Pondok Pesantren Al Ittihad Tangerang Cetak Santri Entrepreneur, Buka Usaha Bakso Rusuk

Pondok Pesantren Al Ittihad Tangerang Cetak Santri Entrepreneur, Buka Usaha Bakso Rusuk

TANGERANGEKSPRES.CO.ID - Pondok Pesantren Al Ittihad, Kota Tangerang, membuka usaha kuliner di Jalan Soleh Ali, Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang. Beragam makanan dan minuman disajikan dengan dilayani para santri. Hal itu guna mendidik santri menjadi seorang Entrepreneur atau pengusaha. "Kami membuka usaha ini baru sekitar seminggu yang lalu. Nama usahanya Bakso Rusuk Bang Zain, tapi kita juga menyajikan paket pecel ayam, pecel lele dan beragam minuman," ungkap Pengelola usaha Pondok Pesantren, Ustaz Asyrof, saat ditemui Tangerang Ekspres, Rabu (11/10/2023). Asyrof menjelaskan, usaha Bakso Rusuk Bang Zain ini dibangun oleh Yayasan Peduli Al Ittihad Nusantara yang menaungi Pondok Pesantren Al Ittihad. Usaha ini memberdayakan santri terjun langsung mengelola dan melayani para konsumen. Harga jajanan yang disediakan pun relatif murah. "Usaha ini sehari-harinya dikelola santri. Kami pengurus hanya melakukan pengawasan saja. Harga jajanan disini relatif murah," ujarnya. Dikatakan, usaha kuliner ini menopang keberlangsungan kebutuhan biaya para santri dalam menuntut ilmu baik di pondok Pesantren maupun di sekolah formal. "Santri yang mondok di kita full gratis, bahkan kami larang mereka meminta uang kepada orang tuanya. Kalau bisa malah memberi kepada orang tuanya," sebutnya. Asyrof memaparkan, saat ini, santri yang dapat diperbantukan dalam mengelola usaha kuliner tersebut sebanyak tujuh orang. Diantara mereka ada yang tengah kuliah di salah satu perguruan tinggi di Kota Tangerang. Biaya kuliahnya pun ditanggung pengurus ponpes. Selain usaha kuliner, sambung Asyrof, para santri juga diajarkan menjadi pebisnis online. Melalui aplikasi Marketplace yang tersedia, para santri diajarkan memasarkan sebuah produk dan mengelola bisnis online. "Yang fokus mengelola usaha ini ada 7 santri. Rata-rata mereka putus sekolah, tapi saat ini kita ikut sertakan pendidikan paket B dan C. Satu santri lagi kuliah. Alhamdulillah sekarang lagi menjalani skripsi," paparnya. "Semua biaya pendidikan mereka kita tanggung. Makanya buka usaha ini selain mendidik mereka menjadi pengusaha sekaligus mencari biaya buat mereka selama menuntut ilmu bersama kami," sambungnya. Dalam sebulan, kata Asyrof, untuk memenuhi kebutuhan biaya sebanyak 44 santri yang mondok di Ponpes Al Ittihad sekitar Rp35 juta setiap bulannya. "Setiap hari kamis kami (pengurus ponpes) kumpul rapat sekaligus patungan mengumpulkan biaya semua kebutuhan santri baik untuk makannya sehari-hari dan pendidikan formal diluar pondok, sekitar Rp35 juta setiap bulannya kita harus ada itu," ungkapnya. Senada dikatakan Kepala Pondok Pesantren Al Ittihad, Ustaz Zaenal Alim menuturkan, pihaknya menginginkan santri yang menuntut ilmu di Ponpes Al Ittihad menjadikan santri yang mandiri. Oleh karenanya, santri dibawah asuhannya dididik menjadi seorang Entrepreneur sesuai aturan agama Islam. Dengan bimbingannya, para santri langsung diterjunkan untuk menjalani bisnis usaha kuliner yang saat ini tengah dikelolanya. "Kita ingin santri setelah selesai menempuh pendidikan baik di ponpes maupun di pendidikan formal bisa langsung usaha secara mandiri. Supaya mereka tidak kebingungan lagi setelah selesai dari ponpes kami," ujar Zainal. Dia menjelaskan, dibentuknya Ponpes Al Ittihad, bermula dia bersama pengurus Masjid Agung Al Ittihad ingin memakmurkan masjid sesuai perintah Rasulullah. Akhirnya pada 20218 lalu niat tersebut terwujud dengan mendirikan Ponpes Al Ittihad. Awalnya, hanya beberapa santri yang bermukim di Masjid tersebut. Namun, seiring berjalan waktu, saat ini sudah 44 santri laki-laki yang bermukim sekaligus menjalani pendidikan kepesantrenan di Masjid Agung Al Ittihad. "Santri kami hanya laki-laki. Mondok di kami benar-benar gratis dan melarang santri meminta uang kepada orang tuanya, karena semua kebutuhan mereka mulai dari makan hingga biaya pendidikan sekolah dan kuliah Insya Allah kami yang tanggung, kami yang carikan. Kami ingin mereka mandiri," tegasnya. "Yang menjadi catatan penting, kami tidak sama sekali menggunakan dana infak atau dari keropak Masjid Al Ittihad untuk keberlangsungan pesantren ini," sambungnya. Menurutnya, ulama besar dari kalangan Nahdhiyin seperti KH Hasyim Asy'ari yang merupakan pendiri Nahdhatul Ulama dan KH Muhammad Kholil, Bangkalan, Madura, mereka mendirikan pondok pesantren tanpa memungut biaya kepada para santrinya. Para ulama tersebut membiayai santrinya dari hasil usahanya masing-masing. "KH Hasyim Asy'arii membiayai kebutuhan santrinya dari hasil jualan sate. Kalau Syekh Kholil dari usaha menjahit. Makanya kami mengikuti jejak ulama besar itu," ucapnya. Dia berharap, santri-santri Ponpes Al Ittihad kedepannya, setelah menjalani pendidikan agama dan formal menjadi seorang entrepreneur yang berguna bagi keluarga, umat dan bangsa ini. Salah satu santri Ponpes Al Ittihad, Rendi Tiratna (23) mengatakan, sejak lulus SMK pada 2018 lalu, awalnya dia berniat ingin menghafal Al-Qur'an. Rendi yang merupakan warga Kampung Cikoneng, Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung, mendapat rekomendasi dari guru ngaji di sekitar rumahnya untuk masuk Pondok Pesantren Al Ittihad. "Kata guru ngaji saya di Ponpes Al Ittihad gratis sama sekali tidak dipungut biaya, akhirnya saya mau," katanya. Rendi yang saat ini menjalani tugas skripsi, dia mengakui, selama lima tahun menjalani pendidikan di Ponpes Al Ittihad, banyak ilmu agama yang diserapnya. bahkan, saat ini dia telah hafal Al-Qur'an sebanyak 20 juz. Menurutnya, dia juga mendapatkan beasiswa pendidikan perguruan tinggi dari pengurus Ponpes Al Ittihad. "Sekarang saya lagi tugas skripsi. Makanya banyak waktu melayani konsumen di kios Bakso ini, kita disini dididik menjadi pengusaha. Alhamdulillah saat ini saya sudah bisa meracik bumbu bakso, buat sambel pecel sendiri," imbuhnya. "Insya Allah nanti pengen buat usaha sendiri saya ingin jalani usaha seperti ini. Sekarang sih masih betah disini," tutupnya. Reporter: Abdul Aziz Editor:

Sumber: