TPA Rawa Kucing Potensi Bencana
Petugas pemadam kebakaran dari Pemkot Tangerang berada di TPA Rawa Kucing, Kota Tangerang.-Dokumen Pemkot Tangerang-
TANGERANGEKSPRES.ID - Potensi bencana di Kota Tangerang bertambah. Banjir bukan satu-satunya masalah. Sampah menjadi persoalan baru yang harus segera dibereskan. Kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Rawa Kucing, Neglasari, Kota Tangerang Jumat 20 Oktober tahun lalu, menjadi warning bagi Pemkot Tangerang.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kota Tangerang Hasanudin Bije menilai TPA Rawa Kucing menjadi 'bom waktu'. "TPA Rawa Kucing itu 'bom waktu', setiap saat bisa terjadi lagi bencana kebakaran," terangnya. Ia memaparkan, kebakaran TPA Rawa Kucing tahun lalu, harus menjadi kajian serius pemkot, agar bencana kebakaran itu tidak terjadi lagi.
Hasanudin Bije mengatakan, dampak kebakaran itu menyebabkan ribuan warga sekitar harus diungsikan. Karena terpapar asap yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Sebanyak 80 persen area dari total 34 hektare luas TPA Rawa Kucing terbakar. TPA yang hanya 2,5 kilometer dari bandara Soekarno-Hatta, saat kebakaran berdampak pada penerbangan. Sebanyak tiga runway harus ditutup. Sejumlah penerbangan dialihkan ke bandara lain. Asap hitam yang membumbung ke angkasa mengganggu keselamatan penerbangan.
Butuh waktu berhari-hari untuk memadamkannya. Wali Kota Tangerang waktu itu Arief R Wismansyah harus mengeluarkan keputusan, kebakaran TPA Rawa Kucing sebagai bencana daerah.
"Harus ada solusi. Selama masih ada kehidupan manusia, apalagi jumlah penduduk bertambah, sampah akan menjadi masalah. Produksi sampah rumah tangga akan terus bertambah," lanjutnya.
Dengan jumlah penduduk Kota Tangerang 1,9 juta jiwa, produksi sampah yang dihasilnya mencapai 1.500 ton per hari. Kata Hasanudin Bije, kapasitas TPA Rawa Kucing terus menyempit. Saat ini tinggal 20 persen. "Setiap hari terus diisi sampah 1.500 ton, lama-lama penuh. Saat ini sudah menjadi gunung sampah. Kalau terus ditumpuk, tanpa ada upaya mengurangi gunung sampah, tinggal tunggu waktu bencana akan datang," ujar mantan anggota DPRD Kota Tangerang ini.
Hasanudin Bije mengungkapkan, saat musim panas seperti tahun lalu, TPA terbakar. Saat musim hujan seperti saat ini, gunungan sampah yang diguyur hujan akan menghasilan air lindi. "Air lindi ini juga sangat berbahaya, Sekarang air lindi sudah mengalir ke area di sekitar TPA, baunya juga menyengat. Solusi yang paling tepat, melenyapkan sampah, bukan menumpuk," paparnya.
Program mengurangi sampah rumah tangga, dengan bank sampah dan lainnya yang dilakukan pemkot, tidak efektif mengurangi pasokan sampah ke TPA. Ia mengungkapkan, warga Kota Tangerang butuh solusi ekfektif, bukan sekadar seremoni dan janji-janji. Efek ke depan, saat TPA Rawa Kucing tidak mampu lagi menampung, sampah akan menumpuk di sekitar pemukiman warga.
"Pemkot Tangerang bertanggungjawab membereskan masalah sampah ini. Jangan sampai warga menjadi korban. Bagaimana dengan program pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) di TPA Rawa Kucing? Kenapa mandek? Ada apa? ujar Hasanudin bije.
Ia meminta Pj Wali Kota Tangerang Nurdin untuk menuntaskan program Wali Kota terdahulu Arief R Wismansyah yang tidak selesai ini. "Pj ini orang Kemendagri, orang pusat. harus mampu menyelesaikan PSEL? Sebagai orang pusat, Pj akan lebih mudah melakukan komunikasi dengan pejabat pusat. Apalagi PSEL ini masuk dalam program strategis nasional (PSN). Ini menjadi tugas dan tanggungjawab Pj Wali Kota," pungkasnya. (*)
Sumber: