Tiga Pasang Bakal Seru
KOTA TANGERANG: Kandidat calon kepala daerah Pilkada Kota Tangerang, tersentral pada dua nama. Arief R Wismansyah yang masih menjabat sebagai walikota dan Sachrudin sebagai wakil walikota Tangerang. Belum ada kepastian, apakah keduanya tetap bersatu, atau akan pecah kongsi. Semula, Arief-Sachrudin terlihat akur. Namun, setelah rekomendasi DPP Golkar untuk Sachrudin turun, menimbulkan spekulasi. Surat sakti DPP Golkar itu, memberikan rekomendasi kepada Sachrudin untuk maju sebagai walikota atau wakil walikota. "Rekomendasi itu tidak memberikan kepastian. Artinya, Sachrudin masih diberi pilihan untuk posisi walikota atau wakil walikota," kata Direktur Media Survei Indonesia (MSI) Asep Rohmatullah. Menurut Asep, Pilkada Kota Tangerang cukup unik. Karena hanya ada dua figur yang muncul sebagai kandidat walikota. Yakni, Arief dan Sachrudin yang notabene saat ini masih berpasangan sebagai walikota dan wakil walikota. Keduanya, menguasai basis suara hingga tingkat bawah. "Kalau Arief dan Sachrudin duet lagi di pilkada 2018, istilahnya pilkada selesai, kans menang lagi sangat besar," lanjutnya. Tapi, kata Asep, jika keduanya pecah kongsi, pilkada bakal berlangsung seru. Persaingan akan sengit. Bisa jadi, kursi Walikota dan Wakil Walikota Tangerang maksimal diperebutkan tiga pasang calon. "Kalau tiga pasang, pasti seru. Karena, akan terjadi persaingan poros Arief, poros Sachrudin dan poros calon dari PDIP," paparnya. Berdasarkan survei MSI, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Arief mencapai 81% dan Sachrudin 67,9%. Tingkat popularitas Arief masih tertinggi, mencapai 94,4%. Sebanyak 83,5% warga Kota Tangerang menyukai Arief. Sementara popularitas Sachrudin di bawah Arief, yakni 51,8% dengan tingkat disukai sama tingginya dengan Arief, mencapai 83,3%. Sachrudin yang saat ini menjabat Ketua DPD Golkar Kota Tangerang akan mendapat sokongan suara dari kader partai dan masyarakat. "Dengan data hasil survei kami ini, jika terjadi pecah kongsi akan ramai dan seru. Karena, akan ada tiga pasang yang sebenarnya cukup kuat," lanjut Asep. Ia memprediksi, jika mereka tak berduet lagi, poros Sachrudin akan didukung Golkar, PKS dan PPP. Sementara Arief akan mendapat dukungan dari partai Demokrat, NasDem, PKB, PAN dan Hanura. "PDIP yang tanpa koalisi bisa mencalonkan diri, bisa jadi mengusung Suparmi (Ketua DPRD Kota Tangerang) atau Hudaya Latuconsina (Kepala Bappeda Banten). Atau bisa jadi tokoh nasional akan diturunkan," katanya. Arief, kata Asep, sejatinya punya modal kuat. Selama memimpin Kota Tangerang, banyak sektor yang berhasil. Berdasarkan hasil survei MSI, kepuasan publik terhadap tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih 81%. Prasarana pendidikan dan sekolah 73,9%. Kesehatan 72,9%. Penyediaan transportasi publik 71,4%. Pelayanan kantor pemda 69%. Penyediaan transportasi publik yang murah dan nyaman 65,2%. Mengatasi masalah kriminalitas dan rasa aman masyarakat 63,8%. Mengatasi sampah dan limbah 55,4%. Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi 54%, dan penyediaan barang kebutuhan pokok 54%. Untuk melanjutkan periode kedua, Arief tinggal mencari sosok wakil dari birokrat. Figur birokrat yang memahami betul tata kelola pemerintahan dan yang mampu mengkoordinir internal birokrasi. "Dengan begitu, Arief tinggal mencari dan melobi-lobi investor agar mau berinvestasi di Kota Tangerang. Karena, urusan birokrasi sudah bisa ditangani wakilnya," ungkap Asep. Asep mengatakan, ada titik lemah pada lima indikator di Kota Tangerang. Yakni, meningkatkan peran Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) 47.8%, kemacetan 46,1%, penyediaan lapangan kerja 43%, mengundang investor 41,6%, dan mengurangi jumlah orang yang menganggur 33,9%. Untuk mengatasi masalah-masalah ini, salah satunya harus mendatangkan sebanyak mungkin investor ke Kota Tangerang. Kata Asep, ini bisa dilakukan Arief, jika ia tidak terlalu dipusingkan dengan internal birokrasinya. "Sekarang bola ada di tangan Arief, apakah masih mau duet dengan Sachrudin atau tidak?" tandasnya. (rud)
Sumber: