Puasa Ramadan: Membangun Pondasi Kesalehan Sosial Generasi Post Millenial

Puasa Ramadan: Membangun Pondasi Kesalehan Sosial Generasi Post Millenial

Oleh: Dr. H. Andika Hazrumi, S.Sos., M.AP Alhamdulillah wasyukurillah, hari ini kita sudah masuk pada hari ke-20 Ramadhan tahun 1444 hijriyah. Berbagai hadits Baginda Nabi Muhammad SAW memberikan tuntunan kepada kita tentang keutamaan ibadah puasa dan ibadah sunah lainnya pada 10 hari terakhir Bulan Ramadhan. Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan keberkahan dalam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Karena bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia, bulan yang didalamnya diturunkan permulaan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda yang jelas antara yang haq dan yang batil (Shihab, 2000). Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah, menjelaskan bahwa ayat 183 surah al Baqarah, mewajibkan setiap mukmin untuk berpuasa, yang diwajibkan adalah ash-shiyam yakni menahan diri (Shihab, 2000). Kemudian pada ayat 184 surah al Baqarah, terdapat tuntunan kewajiban membayar fidyah dan puasa pengganti ketika sakit atau dalam perjalanan, selain itu pada ayat ini juga dijelaskan tuntunan mengerjakan kebajikan dan memahami bahwa puasa itu lebih baik bagi setiap mukmin baik untuk kesehatan maupun kehidupan sosial. Begitu banyak faedah puasa Ramadhan, karena itu puasa Ramadhan dapat menjadi momentum kebersamaan seluruh pihak dalam membangun pondasi kesalehan sosial generasi muda. Khususnya bagi generasi post millennial yakni generasi Z dan post gen Z atau disebut juga generasi alpha. BPS melalui Sensus Penduduk 2020 mencatat bahwa komposisi penduduk Banten didominasi oleh generasi Z (yang lahir tahun 1997-2012) sebesar 27,42 persen atau sebanyak 3,264 juta jiwa, generasi milenial (yang lahir 1981-1996) sebesar 27,37 persen atau sebanyak 3,258 juta jiwa dan generasi X (yang lahir 1965-1981) sebesar 20,62 atau sebanyak 2,454 juta jiwa. Sedangkan generasi post gen Z atau generasi Alpha yang lahir 2013 s.d sekarang sebesar 14,07 persen dari total penduduk Banten (11,9 juta jiwa, BPS, 2020). Melalui berbagai pengalaman dan pembelajaran menjalankan ibadah puasa dan ibadah sunnah lainnya pada bulan Ramadhan diharapkan dapat membentuk pondasi kesalehan sosial generasi post millennial Banten. Kesalehan sosial merupakan suatu bentuk kesalehan yang tidak hanya ditandai ibadah individual semata; shalat, puasa dan haji melainkan juga ditandai seberapa besar seseorang memiliki kepekaan sosial dan berbuat kebajikan untuk orang-orang di sekitarnya (Helmiati, 2019). Kesalehan sosial adalah perilaku yang sangat peduli dengan nilai-nilai sosial. Bersikap santun pada orang lain, suka menolong, sangat concern terhadap masalah ummat, memperhatikan dan menghargai hak sesama, mampu berpikir berdasarkan perspektif orang lain, mampu berempati, artinya mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan seterusnya. Kementerian Agama RI, menetapkan 5 (lima) indikator kesalehan sosial yakni solidaritas sosial/ kepedulian sosial, relasi antar ras (menjaga kebhinekaan), menjaga kelestarian alam/ lingkungan, menjaga stabilitas dan dharma negara, menjaga etika dan budi pekerti. Karena itu, menurut saya penting mengagendakan berbagai kegiatan yang secara intensif melibatkan generasi post millenial selama bulan Ramadhan dengan fokus pada upaya pembentukan pengetahuan (kognitif) dan pembentukan sikap (konatif) mereka dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan serta ibadah sunnah lainnya dalam rangka membangun pondasi kesalehan sosial. Seperti pesantren kilat, berbagai perlombaan (baca Qur’an, lomba adzan, menulis kaligrafi, dsb), buka puasa dan sahur on the road, tadarus/ khotmil Quran dan termasuk kegiatan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi seperti pembuatan konten atau podcast khusus bertemakan puasa Ramadhan dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk menyemarakkan bulan suci Ramadhan. Partisipasi semua pihak diperlukan untuk menanamkan berbagai kebiasaan baik kepada generasi milenial untuk meningkatkan kesalehan individual (habluminallah) dan kesalehan sosial (habluminannas). Puasa Ramadhan & solidaritas sosial Para ulama menganjurkan agar kita senantiasa memperbanyak ibadah sunnah dan kebajikan pada bulan suci Ramadhan. Fastabiqul khairot, berlomba-lomba dalam kebaikan. Rasulullah Saw. bersabda: “ Siapa yang membantu menghilangkan kesulitan orang mukmin satu kesulitan di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan kesulitan dia dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada orang yang menghadapi kesulitan, Allah akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat.” (HR Muslim). Kesempurnaan akhlak individu dalam puasa Ramadhan itu akan mewujud dalam perilaku sosial melalui sikap kesediaan memberi atau membantu orang lain baik melalui kegiatan berderma berupa sedekah, zakat, infak dan lain-lain. Sikap ini harus terus ditanamkan dalam benak generasi post millennial untuk membantu sesama. Khususnya dalam membentuk solidaritas organik sebagaimana dikemukakan oleh sosiolog Emile Durkheim. Selaku Ketua Umum Karang Taruna Provinsi Banten, saya senantiasa menyampaikan kepada segenap Pengurus Karang Taruna agar membangun nilai-nilai kebersamaan, kepedulian dan kesetiakawanan sosial dalam mengatasi setiap permasalahan kesejahteraan sosial yang ada di masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan dan penghidupan masyarakat yang lebih sejahtera. Puasa Ramadhan dan sikap toleransi Puasa Ramadhan juga mengajarkan pengamalan nilai-nilai toleransi kepada generasi post millennial atau tasamuh yang juga diartikan sebagai sikap tenggang rasa, lapang dada, dan bermurah hati. Tasamuh adalah saling menghormati dan menghargai antara manusia satu dengan manusia lainnya. Tasamuh juga bisa berarti sikap menghargai pendirian seseorang mulai dari pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan kelakuan. Pada saat menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Banten tahun 2017-2022, dalam beberapa kesempatan saya menyampaikan kepada segenap pengurus FKUB Provinsi Banten agar senantiasa dapat mengimplementasikan pendidikan multikultur kepada generasi muda Banten. Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan untuk menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan agama. Pendidikan multikultural menekankan sebuah filosofi pluralisme ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip saling menghormati dan menerima serta memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah keadilan sosial. Nilai-nilai multikultural adalah mengedepankan toleransi atas perbedaanperbedaan yang dianut oleh setiap pemeluk agama sehingga kebersamaan, persaudaraan dan perdamaian antar umat beragama di Provinsi Banten terus terwujud. Karena nilai-nilai multikultural telah dijalankan oleh Rasulullah saw saat Beliau hijrah dari Mekkah ke Madinah dalam Piagam Madinah yang menginternalisasikan nilai-nilai multikultur. Dengan pendidikan multikultural generasi post millennial Banten diharapkan dapat mengedepankan sikap toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungan baik di lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal ataupun lingkungan sosial lainnya. Sehingga generasi post millennial Banten diharapkan memiliki nilai-nilai multikultural sesuai dengan falsafah bangsa; Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Puasa Ramadhan & menjaga kelestarian lingkungan Esensi sesungguhnya dari ibadah puasa bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar. Namun, ibadah puasa ramadhan secara hakiki merupakan ajakan untuk merefleksikan diri terkait apa yang telah kita perbuat. Mengajak kita untuk berlaku adil serta melawan hawa nafsu, ini sangat relasional dengan upaya pencegahan dari tindakan-tindakan yang berpotensi merusak lingkungan. Salah satunya ialah menjaga lingkungan hidup, serta serius dalam melawan perubahan iklim. Puasa ramadhan merupakan sebuah cara progresif, karena memiliki syarat materil untuk menjadi sebuah gerakan. Etika lingkungan hidup dapat dikonstruksikan melalui puasa ramadhan, sebagai satu langkah konkrit dalam menghadapi perubahan iklim. Nilai-nilai menjaga kebersihan baik di lingkungan rumah, sekolah dan masjid dapat diajarkan kepada segenap generasi post millennial khususnya generasi alpha agar mereka mengamalkan nilai-nilai bahwa puasa ramadhan tidak hanya menahan lapar dan haus namun juga turut menjaga kelestarian lingkungan yang bisa dimulai dengan menjaga kebersihan di lingkungan sekitar. Annadhafatu minal iman, kebersihan adalah sebagian daripada iman. Puasa Ramadhan & menjaga etika Esensi ash-shiyam (menahan diri) adalah menjaga diri dari berbagai perbuatan yang tidak bermanfaat. Termasuk dalam menjaga etika dan budi pekerti baik dalam sikap maupun perilaku. Al adabu fauqol ‘ilmi, adab lebih tinggi daripada ilmu. Pengalaman dan pengamalan nilai-nilai ibadah puasa Ramadhan akan membentuk ilmu bagi generasi post millennial. Akan tetapi praktik-praktik etika harus lebih diutamakan. Seperti menghormati guru di sekolah, sikap sopan santun saat berbicara dengan orang yang lebih tua, sikap menghormati orang lain dan menghargai antara sesama. Semoga puasa Ramadhan senantiasa menjadi pembelajaran yang hakiki tentang pentingnya kesalehan individual dan kesalehan sosial bagi generasi post millennial yang terkadang juga disebut sebagai generasi stroberi. Dengan bimbingan para ustadz, orang tua, guru di sekolah, pengalaman dan pengamalan ibadah puasa ramadhan dan ibadah sunnah lainnya secara berkesinambungan akan menjadikan generasi post millennial Banten tumbuh sebagai individu yang religius dengan kecerdasan intelektual, emosional, resiliensi dan sikap optimis serta empati. Mari kita jadikan momentum setiap bulan Ramadan menjadi lebih baik, puasa Ramadhan kita dan kebersamaan kita untuk membangun pondasi kesalehan sosial generasi post millennial di Provinsi Banten. Ramadhan mubarok, Ramadhan kariim. (*)

Sumber: