mampu memperoleh penghasilan sebesar Rp 20 juta dari hasil penjualan diecast yang didongkrak melalui penjualan online. “Kalau offline rata-rata mencapai Rp 700 ribu, namun itu tergantung penjualan. Belum tentu setiap jualan laku,” tambahnya. Lebih lanjut pria asal Jogjakarta ini mmenerangkan,  selama menggeluti usaha tersebut kendala yang dihadapi oleh penghobi berada pada keorganisasian. Akibatnya deicast menjadi terkotak kotak oleh kepentingan. “Adanya even kemarin para kolektor maupun penghobi dapat bersilaturahmi, tidak terkotak oleh organiasi sehingga dapat menyatu dengan penghobi,” harapnya. Menariknya kolektor decast tidak akan pernah membuka pembungkus untuk mengeluarkan isinya, karena selain berfungsi sebagai pelindung juga mampu mempengaruhi harga jual kembali. Di lokasi yang sama Yu Wawan, mengaku sudah sejak tahun 1976 menyukai miniatur mainan tersebut. Tapi lantaran kurang fokus terhadap hobinya membuat dia beberapa kali mencoba beralih ke hobi lainnya. “Jadilah kolektor sejati, jangan jadi pedagang, jangan mengharapkan benefit, dan jangan terfokus terhadap suatu merek,” ujarnya sembari menceritakan sempat tidak lagi menggeluti dunia diecast selama 10 tahun karena sibuk bekerja. Dia menjelaskan, untuk tahun ini penjualan deicast mulai bangkit pascamengalami keterpurukan di tahun 2014 akibat ketersediaan barang yang monopoli oleh kolektor dan pedagang. Karena waktu itu, para kolektor dan pedangang bersaing mencari keuntungan. “Bersaing dengan mereka, bahkan barang dari pedagang sampai ditahan kolektor. Kemudian, kolektor jual lagi dengan harga murah kepada konsumen,” tambahnya. Sementara itu salah seorang deicastre (sebutan bagi penghobi diecast), Saepudin Cepi mengatakan, tujannya membeli replika mainan untuk diberikan kepada konsumenya. Dimana dia menggunakan trik tersebut untuk menarik perhatian kolektor. “Saya punya dua di rumah, yang saya beli sekarang itu model mobil tua untuk diberikan kepada pelanggan kalau mereka mau beli mobil sama saya. Yang koleksi dirumah saja sudah ada yang nanyain,” pungkasnya sembari membeli diecast jenis mini cooper. (mg-6/esa)

Sumber: